SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna memperoleh Gelar
Sarjana (Stara-1) pada Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia
Oleh :
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2009
1
BAB I
PENDAHULUAN
benar-benar diperhatikan. Untuk itu perlu wawasan dan kebijaksanaan yang jelas.
Sejak dahulu, para pegawai, para pejabat pemerintah dan atau para pemimpin
nasional, sepanjang hukum Islam itu sesuai dengan Pancasila dan Undang-undang
Dasar 1945 dan relevan dengan kebutuhan hukum khusus umat Islam dengan kata
hukum yang lain akan menjadi salah satu sumber bahan baku pembentukan
hukum nasional, dapat berperan aktif dalam proses pembinaan hukum nasional
dan merupakan bagian dari hukum nasional yang ditunjuk oleh peraturan per-
1
H.Mohammad Daud Ali, Hukum Islam: Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum, Ctk.
Kesebelas, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2004, hlm. 5
2
menegakkan hukum Islam yang telah berlaku menjadi hukum positif itu, sejak
Agama pada DPR RI untuk disetujui. Tanggal 29 Desember 1989 RUU PA itu
No.3 Tahun 2006 tentang Peradilan Agama diterangkan bahwa Peradilan Agama
adalah salah satu pelaku kekuasaan kehakiman bagi rakyat pencari keadilan yang
Undang-undang ini.
yang beragama bukan Islam seperti Kristen, Hindu dan lain-lain tidak termaksud
2
Ibid. hlm. 272
3
Ibid. hlm. 7
3
di dalamnya. Hal itu menunjukkan pula bagi umat Islam yang berperkara dapat
pemukiman tidak lagi dihuni oleh penduduk muslim semata tetapi sudah
bercampur dengan penduduk yang bukan non muslim, karena itu kemungkinan
berperkara antara muslim dan non muslim tetap ada. Akibat dari kontak langsung
Agama. Banyak peristiwa yang terjadi di antara orang Islam yang kebetulan
Dari hasil pra riset, yang dilakukan oleh penulis di Peradilan Agama
perceraian) namun penulis tidak dapat memperoleh data dikarenakan tidak adanya
data khusus yang menerangkan tentang perkara mana saja yang di dalamnya
terdapat saksi non muslim. Hal tersebut dikarenakan data pembuktian dengan
4
Gatot Supramono, Hukum Pembuktian di Peradilan Agama, Ctk. Pertama, Alumni,
Bandung, 1993, hlm. 6
4
saksi non muslim atau bukti-bukti lain yang berkaitan langsung dengan orang non
Saksi di dalam Islam, pada kasus harta, saksi harus seorang muslim seperti
282). Pada kasus talak dan ruju`, saksi harus seorang muslim, sebagaimana yang
disebutkan di dalam ayat al-Qur`an yang artinya ” Maka rujukilah mereka dengan
baik atau lepaskanlah mereka dengan baik dan persaksikanlah dengan dua orang
Menurut Imam Malik, Imam Syafi`i dan Imam Ahmad berpendapat bahwa
kesaksian non muslim tidak dapat diterima secara mutlak, baik agama mereka
sama maupun agama mereka berbeda. Pendapat ini didasarkan kepada firman
Allah dalam surat al-Baqarah ayat 282 yang mengemukakan bahwa orang yang
bukan Islam , bukanlah orang yang bersifat adil dan bukan dari orang-orang yang
ridho kepada kaum muslimin. Allah SWT menyifatkan mereka sebagai orang
yang suka dusta dan fasik, sedangkan orang yang demikian itu tidak dapat
non muslim sebagaimana tersebut dalam surat An-Nisa ayat 140 menerangkan
bahwa Allah tidak akan menjadikan jalan bagi orang-orang non muslim berkuasa
5
Wawancara dilakukan di Peradilan Agama Yogyakarta pada hari senin tanggal 27
Oktober 2008 jam 14.45 WIB
6
A.A Humam Abdurrahman, Peradilan Islam: Keadilan Sesuai Fitrah Manusia, Ctk.
Pertama, Wadi Press, Ciputat, 2004, hlm. 88-89
7
H.Anshoruddin, Hukum Pembuktian Menurut Hukum Acara Islam dan Hukum Positif,
Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2004, hlm.80
5
dari seorang saksi yaitu harus beragama Islam, Oleh karena itu seorang non
Akan tetapi para ulama fiqh sendiri berbeda pendapat tentang perkara wasiat
suatu peristiwa, dikarenakan mereka berada dalam lingkungan non muslim dan
dalam keadaan musafir, pada saat itu yang bersangkutan ingin berwasiat dan
hanya disaksikan saksi non muslim, maka saksi non muslimlah yang dapat
orang Islam akan menderita rugi, seperti terjadinya percekcokan suami istri dalam
rumah tangga yang menyaksikan adalah tetangganya yang kebetulan non muslim
sedangkan saksi yang lain tidak ada. Apabila saksi non muslim tidak diterima
tentu salah satu di antara mereka akan di rugikan. Maka status keabsahan orang
non muslim dalam memberikan kesaksian dan kedudukan saksi non muslim
persidangan di Peradilan Agama menjadi motif dan latar belakang penelitian ini
bentuk skripsi.
B. RUMUSAN MASALAH
6
Yogyakarta?
C. TUJUAN PENELITIAN
Agama Yogyakarta.
2. Untuk memperoleh data dan keterangan tentang hukum orang non muslim
D. TINJAUAN PUSTAKA
Dalam suatu peradilan, ada prosedur-prosedur dan tata cara tertentu bagi
diatur dalam suatu peraturan khusus yang disebut Hukum Acara. Di dalamnya
diatur tentang tata cara mengajukan suatu perkara ke muka badan peradilan serta
cara-cara hakim memberikan putusan.8 Dengan kata lain , Hukum Acara mengatur
8
CST. Kansil, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia. Ctk. Kedelapan, Balai
Pustaka, Jakarta, 1991, hlm. 329
7
pembuktian.
Pembuktian diperlukan oleh hakim untuk mencari kebenaran fakta dan peristiwa
yang dijadikan dalil gugat oleh penggugat dalam menuntut haknya atau mencari
hal yang tidak dibantah pihak lawan tidak perlu adanya pembuktian. 9 Sebab yang
harus dibuktikan adalah peristiwa dan bukan hukumnya. Hukumnya tidak harus
dan pribadi oleh orang yang bukan salah satu pihak dalam perkara yang dipanggil
di persidangan.10 Jadi keterangan yang diberikan oleh saksi harus tentang peristiwa
atau kejadian yang dialaminya sendiri, sedangkan pendapat atau dugaan yang
9
Subekti, Hukum Pembuktian, Pradnya Paramita, Jakarta, 1975, hlm.5
10
Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata, Ctk Pertama Edisi ketujuh, Liberty
Yogyakarta, Yogyakarta , 2006, hlm.166
8
lihat, dengar dan ia alami sendiri, sebagai bukti terjadinya peristiwa atau keadaan
tersebut.11
diberikan kepada hakim di persidangan itu berasal dari pihak ketiga yang melihat
arti kesaksian sebagai alat bukti tampak dari kenyataan bahwa banyak peristiwa-
peristiwa hukum yang tidak dicatat atau tidak ada alat bukti tertulisnya. Sehingga
oleh karena itu kesaksian merupakan satu-satunya alat bukti yang tersedia.12
dengan tertulis dan saksi sangat diperlukan dalam segala hal selama Undang-
Undang tak menentukan lain. Selain itu saksi bukan saja merupakan alat bukti
yang sangat penting dalam pembuktian, lebih dari itu ia dapat mengantar pada
perolehnya kebenaran.
pembuktian yang sah), ada persaksian yang harus mengenai hal-hal yang dilihat
dan didengar oleh saksi sendiri, yang disebut dengan persaksian atas dasar yakin,
dan adapula persaksian yang cukup hanya mengenai hal-hal yang diketahui atas
11
H.A. Mukti Arto, Praktek Perkara Perdata pada Pengadilan Agama, Ctk Enam,
Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2005, hlm.165
12
Sudikno Mertokusumo, Hukum... Op.cit, hlm.167
9
keyakinannya akan kebenarannya yang disebut dengan persaksian atas dasar dhan
atau istifadhah. Karena itu ada dua macam persaksian dalam hukum Fiqih Islam
yaitu :
perbuatan
terhadap
yang diberikannya itu tidak disangkal (tidak ada mu`aradlah) dan bahwa
bersifat pasti. Allah SWT berfirman yang artinya ” Dan janganlah kamu (para
apabila tidak ada orang yang mau memberikan kesaksian. Jika orang itu memiliki
13
H.M.Djamil Latif, Kedudukan dan Kekuasaan Peradialn Agama di Indonesia, N.V.
Bulan Bintang, Jakarta 1983, hlm.148-149
10
maka semuanya berdosa, bila tidak ada bahaya muncul akibat memberikan
kesaksian.
Apabila ada bahaya bagi mereka, maka mereka tidak harus memberikan
kesaksian. Ini didasarkan pada firman Allah SWT yang artinya ” Dan janganlah
penulis dan saksi saling sulit menyulitkan ” (Q.S. al-Baqarah : 282 ) dan sabda
orang lain”.
Bila tidak ada tuntutan untuk memberikan kesaksian, hal ini perlu dilihat
terlebih dahulu. Apabila kesaksian itu merupakan hak bagi Allah, maka
hukumnya sunah. Ini didasarkan pada sebuah riwayat dari Imam Muslim bahwa
Rasulullah SAW bersabda ” Perhatikan akan aku bertakan kepada kalian sebaik-
baik orang yang memberikan saksi. Yakni, orang yang memberikan kesaksian
sebelum ia ditanya ” Ini merupakan dalil bahwa orang yang memberi kesaksian
untuk bersaksi.14
Selanjutnya saksi tersebut akan dipanggil sekali lagi yang ongkosnya ditanggung
sendiri oleh yang bersangkutan (Pasal 140 HIR). Hal tersebut menunjukan bahwa
14
A.A Humam Abdurrahman, Peradilan Islam ... Op.cit, hlm. 74-77
11
sebagai syarat hukum (dalam fungsi mengatur) yakni bila kedudukan saksi
merupakan syarat untuk sahnya suatu akad, contohnya kehadiran saksi dalam
ikrar talak, atau dalam kedudukan sebagai syarat pembuktian (dalam fungsi
menyelesaikan kasus) yakni bila kedudukan saksi hanya untuk proses pembuktian
kedudukan saksi mencakup keduanya yaitu syarat hukum dan syarat pembuktian
tapi tidak sebaliknya. Di mata hukum, tidak ada perbedaan antara non-Muslim
syarat yang telah ditetapkan Islam. Bila syarat itu tidak terpenuhi,maka kesaksian
terhadap perkaranya. Hal ini sesuai dengan pendapat para ulama yang menyatakan
bahwa ada lima syarat saksi secara garis besar dalam Islam yaitu adil, dewasa,
15
Gatot Supramono, Hukum Pembuktian… Op.cit. hlm. 31
12
E. METODE PENELITIAN
1. Obyek Penelitian
b. Hukum orang non muslim menjadi saksi (ditinjau dari Hukum Islam)
2. Subyek Penelitian
3. Nara Sumber
4. Sumber Data
a. Data Primer
b. Data Sekunder
Yaitu data yang diperoleh dari buku-buku atau literatur hukum dan
primer.
13
a. Wawancara ( Interview)
yang lainnya” 16
b. Studi Kepustakaan
c. Studi Dokumen
pengadilan.
6. Metode Pendekatan
16
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Universitas Indonesia Press, Jakarta
1984, hlm 24
14
7. Analisis Data
kesimpulan.