RENCANA PENELITIAN
NIM 1173010117
BANDUNG
2020 M. /1441 H.
1
A. Latar Belakang Penelitian
Perkara yang ditetapkan ini adalah perkara penetapan ahli waris. Pihak
yang berperkara dalam penetapan ini seluruhnya adalah Katolik. Pemohon
berjumlah enam orang dan semuanya adalah Katholik.
2
Prudential Life Assurance.
B. Fokus Penelitian
C. Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana asas penundukan diri terhadap hukum Islam bisa terjadi di
seluruh kewenangan absolut Peradailan Agama?
2. Apakah Dasar Hukum Hakim dalam penetapan perkara waris non muslim di
pengadilan Agama Kraksaan (Penetapan Nomor 0023/Pdt.P/2015/PA.Krs)?
D. Definisi Oprasional
Dalam rangka menghindari pemahaman, penulis mencoba menegaskan
berbagai istilah yang dipakai dalam penelitian ini yakni sebagai berikut:
1. Analisis Yuridis
Yaitu pandangan atau pendapat yang ada dalam hukum positif
atau hukum yamg berlaku di Indonesia, yakni undang-undang No 3 tahun
2006 perubahan pertama, Undang-undang No 7 tahun 1989 tentang
Peradilan Agama.
3
2. Waris non muslim
Waris non muslim adalah waris mewarisi yang mana orang-orang
yang berperkara waris bukan orang Islam akan tetapi mereka yang
berpegang teguh pada kitab Taurat atau mereka yang berpegang pada
kitab Injil
3. Pengadilan Agama Kraksaan
Pengadilan Agama adalah suatu lembaga kekuasaan negara yang
bertugas untuk menerima, memeriksa, mengadili, memutus dan
menyelesaikan perkara-perkara tertentu pada tingkat pertama antara
orang-orang yang beragama Islam.
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Beberapa tujuan yang hendak di capai yakni:
1. Untuk memahami secara mendalam isi penetapan Pengadilan Agama
Kraksaan Nomor 0023/Pdt.P/2015/PA.Krs) tentang perkara waris non
muslim dan untuk memahami apa yang tersembunyi di balik teks
penetapan ini.
2. Beberapa Kegunaan Penelitian yakni:
a) Secara Teoritis
Untuk memperluas wawasan keilmuan dan menambah khazanah
intelektual, khususnya yang berkaitan dengan realitas yang terjadi
dimasyarakat mengenai perkara waris non muslim yang dilakukan
pengadilan Agama Kraksaan
b) Secara Praktis
1) Untuk memberikan petujuk bagi orang-orang yang berperkara
waris, muslim ataupun non musim dimana mereka harus
berperkara, di Pengadilan Negeri atau Pengadilan Agama.
4
F. Tinjauan Pustaka
Dalam literatur fiqih islam, kewarisan lazim juga disebut dengan Fara’idh,
yaitu jamak dari kata Faridhah diambil dari kata Fardh yang bermakna
ketentuan atau takdir”. Didalam kompilasi hukum islam pasal 171 (a)
dinyatakan bahwa hukum kewarisan adalah hukum yang mengatur tentang
pemindahan hak pemelikian harta peninggalan (tirkah) pewaris,
menentukan siapa-saipa yang berhak menjadi ahli waris dan berapa bagian
masing-masing.
Adapun dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) Pasal 171 huruf a, definisi
hukum kewarisan adalah hukum yang mengatur tentang pemindahan hak
pemilikan harta peninggalan (tirkah) pewaris, menentukan siapa-siapa yang
berhak menjadi ahli waris dan berapa bagiannya masing-masing..
5
penelitian ini menyimpulkan bahwa pertimbangan hukum pengadilan agama
Surabaya dalam perkara No: 262/Pdt.P/2010/PA.Sby. Tentang penetapan
Ahli Waris Beda Agama adalah meggunakan pendapat para ulama klasik
sebagai legitimasi keputusannya, selain itu juga memenuhi pertimbangan
secara yuridis dan sosiologis melatar belakangi putusan penetapan pemohon
1 yang beragma selain Islam untuk mendapatkan harta warisan dari pewaris
yang beragama Islam. Dan dasar hukum hakim adalah Yurispudensi
Mahkamah Agung Nomor: 368K/AG/1995, Nomor 51K/Ag/1995 dan
kompilasi hukum Islam pasal 172 dan pasal 209. Dari penelitian seharusnya
hakim dalam isi penetapan No: 262/Pdt.P/2010/PA.Sby. Tentang penetapan
Ahli Waris beda agama memperjelaskan pertimbangan hukum dan dasar
hukumnya secara rinci, agar tidak jadi kesalah Fahaman. Untuk memperjelas
kepastian hukum dalam KHI, tidak ada salahnya melakukan kajian ulang
dengan tujuan menyempurnakan isi dari KHI. Karena menurut penulis dari
perkara yang penulis angkat ini KHI tidak menjelaskan secara rinci syarat
sahnya. Seperti halnya apakah hubungan seagama merupakan syarat sah
atau bukan.
6
pengganti dalam KHI, adalah berawal dari subtansi ajaran fiqih yang tidak
mengenal istialah ahli waris karena pengganti.
G. Kerangka Berpikir
Berkaitan dengan perkara waris yang melibatkan antara pihak muslim dan
non muslim diatur lebih lanjut dalam Buku II pedoman Teknis Administrasi
dan Teknis Peradilan Agama yang diberlakukan melalui peraturan ketua
Mahkamah Agung Nomor: KM/032/SK/IV/2006 tentang Pemberlakuan Buku II
Pedoman Teknis Administrasi dan Teknis Peradilan Agama tanggal 4 April
2006, menyatakan:
7
Dalam ketentuan mengenai hukum waris, salah satu sebab seseorang
mendapat warisan di antarnya adalah hubungan pernikahan, hubungan
sedarah, orang tua atau adanya hubungan saudara dekat atau karena
testtament. Hal tersebut juga telah di atur dalam ketentuan kitab undang-
undang hukum perdata KUHPerdata B.W, sebab seseorang menerima warisan
karena adanya hubungan nashab atau kekerabatan dan karena perkawinan.
H. Langkah-langkah Penelitian
8
2. Sumber Data
a. Data Sekunder
Yaitu data yang diperoleh bukan dari sumber pengarangnya
langsung atau data pendukung. Data Sekunder adalah data yang
diperoleh dari bahan pustaka dengan mencari data atau informasi
berupa bahan-bahan tertulis seperti buku, artikel, karya ilmiah dan
peraturan-peraturan.
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik Pengumpulan data yang digunakana dalam penelitian ini
adalah dengan teknik sebagai berikut:
a. Dokumentasi, yaitu metode pengumpulan data yang diperoleh dari
buku, peraturan dan lain-lain yang berkaitan dengan masalah
penelitian
4. Teknik analisis data
Dalam penelitian ini peneliti menggunkan metode hermeneutika
hukum yang bertujuan untuk memberikan dan membuat deskripsi atau
gambaran secara lengkap dan sistematis faktual dan akurat mengenai
fakta-fakta serta hubungan antar fenomena yang di selidiki mengenai
legalitas kewenangan pengadilan Agama dalam hal waris non muslim.
Pola pikir yang dipakai dalam menganalisis data adalah data deduktif
dan induktif.
9
DAFTAR PUSTAKA
Pius A Partanto dan M.DahlanAl Barry, Kamus Ilmiah Populer, ( Surabaya: Arloka,
1994)
10