Anda di halaman 1dari 5

NO INDIKATOR UMUM INDIKATOR SOAL MATERI DAN SU

1 Hakim Peradilan Agama 1. Soal-soal dibuat untuk A. Pengertian, Dasar Hukum, dan Asa
sebagai praktisi dalam menjaring calon hakim 1. Pengertian hukum formil dan perbeda
penegakan hukum Islam peradilan agama yang 2. Dasar hukum acara peradilan agama
dalam menjalankan tugas memahami dan
sebagai hakim harus mengetahui hukum acara 3. Asas-asas hukum acara peradilan aga
menerapkan hukum acara baik peradilan agama baik 4. Tugas pokok dan kewenangan peradi
yang berlaku secara umum secara teoritis maupun 5. Perbedaan antara kompetensi absolut
(lex generalist) maupun praktis.
secara khusus (lex specialist) 2. Soal-soal dibuat untuk
di pengadilan dalam menjaring calon hakim
lingkungan peradilan agama. peradilan agama yang
memahami hokum acara
peradilan agama baik
yang berlaku secara
umum maupun khusus.
1. Dasar hukum acara peradilan agama

a. Pasal 24 ayat (2) dan (3) Undang-undang Dasar 1945 beserta amandemennya.
b. Pasal 18 Undang-undang Nomor 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman.
c. Pasal 2 dan 3 Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama sebagaimana telah
diubah dengan Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006 dan perubahan kedua dengan Undang-undang
Nomor 50 Tahun 2009.
d. Pasal 128 Undang-undang Nomor 11 Tahun 2006 Tentang Pemerintahan Aceh.
e. UU Nomor 1 Tahun 1974 dan PP Nomor 9 tahun 1975 tentang Perkawinan dan Pelaksanaannya
f. Kompilasi Hukum Islam
2. Asas-asas hukum acara peradilan agama
a. Asas Personalitas Keislaman
Dasar kewenangan PA mengadili ditentukan dengan keislaman subyek hukum. PA hanya dapat
mengadili mereka yang beragam islam dan yang menundukkan diri pada hukum islam.
Berdasarkan UUPA, asas personalitas keislaman yang melekat pada PA dilandasari oleh tiga syarat :
 Agama yang dianut kedua belah pihak saat terjadinya peristiwa hukum adalah agama islam
 Perkara perdata yang dipersengketakan merupakan kompetensi absolute PA
 Hubungan hukum yang mereka lakukan berdasarkan hukum islam
Pengertian “ Antara orang-orang yang Beragama islam” disini termasuk orang atau badan hukum yang
menundukkan diri dengan sukarela pada hukum islam tentang hal yang menjadi kewenangan Pengadilan
Agama.
b. Asas Kebebasan
 Bebas dari campur tangan kekuasaan negara lainnya
 Bebas dari paksaan, direktiva atau rekomendasi yang datang dari pihak ektra judicial (Pihak lain
diluar kekuasaan kehakiman)
 Kebebasan melaksanakan wewenang yudisial (menerapkan, menafsirkan, menemukan hukum)
c. Asas Wajib Mendamaikan
 Perdamaian lebih utama dari putusan : islah, win-win solution
 Peradilan agama sebagai peradilan keluarga  tidak hanya melaksanakan kekuasaan kehakiman
yang menerapakan hukum keluarga secara kaku, tetapi lebih diarahkan pada penyelesaian
sengketa keluarga dengan memperkecil kerusakan rohani dan keretakan sosial.
d. Asas Sederhana, Cepat dan Biaya Ringan.
 Sederhana  prosedur penerimaan sampai dengan penyelesaian suatu perkara
 Cepat  alokasi waktu yang tersedia dalam proses peradilan
 Biaya Ringan  keterjangkauan biaya perkara oleh pencari keadilan
e. Asas Persidangan Terbuka Untuk Umum.
 Bahwa setiap pemeriksaan yang berlangsung dalam sidang pengadilan memperkenankan siapa
saja yang menhadiri, mendengarkan dan menyaksikan jalannya persidangan
Ada transparans

Tidak semua sidang pemeriksaan perkara terbuka untuk umum

Pengecualian asas terbuka untuk umum :

Lihat pasal 59 ayat (1) UU No.7 tahun 1989

Pemeriksaaan gugatan perceraian dilakukan dalam sidang tertutup, demikian juga untuk cerai talak

Perkara perceraian  menjaga kerahasian hubungan kerumahtanggaan lebih penting Tertutup meliputi
pemeriksaan dan pembuktian

Putusan tetap diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum

Asas Legalitas dan Persamaan

Asas legalitas  semua tindakan berdasarkan hukum (rule of law)

Asas Persamaan  setiap orang mempunyai hak dan kedudukan yang sama dimuka hukum.

Akibat pelanggaran asas terbuka untuk umum : Seluruh pemeriksaan beserta penetapan atau putusannya
batal demi hukum (pasal 59 ayat (2) UU No.7/1989 jo Pasal 19 ayat (2) UU No.4 tahun 2004)

Asas Aktif memberi bantuan.

Pengadilan (hakim) yang memimpin persidangan bersifat aktif dan bertindak sebagai fasilitator Pasal 58 ayat
(2) UU No.7/1989 : “pengadilan membantu para pencari keadilan dan berusaha sekeras-kerasnya mengatasi
hambatan dan rintangan untuk tercapainya peradilan yang sederhana, cepat dan biaya ringan.

Asas Hakim bersifat menunggu


Inisiatif berperkara datangnya dari pihak yang berkepentingan dan hakim hanya bersifat menunggu
datangnya atau masuknya perkara  tidak ada hakim jika tidak ada tuntutan hak (proses berpekara baru aka
nada jika yang berkepentingan mengajukan kepada hakim dan oleh hakim perkara yang masuk diproses
sesuai hukum yang berlaku.

Asas Ius Curia Novit

Jika inisiatif telah datang dari pihak yang berkepentingan serta tuntutan hak telah diajukan kepada hakim
atau pengadilan  maka hakim tidak boleh menolak suatu perkara dengan alasasn tidak ada hukumnya atau
hukumnya belum jelas  dalam hal ini hakim dianggap tahu hukumnya.

Asas Hakim Aktif dan Pasif

Hakim dalam memeriksa suatu perkara adalah bersikap pasif  ruang lingkup atau luas perkara yang diajukan
ke pengadilan untuk diperiksa oleh hakim adalah ditentukan oleh para pihak yang berperkara (bukan oleh
hakim)

Dalam asas hakim pasif ini mengandung juga asas hakim aktif  misalahnya dalam hal hakim berusaha untuk
mendamaikan kedua belah pihak, menjaga agar persidangan berjalan dengan aman dan lantjar, menunda
persidangan, memerintahkan pembuktian, menjelaskan mengenai upaya hukum dan sebagainya.

Asas Ferhendalung Maxime

Bahwa proses pembuktian dalam hukum acara perdata adalah merupakan kewajiban penggugat dalam
membuktikan dalil-dalilnya dan tergugat untuk membuktikan dalil-dalil bantahannya

Asas Audi et Alteram

Bahwa para pihak harus diperlakukan sama didepan hukum (hakim harus obyektif) dan tidak boleh memihak
atau bersikap subyektif

(Para pihak harus diberikan kesempatan yang sama baik pada saat pemeriksaan persidangan maupun pada
saat pembuktian)

Asas actor sequituur forum rei

Bahwa gugatan diajukan pada pengadilan diwilayah hukum dimana tergugat bertempat tinggal

Asas ini mengenal pengecualian  akan dibahas lebih lanjut dalam materi kompetensi/kewenangan mengadili.
Asas putusan pengadilan disertai alasan

Hakim dalam menjatuhkan putusan harus disertai dengan alasan  bertujuan agar hakim bersifat obyektif
dengan memberikan alasan dan pertimbangan yang cukup terhadap putusan yang dijatuhkan.

Dengan disertai alasan yang kuat dalams suatu putusan  berarti putusan mempunyai wibawa dan tidak
mudah untuk dibatalkaan oleh pengadilan yang lebih tinggi.

Asas biaya perkara dan prodeo

Biaya-biaya perkara diperuntukkan untuk : biaya kepaniteraan, biaya pemanggilan dan pemberitahuan, biaya
materai dll.

Bagi mereka yang tidak mampu  dapat berperkara cuma-cuma tanpa biaya (prodeo) Pasal 271-274 Rbg/235-
238 HIR)

Sudah tentu harus dilengkapi dengan surat keterangan tidak mampu dari aparat yang berwenang untuk itu.

Asas wakil dan kuasa

Menurut sistem HIR/Rbg  setiap orang yang berperkara tidak ada kaharusan menunjuk kuasa atau wakil yang
maju kedalam persidangan

Namun jika memang menginginkannya juga dapat menunjuk wakil atau kuasa dalam persidangan pengadilan
 jika menunjuk kuasa maka sikuasa tidak dapat mengajukan gugatan tidak tertulis

Berbeda dengan sistem BRV (sebagai sumber hukum acara perdata)  mengharuskan para pihak yang
mempunyai perkara wajib mewakilkan pada kuasa dengan akibat batalnya gugatan jika gugatan tidak
diwakilkan pada seorang kuasa dan ditentukan harus seorang sarjana hukum.
MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA

5.

Anda mungkin juga menyukai