Anda di halaman 1dari 3

JAWABAN UJIAN TENGAH SEMESTER GENAP 2019-2020

SEMESTER IV/REGULAR
PROGAM STUDI ILMU HUKUM S1
Mata Kuliah : Hukum Acara Peradilan Agama
Hari/Tanggal : Senin 6 Mei 2020
Waktu :08.00-16.00 WIB
Dosen Pengampu : Puji Sulistyaningsih,SH.,MH
Sifat : On Line

1. Yang d dimaksud dengan peradilan agama limitatif yang beada di indonesia sesuai dengan
dimutatis mutandiskan dengan keadaan diindonesia . menurut pasal 2 UU No 3 ahun 2006
bahwa peradilan agama adalah salah satu pelaku kekuasaan kehakiman bagi rakyat pencari
keadilan yang beragama islam mengenai perkara tertentu sebagai mana yang di maksud dalam
undang undang ini/ Peradilan Agama merupakan kekuasaan negara dalam menerima,
memeriksa, mengadili, memutus, dan menyelesaikan perkara-perkara tertentu antara orang-
orang yang beragama Islam untuk menegakkan hukum dan keadilan. Perkara dibidang
Perkawinan, kewarisan, wasiat, dan hibah yang dilakukan berdasarkan hukum Islam, wakaf dan
shodaqoh. Peradilan Agama adalah Peradilan Khusu agama Islam di Indonesia sebab dari jenis-
jenis perkara yang boleh diadilinya, seluruhnya adalah jenis perkara menurut agama Islam.
2. A. Sumber acara yang berlaku pada pengadilan dalam linkungan peradilan agama
-UU nomer 7 Tahun 1989
-Inpres nomer 1 Tahun 1991
-UU nomer 17 Tahun 1999
-UU Nomer 41 Tahun 2004
-UU No 3 Tahun 2006
-surat edaran MA RI
-Yurisprudensi MA RI
B. 1. Asas Personalitas Keislaman

Asas personalitas keislaman hanya untuk melayani penyelesaian perkara dibidang erentu
sebagaimana yang tertuang dalam Pasal 49 Undang-Undang 3 Tahun 2006, yaitu
menyelesaikan perkara perkawinan, zakat, wasiat, wakaf, infak, waris, hibah, sedekah,
dan ekonomi syariah dari rakyat Indonesia yang beragama Islam.
2.Asas Kebebasan/Kemerdekaan
Asas kebebasan adalah asas yang dimiliki oleh setiap badan peradilan. Kebebasan yang
dimaksud disini adalah tidak boleh ada pihak lain yang ikut campur tangan dalam
penangan suatu perkara oleh pengadilan atau majelis hukum.
3. Asas Tidak Menolak Perkara yang Hukumnya Tidak Ada
Hakim adalah orang yang dianggap paling tahu mengenai hukum, sehingga apabila
seorang hakim tidak menemukan hukum tertulis, maka ia harus berijtihad dan menggali
hukum yang tidak tertulis untuk memutuskan hukum sebagai orang yang bijaksana.
4. Asas Hakim Wajib Mendamaikan
penyelesaian terbaik dalam suatu permasalahan adalah dengan jalan damai. Islam lebih
mengutamakan jalan Perdamaian dalam menyelesaikan permasalah sebelum perkara
tersebut diselesaikan di pengadilan.
5. Asas Sederhana, cepat, dan biaya ringan
Beracara cepat, sederhana, dan biaya ringan merupakan dambaan dari setiap orang
pencari keadilan, sehingga apabila peradilan agama kurang optimal dalam mewujudkan
asas ini maka orang akan enggan beracara di pengadilan agama.
3. A. Asas actor sequitor frum rei dan asas acor seciquitor forum sitai yaitu
-apabila tergugat lebih dari satu dan tempat tinggalnya berlainan gugatan diajukan di tempat
tinggal salah satu seseorang tempat tergugat apabila tergugat terdiri atas yang berutang {debitur
utama} dan penanggung atau peminjam gugatan diajukan dipengadilan utama
-apabila tempt tinggal tergugat tidak diketahui dan objeknya menyngkut barang tetap
dipengadilan ditempat barang tetap berada
-apabila ada pemilihan domisili
-terhadap perkara yang diajukan kepaa pengadilan yang secara relatif tidak berwenang hakim
menyatakan tidak berwenang apabila ada eksepsi dari tergugat
4. Kopetensi mutlak absolute competentie atribut van rechsmacht secara mutlak enjadi
kewenangan untuk memeriksa dan memutus perkaranya pasl 49 ayat 1 UU No.3/2006perkata
perkara perdata islam tertentu jenis perkawinan
,waris,asiat,hibah,wakaf,zakat,infaq,sedekah,ekonomi syariah kewenangan relatif yaitu
kekuasaan pengadilan satu jenis dan satu tingkatan wilayah hukum pasal 54 No.7/2989
HIR/RBG.
5. Dalam perkara waris, yang menjadi tugas dan wewenang Pengadilan Agama disebutkan
berdasarkan penjelasan Pasal 49 huruf b Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama adalah sebagai
berikut:
1. Penentuan siapa-siapa yang menjadi ahli waris;
2. Penentuan mengenai harta peninggalan;
3. Penentuan bagian masing-masing ahli waris;
4. Melaksanakan pembagian harta peninggalan tersebut;
5. Penetapan Pengadilan atas permohonan seseorang tentang penentuan siapa yang menjadi
ahli waris, dan penentuan bagian-bagiannya.
Dalam penjelasan umum Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama
terdapat kalimat yang berbunyi: “Para pihak sebelum berperkara dapat mempertimbangkan
untuk memilih hukum apa yang dipergunakan dalam pembagian warisan”. Kini, dengan adanya
amandemen terhadap Undang-Undang tersebut, kalimat itu dinyatakan dihapus. Dalam
penjelasan umum Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama dijelaskan,
bilamana pewarisan itu dilakukan berdasarkan hukum Islam, maka penyelesaiannya
dilaksanakan oleh Pengadilan Agama. Selanjutnya dikemukakan pula mengenai keseragaman
kekuasaan Pengadilan Agama di seluruh wilayah nusantara yang selama ini berbeda satu sama
lain, karena perbedaan dasar hukumnya.
Selain dari itu, berdasarkan pasal 107 Undang-Undang Nomor 7 tahun 1989 tentang Peradilan
Agama, Pengadilan Agama juga diberi tugas dan wewenang untuk menyelesaikan permohonan
pembagian harta peninggalan di luar sengketa antara orang-orang agama yang beragama Islam
yang dilakukan berdasarkan hukum Islam.

Anda mungkin juga menyukai