SKRIPSI
Oleh :
DWI RAHAYU
NIM : 210115118
Pembimbing :
2019
ABSTRAK
Rahayu, Dwi. 2019. Hukum Acara Peradilan Agama dan Penguatan Kapasitas
Hakim Perspektif Risa>lat Al Qad}a> ‘Umar Bin Khat}t}ab. Skripsi. Jurusan
Hukum Keluarga Islam. Fakultas Syari’ah. Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) Ponorogo. Pembimbing Dr. H. Moh Munir, Lc., M.Ag.
Kata Kunci: Risa>lat al Qad}a,> Hukum Acara Peradilan Agama, Penguatan
Kapasitas Hakim.
Penelitian ini dilatar belakangi, dalam Islam peradilan dan upaya
penegakan keadilan telah banyak diatur mulai dalam nash al Qur’an, hingga
pemikiran ‘Umar Bin Khat}t}ab 14 abad yang lalu dalam Risa>lat al Qad}a> yang
menjadi pedoman beracara dan etika hakim di masanya. Mengingat Indonesia
adalah negara dengan pemeluk agama Islam terbesar di dunia, maka sangatlah
penting untuk terus mengkaji hal-hal yang berhubungan dengan islam termasuk
dibidang penegakan hukum oleh ‘Umar bin Khat}t}ab seorang khali>fah yang
pertamakali meletakkan dasa-dasar peradilan. Sehingga penulis di sini akan
menganalisis hukum acara perdata Peradilan Agama masa kini dan penguatan
kapasitas hakim di Indonesia dalam perspektif Risa>lat al Qad}a.>
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dapat ditarik beberapa
rumusan masalah, antara lain yaitu: (1). Bagaimana hukum acara peradilan agama
perspektif Risa>lat al Qad}a?> (2). Bagaimana penguatan kapasitas hakim perspektif
Risa>lat al Qad}a?>
Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library research) yang
menggunakan metode penelitian kualitatif. Teknik pengumpulan data melalui
dokumentasi. Sedangkan analisis datanya menggunakan metode Content Analysis.
Berdasarkan analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa: (1). Tahapan proses
pemeriksaan perkara dalam peradilan agama seperti anjuran perdamaian atau
mediasi, penundaan hari sidang untuk menyiapkan alat bukti, pembuktian, upaya
hukum, secara umum sejalan dengan konsep beracara dalam Risa>lat al Qad}a>, yang
membedakan dalam pelaksanaannya. (2). Kriteria kapasitas hakim dalam konteks
sekarang lebih luas, hakim bukan hanya diamanatkan untuk senantiasa memahami
hukum formil maupun hukum materiil, tetapi juga berfikir yuridik, kemahiran
penerapan hukum serta komitmen profesional. Kriteria kapasitas hakim juga
diamanatkan dalam Risa>lat al Qad}a>, di dalamnya memfokuskan pemahaman yang
dimiliki hakim pada pokok perkara dan sumber hukum, juga terdapat ketentuan
etika yang harus dimiliki hakim dalam proses persidangan. Kesimpulan dari hal
tersebut kapasitas hakim di Indonesia lebih luas karena rentan waktu yang
panjang antara saat ini dan Risa>lat al Qad}a> 14 abad yang lalu.
1
BAB I
PENDAHULUAN
mengalami kekacauan dan tidak menentu, tidak ada keadilan dan kepastian
tahkim, yakni para pihak yang berperkara secara suka rela menyerahkan
1
Abdul Manan, Etika Hakim Dalam Penyelenggaraan Peradilan, (Jakarta : Kencana,
2010), 1
1
2
dimulai ketika Islam datang dan diterima oleh raja seperti kerajaan
hakim pelaksana peradilan diangkat imam atau wall al-amr oleh sultan.
diwarnai dengan teori yang muncul dari para ahli hukum Belanda. Di
antaranya dipelopori oleh Van Den Berg yang disebut dengan teori
receptie in complexu yakni hukum yang berlaku bagi orang Indonesia asli
2
Erfaniah Zuhriah, Peradilan Agama Indonesia, (Malang : Setara Press, 2014), 41
3
Christian Snouck Hurgonje dengan teori receptie yakni yang berlaku bagi
hukum adat itu memang telah masuk pengaruh hukum Islam tetapi
pengaruh itu baru mempunyai kekuatan hukum kalau sudah diterima oleh
hukum adat. Jadi hukum adatlah yang menentukan ada atau tidaknya
no. 5-SD tanggal 25 Maret 1946. Dalam kurun waktu tahun 1946 sampai
1946 tentang pencatatan nikah, talak, dan rujuk. Ketiga, lahirnya Undang-
pencatatan nikah, talak, rujuk, diseluruh daerah luar Jawa dan Madura.5
5
Erfaniah Zuhriah, Peradilan Agama Indonesia, 72
6
Ibid, 81
5
telah banyak diatur mulai dari al-Qur‟an, hadith, hingga ijtihad para
khali>fah. Salah satu dasar hukum adanya lembaga peradilan dalam islam
berbagai bentuk urusan kaum muslimin khususnya dan umat dunia pada
8
Al-Qur‟an (4:65)
9
Abdul Manan, Etika Hakim Dalam Penyelenggaraan Peradilan,77
7
bertambah, dan semakin meluas pula peranan gubernur. Maka dari itu,
hakim tersebut, salah satu upaya pembinaan yang dilakukan oleh ‘Umar
bin Khat}t}ab yakni dengan membuat surat atau risalah yang di dalamnya
sumber kepustakaan disebut Risa>lat al Qad}a> yang akan menjadi salah satu
fokus pembahasan dalam penelitian ini. Selain tokoh yang pertama kali
10
Abdul Syukur Al-Azizi, Sejarah Peradaban Islam Menelusuri Jejak-Jejak Peradaban
Islam di Barat dan di Timur, (Yogyakarta: Saufa, 2014), 61
11
Alaiddin Koto, Sejarah Peradilan Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), 63
12
Ali Muhammad Ash-Shalabi, The Great Leader Of „Umar bin Khat}t}ab, Terj. Khoirul
Amru Harahap, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2008), 413
8
dalam Islam.
sesama manusia dan secara vertikal kepada Tuhan Yang Maha Esa. Maka
pedoman perilaku hakim. Sementara dalam Islam juga telah diatur dalam
Risa>lat al Qad}a> ‘Umar bin Khat}t}ab yang berisi pedoman beracara dan
saat ini, maka sangatlah penting untuk terus mengkaji hal-hal yang
13
Erfaniah Zuhriah, Peradilan Agama Indonesia, 106
9
B. Penegasan Istilah
1. Risa>lah al Qad}a> merupakan surat yang ditulis oleh khali>fah ‘Umar bin
sebagaimana mestinya.14
C. Rumusan Masalah
Risa>lat al Qad}a> ?
D. Tujuan Penelitian
14
Mukti Arto, Praktek Perkara Perdata Pada Pengadilan Agama, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 1996), 9
10
Qad}a.>
E. Manfaat Penelitian
karya ilmiah berupa skripsi, tesis, disertasi maupun jurnal yang relevan
agama di Indonesia, serta asas kebenaran formil, hakim bersifat pasif, dan
antara Asas Peradilan dalam Risa>lat al Qad}a> ‘Umar bin Khat}t}ab dengan
terkumpul data diolah dan ditelaah secara deskriptif dan dianalisa secara
yang kongkrit.16
Ketiga, Tesis yang ditulis oleh Ahmad Yasin Asy‟ari tentang Studi
15
Abdul Halim Talli, “Prinsip Penyelenggaraan Peradilan Dalam Risalah al Qad}a Dan
Penerapannya Dalam Sistem Peradilan Agama,” Disertasi, (Makasar: Uin
Alauddin),2012
16
Ismail, “Studi Perbandingan antara Asas Peradilan dalam Risalah al-Qadha Umar Bin
al-Khattab dengan Asas Peradilan Agama di Indonesia,” Tesis, (Padang : IAIN Imam
Bonjol ), 2012.
12
Ṣunnah sejumlah empat ratus delapan puluh dua halaman dalam I’la>m al
Kesimpulan dari tesis tersebut semua konsep yang ada dalam Risa>lat al
maupun pidana.17
dari jurnal tersebut, yakni antara konsep Risa>lat al Qad}a>‘ ‘Umar bin
17
Ahmad Yasin Asy‟ari, “Studi Pemikiran Ibn Al Qayyim Al Jauziyah Tentang Risa>lat al
Qad}a> ‘Umar bin Khat}t}ab Kepada Abu Musa Al Asy‟ari Dan Kontribusinya Terhadap
Praktik Peradilan,” Tesis, (Semarang: UIN Walisongo), 2013
13
Sosok „Umar bin Khat}t}ab Dan Latar Belakang Lahirnya Risa>lat al Qad}a>
untuk pedoman para hakim. Kesimpulan dari jurnal tersebut ‘Umar bin
dan genius, juga dikenal sebagai peletak dasar peradilan pertama dalam
Islam. 19
kebanyakan objeknya pada asas yang berlaku saat ini di Indonesia, dalam
penelitian ini juga berobjek pada asas namun lebih banyak pada hukum
acara yang dijalankan hakim dalam beracara, juga terkait kapasitas yang
analisis.
18
Ramlah, “Eksistensi Risalatul Qadha ‘Umar bin Khat}t}ab Dan Relevansinya Dengan
Peradilan Agama Di Indonesia Di Era Reformasi,” Nalar Fiqh, Nomor 2, (Desember
2011)
19
La Aludin La Daa, “ Sosok ‘Umar bin Khat}t}ab Dan Latar Belakang Lahirnya Risa>lat al
Qad}a> ,” Tahkim, Nomor. 1,( Juni 2017)
14
G. Metode Penelitian
akan dikaji adalah ‘Umar bin Khat}t}ab dan pemikirannya yang tertuang
dalam surat yang berisi petunjuk beracara dan etika hakim atau yang
ini.
2. Sumber Data
20
Kartini, Metodologi Riset, (Bandung: Mandar Maju, 1996), 33
21
Ahmad Yasin Asy‟ari, Studi Pemikiran Ibn Al Qayyim Al Jauziyah Tentang Risa>lat al
Qad}a> ‘Umar bin Khat}t}ab Kepada Abu Musa Al Asy‟ari Dan Kontribusinya Terhadap
Praktik Peradilan, 25
15
Sumber data adalah subjek dari mana asal data penelitian itu
diperoleh.22
22
Wiratna Sujarweni, Metodologi Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Baru Press, 2014),73
16
empiris.23
4. Analisis Data
a. Pengumpulan Data
b. Pengklasifikasian Data
23
Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja,2007), 217
17
H. Sistematika pembahasan
sistematis, maka rencana penelitian ini akan dibagi dalam lima bab dengan
kapasitas bagi hakim. Karena pada dasarnya hakim merupakan inti dari
terselenggaranya peradilan.
18
penutup.
19
BAB II
‘Umar bin Khat}t}ab lahir pada tahun ke 13 pasca tahun gajah atau
sekitar tahun 586M. Beliau berasal dari suku quraisy yang terpandang dan
kesembilan yakni Ka‟ab bin Luay bin Ghalib. Secara fisik ‘Umar bin
Khat}t}ab memiliki postur tubuh yang sangat tegap, kuat, wataknya keras,
yang luar biasa, mampu memperkirakan hal-hal yang terjadi pada masa
mendatang.24
‘Umar bin Khat}t}ab biasa dipanggil Abu Hafsh dan memiliki gelar
Umar antara kekufuran dan keimanan.25 Umar juga dicatat sebagai orang
beriman.
kaum kafir Quraisy yang paling ditakuti oleh kaum muslim.26 Hingga pada
tahun keenam kenabian, ‘Umar bin Khat}t}ab masuk islam. Saat itu ia
24
Departemen Agama, Ensiklopedi Islam, (Jakarta: Kementerian Agama, 1993), 1256.
25
Ali Muhammad Ash-Shalabi, The Great Leader Of „Umar bin Khat}t}ab, Terj. Khoirul
Amru Harahap, 15
26
Dedi Supriadi, Sejarah Peradaban Islam, (Bandung : Pustaka Setia, 2016), 78
19
20
sekitar empat puluh orang laki-laki dan sebelas wanita. Dengan keislaman
‘Umar bin Khat}t}ab, Islam semakin kokoh di kota makkah dan kaum
ِ َّاْلَط
ْ ك بِأَِِب َج ْه ٍل أَْو بِ ُع َمَر بْ ِن
َ ْْي إِلَي
ِ ْ َالر ُجل ِ ِ
اب َّ ب َى َذيْ ِن َ اللَّ ُه َّم أَعَّز ا ِإل ْسالَ َم بأ
ِّ َح
“Ya Allah, muliakanlah Islam dengan salah satu dari dua orang
yang Engkau cintai, Abu Jahal bin hisyam atau ‘Umar bin Khat}t}ab.”
seluruh kaum muslim dan orang yahudi. Piagam ini kemudian disebut
27
Imam As Suyuthi, Tarikh Khulafa, (Jakarta : Pustaka Al-Kautsar, 2000), 122
28
Musthafa Murad, Kisah Hidup ‘Umar bin Khat}t}ab, (Jakarta : Penerbitzaman, 2007), 37
21
Rasulullah menerima wahyu, umar lah yang bergegas untuk merekam apa
‘Umar bin Khat}t}ab juga menjadi juru diplomasi karena kecakapan yang ia
miliki ketika menjadi duta besar dan juru runding andalan quraisy sebelum
memeluk islam. Selain itu, ‘Umar bin Khat}t}ab juga dipercayai rasulullah
sebagai penasihat dan ahli strategi umat islam, termasuk strategi dalam
Pada saat itu, kondisi sosial politik umat Islam sedang bergejolak,
beberapa hari sebelum Abu Bakar wafat tentara Islam bertempur melawan
tentara Persia dan Romawi sehingga tentara Islam di medan perang tentu
fikiran, senjata, orang, dan lain-lain. Hal demikian membuat Abu Bakar
29
Ibid
22
panglima yang lain mendukung calon khalifah yang lain. Apabila hal
oleh bangsa persia dan romawi, sehingga Abu Bakar menunjuk ‘Umar bin
sebagai golongan yang berhak menjadi khalifah. Ketiga, umat Islam pada
saat itu baru saja selesai menumpas kaum murtad dan pembangkang. 31
sahabatku Abu Bakar. Maka demi Allah, Dia tidak mendatangkan sesuatu
perkara mengenai urusan kalian tanpa aku. Maka Dia lebih cenderung
maka Dia akan lebih baik kepada mereka, seandainya mereka berbuat
30
A. Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam, (Jakarta: Al Husna Zikra, 1997), 237
31
Dedi Supriadi, Sejarah Peradaban Islam, 80
23
sampai berdiri tegak, yang mana Islam masih dalam katagori baru lahir.
Pada masa kepemimpinan Abu Bakar yang menjadi prioritas utama pada
romawi, mesir, dan lain-lain. Hingga disebut dengan periode futuhat al-
‘Umar bin Khat}t}ab sebagai salah satu sahabat terbesar sepanjang sejarah
Islam setelah Rasulullah. Bahkan ada yang mengatakan bahwa jika bukan
32
Abbas Mahmud Aqqad, Menyusuri Jejak Manusia Pilihan, ‘Umar bin Khat}t}ab, Terj.
Abdulkadir Mahdamy, (Solo: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2003), 99
33
La Aludin La Daa, Sosok ‘Umar bin Khat}t}ab Dan Latar Belakang Lahirnya Risalah al
Qad}a , 112
24
kebijakan yang pertama kali dalam sejarah dilakukan oleh Umar. Seperti
Khat}t}ab juga merupakan orang yang pertama kali mengangkat para hakim
Syam, Mesir, dan Mosul.34 Dalam bidang militer, ‘Umar bin Khat}t}ab
pasukan.35
34
Imam As Suyuthi, Tarikh Khulafa, 159.
35
Amru Khalid, Jejak Para Khalifah, Terj. Farur Mu‟is, (Solo, Aqwam, 2007), 117
25
bidang lain.
Artinya :
agar tidak kelaparan. Pada saat itu umat Islam mengalami musibah
abu, sehingga tahun itu dikenal dengan tahun abu. Diperkirakan tahun abu
36
Ibid,
37
Al –Qur‟an (5:38)
26
ini terjadi menjelang akhir tahun kedelapan belas Hijriyyah, yang meliputi
terlepas dari beberapa sifat-sifat mulia beliau. Dalam hal ibadah, Al-Abbas
harinya adalah puasa demi hajat rakyatnya.” Selain itu ‘Umar bin Khat}t}ab
kepada Allah, warak dan hati-hati, rendah hati, berwibawa, sabar. Bahkan
terdapat beberapa pendapat ‘Umar bin Khat}t}ab yang sejalan dengan Al-
Qur‟an, salah satunya ketika ‘Umar bin Khat}t}ab berkata kepada Rasullah
38
Ramlah, Eksistensi Risalatul Qadha „Umar bin Khat}t}ab Dan Relevansinya Dengan
Peradilan Agama Di Indonesia Di Era Reformasi,121
39
Ibn Qayyim Al-Jauziyah, Hukum Acara Peradilan Islam, Terj. Adnan Qohar dan
Anshorudin, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006), 46
27
semakin luas, agama Islam telah tersebar ke berbagai penjuru. Umat Islam
bersamaan.
40
Ali Muhammad Ash-Shalabi, The Great Leader Of ‘Umar bin Khat}t}ab, Terj. Khoirul
Amru Harahap, 409
41
Musthafa Murad, Kisah Hidup ‘Umar bin Khat}t}ab, 170
28
Di antara sahabat yang hanya diberi tugas peradilan oleh ‘Umar bin
1. Abdullah bin Mas‟ud yang diangkat oleh Umar sebagai hakim di kufah.
amar bin yasir untuk menjadi gubernur penduduk di kufah. Umar juga
mengutus Abdullah bin Mas‟ud untuk menjadi ketua Baitul Mal dan
Pengadilan.
ia dipecat oleh ‘Umar bin Khat}t}ab dan digantikan oleh Khalid bin Ash
42
Ali Muhammad Ash-Shalabi, The Great Leader Of ‘Umar bin Khat}t}ab, Terj. Khoirul
Amru Harahap, 412
29
Di antara para gubernur di atas, ada yang dibiarkan oleh ‘Umar bin
antara mereka juga ada yang diberi jabatan gubernur saja, seperti
Mughirah.
yang diangkat langsung oleh Khalifah ‘Umar bin Khat}t}ab dan ada juga
dan etos kerja yang tinggi. 43 Dalam penyelesaian masalah, ‘Umar bin
yang menyangkut hukum qishas, atau had maka ‘Umar bin Khat}t}ab sendiri
43
T.M. Hasbi Ash‐Shiddieqy, Peradilan dan Hukum Acara Islam, 17
30
tersebut. Jika tidak ada, ‘Umar bin Khat}t}ab mengumpulkan sahabat dan
tersebut adalah:45
berijtihadlah.
sumber hukum yang menjadi pegangan hakim pada masa ‘Umar bin
44
Muhammad Salam Madkur, Peradilan Dalam Islam, Terj. Imaron AM, (Surabaya:
Bina Ilmu, 1979), 34
45
Jaih Mubarak, Sejarah dan Perkembangan Hukum Islam, (Bandung : PT. Remaja Rosda
Karya, 2003), 37.
46
Ali Muhammad Ash-Shalabi, The Great Leader Of „Umar bin Khat}t}ab, Terj. Khoirul
Amru Harahap, 426
31
qiyas.
para sahabat dari khalifah satu ke khalifah yang lain. dengan demikian,
pengadilan terdahulu.
bin Khat}t}ab selalu menulis surat untuk dikirim kepada gubernur, hakim,
Musa Al-Asy‟ari, berisi prinsip atau pedoman beracara dan etika hakim.
Abu Musa Al-Asy‟ari dikenal pula dengan Abdullah bin Qais Abu Musa
al-Asy‟ari, merupakan salah satu sahabat Rasulullah SAW dan salah satu
47
Abdul Halim Talli, Asas-Asas Peradilan Dalam Risalah Al-Qada, (Yogyakarta, Uii
Press, 2014), 48
32
dipercaya. Pada masa Rasulullah, Abu Musa al-Asy‟ari turut serta dalam
hijrah ke Habashah di awal islam, dan turut serta pada setiap Ghazwah
(serangan di mana Rasulullah Saw ikut serta dan memimpin pasukan) dan
bin Affan, Abu Musa Al-Asy‟ari menjadi hakim juga di Kufah. 49 Dalam
surat yang ditulis oleh ‘Umar bin Khat}t}ab dengan sangat hati-hati,
tersebut diserahkan kepada para penulis hadits, seperti Imam Abu Daud,
Surat yang diintruksikan ‘Umar bin Khat}t}ab kepada Abu Musa al-
48
Abdul Manan, Etika Hakim Dalam Pemyelenggaraan Peradilan, 91
49
T.M. Hasbi Ash‐Shiddieqy, Peradilan dan Hukum Acara Islam, 16
50
Abdul Manan, Etika Hakim Dalam Pemyelenggaraan Peradilan, 92
33
Qad}a’fi al-Islam.51
C. Risa>lat al Qad}a>
tidaklah heran apabila naskah risalah tersebut banyak dimuat ulama dari
Muhammad Ibn Isma‟il al-Kahlany dalam kitab Subul al-Salam. Dari segi
Perbedaan hanya dari segi redaksinya saja.52 Selain itu Risa>lat al Qad}a>
51
Oyo Sunaryo Mukhlas, Perkembangan Peradilan Islam, 60
52
Ibid,
34
53
Ibn Qayyim Al Jauziyyah, I‟lam Al-Muwaqqi‟in „An Rab Al- „Alamin, (Beirut: Dar Al-
Kutub Al-Ilmiyah, 1993) 67
35
54
Ibn Qayyim Al Jauziyyah, Panduan Hukum Islam, Terj. Asep Saefullah FM Dan
Kamaluddin Sa‟diyatul Haramain, (Jakarta : Pustaka Azzam, 2000), 81
36
aspek inti yakni aspek hukum acara peradilan agama dan aspek kapasitas
menjauhi marah, pikiran kacau, dan rasa jemu, kesucian niat sebagai
hakim.
wajib bagi kaum muslim dan setiap daerah Islam harus memiliki
dapat ditegakkan.
menekan satu pihak dan menolong pihak yang lain. Imam Asy-
sejarah kuno tentang seorang hakim yang adil dari bani Israil, sebelum
55
Wildan Suyuthi Mustofa, Kode Etik Hakim, (Jakarta: Prenada Media, 2013), 175
38
jasadnya tetap utuh. Dari sini dapat dilihat bahwa sikap berat sebelah
c. Beban pembuktian
56
Ibn Qayyim Al Jauziyyah, Panduan Hukum Islam, Terj. Asep Saefullah FM Dan
Kamaluddin Sa‟diyatul Haramain, 78
39
perkataan para sahabat, adalah sebutan bagi segala sesuatu yang dapat
pembuktian hanya dikhususkan pada satu atau dua saksi dan sumpah.
Dalam hal ini, pembuktian secara umum lebih didekatan pada apa saja
d. Menganjurkan perdamaian
57
Ibn Qayyim Al Jauziyyah, Hukum Acara Peradilan Islam, Terj. Adnan Qohar Dan
Anshoruddin, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006), 220
58
Ibid, 213
59
Ibn Qayyim Al Jauziyyah, Panduan Hukum Islam, Terj. Ali Murtadho, (Jakarta: Pustaka
Azzam, 2018), 41
60
Abdul Halim Talli, Asas-Asas Peradilan Dalam Risalah Al-Qada,79
40
ِِ ِ
ًَح َّل َحَر ًاما أ َْو َحَّرَم َحالَال ُ َّْي إِال
َ ص ْل ًحا أ َ ْي الْ ُم ْسلم
َ ْ َالص ْل ُح َجائٌز ب
ُّ َو
Artinya:
Artinya:
dapat membuka akses yang lebih luas kepada para pihak yang
61
Al-Qur’an, 49:10
62
PERMA Nomor 1 Tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan.
41
perdamaian”.64
ِ ِ ِّ و من َّادعى
ُ فَِإ ْن بَيَّ نَو,ب لَوُ أ ََم ًدا يَنتَ ِهى إِلَْيو
ْ اض ِر
ْ َحقا غاءباً أ َْو بَيِّ نَةً ف َ
ِ َّ ,َضيَّة ِ ك استَحلَلْت
ِ عليو ال َق ِ ِ ِ
كَ فإن َذل ْ ْ َ َوإِن أ َْع َجَزهُ َذل,أ َْعطَْيتَوُ ِبَقِّو
,َجلَى لِلْ َع َم ِاء ْ الع ْذ ِر َوأ
ُ ُى َو أَبْلَ ُغ ِف
Artinya:
tiga hari.65
Bagaimanapun jika di masa yang akan datang ada kasus yang mirip
g. Kualifikasi saksi
65
Ibid, 89
66
Abdul Manan, Etika Hakim, Dalam Pemyelenggaraan Peradilan, 102
43
ِ ض إِالَّ َُمَّربا
عليو َش َه َادةُ ُزوٍر أ َْو ًَ ٍ ض ُه ْم على بَ ْع ُ ول بَ ْعٌ َوالْ ُم ْسلِ ُمو َن ُع ُد
ِل ِم َن الْعِبَ ِاد ِ ٍ ٍ ِ ِ ِ
َََّْملُوداً ِف َح ٍّد أ َْو ظَنيْناً ِف َوَالء أ َْو قَ َرابَة فَإ َّن اهلل تعاِل تَ َو
ِ ِ ِ
ِ َات واألََْي ِ ِ َّ
.ان َ َ َو َستَ َر َعلَْيه ْم اْلُ ُدوَد إالَّ بالبَيِّ ن,السَراء َر
Artinya:
pengadilan.68
67
Ibid, 106
68
Ibid,
44
ِ
ُك فَِإنَّوُ الَ يَْن َف ُع تَ َكلُّ ٌم ِبَ ٍّق الَ نَ َف َاد لَو
َ ِل إِلَْي
ِ ِ
َ فَافْ َه ْم إ َذا أ ُْد
Artinya :
antaranya.69
69
Abdul Halim Talli, Asas-Asas Peradilan Dalam Risalah Al-Qada, 65
45
آن َوَالِ ُمَّ الْ َفهم الْ َفهم فِيما أ َْدِل إليك ِِمَّا ورد علَيك ِِمَّا لَيس ِِف ال ُقر
ْ َ ْ ْ َ َََ َ َ َْ َْ
ال ُمَّ ْاع ِم ْد فِْي َما ِ واع ِر, ُمَّ قَايِس ْاألُمور ِعْن َد َذلِك,سن َِّة
َ َف األ َْمث َْ َُ ْ ُ
ْ َِحبِّ َها إِ َِل اللَّ ِو َوأَ ْشبَ ِه َها ب
.اْلَ ِّق َ تَ َرى إِ َِل أ
Artinya:
memahami dua hal tersebut, jika memutus perkara dengan benar akan
70
Ibn Qayyim Al Jauziyyah, Panduan Hukum Islam, Terj. Asep Saefullah FM Dan
Kamaluddin Sa‟diyatul Haramain, 77
46
tenang dan tenteram, baik jasmani maupun rohani. Hakim tidak boleh
akan baik dan buruk, benar dan salah, hingga dapat memepengaruhi
putusan.
71
Wildan Suyuthi Mustofa, Kode Etik Hakim, 174
72
Muhammad Salam Madkur, Peradilan Dalam Islam, Terj. Imron AM, (Surabaya: Bina
Ilmu, 1979), 90
47
Artinya:
bahwa perlunya kemantapan iman dan takwa yang harus dimiiki oleh
patokan oleh hakim adalah fungsi saksi, karena hal itu mewajibkan
penekanan dari segi kemaslahatan. Oleh karena itu maka orang yang
beragama dan adil harus didahulukan dari orang yang pintar dan
73
Ibn Qayyim Al Jauziyyah, Panduan Hukum Islam, Terj. Asep Saefullah FM Dan
Kamaluddin Sa‟diyatul Haramain, 99
49
BAB III
1. Perkara perkawinan
74
Kekuasaan kehakiman adalah kekuasaan negara yang merdeka untuk menyelenggarakan
peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan pancasila dan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, demi terselenggaranya Negara
Hukum Republik Indonesia. (Dalam pasal 1 UU No. 48 tahun 2009).
75
Mukti Arto, Praktek Perkara Perdata Pada Pengadilan Agama, 9
76
Mardani, Hukum Acara Perdata Peradilan Agama Dan Mahkamah Syar‟iyah, Jakarta:
Sinar Grafika, 2009, 53
77
Ibid, 54
49
50
21 tahun, dalam hal orang tua atau wali atau keluarga dalam garis
c. Dispensasi kawin
d. Pencegahan perkawinan
f. Pembatalan perkawinan
i. Gugatan perceraian
k. Penguasaan anak
memenuhinya
kekuasaannya
perkawinan campuran
w. Wali adhal, yaitu wali yang enggan atau menolak menikahkan anak
menjadi ahli waris dan penentuan hak dan kewajiban ahli waris
warisan
di antaranya:
tujuan zakat
undangan
wakaf
wakaf
a. Bank syariah
b. Asuransi syariah
c. Reasuransi syariah
53
f. Sekuritas syariah
g. Pembiayaan syariah
h. Pegadaian syariah
78
Mukti Arto, Praktek Perkara Perdata Pada Pengadilan Agama, 10
54
Islam (pasal 1 ayat (1), pasal 2 dan pasal 49 UU No. 3 tahun 2006 jo
agama adalah orang tertentu yakni orang yang beragama islam. Ciri
(2) UU No. 7 tahun 1989, yaitu kepala putusan dalam pengadilan tidak
ketuhana yang maha esa”, tetapi juga harus didahului dengan kalimat
islam.79
tahun 2009)
79
Mardani, Hukum Acara Perdata Peradilan Agama Dan Mahkamah Syar‟iyah, (Jakarta:
Sinar Grafika, 2009), 38
55
Asas tersebut juga tercantum dalam pasal 29 ayat (1) UUD Tahun
e. Asas peradilan cepat, sederhana dan biaya ringan (pasal 2 ayat (4) UU
bertahun-tahun.
(pasal 4 ayat (1) UU No. 48 tahun 2009, pasal 58 ayat (1) UU No. 7
Para pihak yang berperkara harus diberi kesempatan yang sama dalam
hukum yang berlaku. Asas ini juga disebut equality before the law.
g. Peradilan dilakukan bebas dari pengaruh dan campur tangan dari luar,
luar.
i. Pihak yang diadili memiliki hak ingkar terhadap hakim yang mengadili
j. Beracara dikenakan biaya (pasal 121 ayat (1) HIR / pasal 145 ayat (4)
secara prodeo atau tanpa biaya. Keadaan tidak mampu tersebut harus
57
bersangkutan.80
80
Abdullah Tri Wahyudi, Pengadilan Agama di Indonesia, (Yogyakarta, Pustaka Pelajar,
2004), 38
81
Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, (Yogyakarta: Penerbit
Universitas Atma Jaya, 2010), 53
58
yang dilakukan oleh orang lain tetapi orang yang telah dilanggar
o. Hakim bersifat pasif (pasal 118 ayat (1) HIR, pasal 142 ayat (1) R.Bg).
yang dituntut oleh para pihak. Hakim tidak boleh memeriksa dan
memutus melebihi apa yang dituntut dan tidak boleh memutuskan apa
p. Hakim mendengar kedua belah pihak (pasal 121 HIR/ 142 R.Bg).
sidang.
r. Hakim wajib mendamaikan para pihak (pasal 130 HIR, pasal 39 ayat
pemeriksaan.
59
s. Hakim membantu para pihak (pasal 5 ayat (2) UU.No. 14/1970 dan
tidak ada ataupun kurang jelas. Hakim tidak boleh mengadili lebih dari
di atur dalam:82
a. Asas sosial justice (pasal 28 ayat (1) dan (2) UU. No. 4 tahun 2004)
82
Fauzan, Pokok-Pokok Hukum Acara Perdata Peradilan Agama Dan Mahkamah
Syar‟iyah di Indonesia (Jakarta: Kencana, 2005), 7
60
panitera.
Putra dan Timur Asing yang berada di luar Jawa dan Madura yang
83
Martha Eri Safira, Hukum Acara Perdata, (Ponorogo : Nata Karya, 2017), 7
61
e. Undang-Undang
daerah luar Jawa dan Madura diatur dalam Pasal 199-205 R.Bg.
pelaksanaannya.
84
Ahmad Mujahidin, Pembaharuan Hukum Acara Perdata Peradilan Agama dan
Mahkamah Syar‟iyyah di Indonesia, (Jakarta: IKAHI, 2008), 38
62
g. Yurisprudensi
berkekuatan hukum tetap dan diikuti oleh para hakim atau badan
peradilan lain dalam memutus perkara atau kasus yang sama. 85 Namun
memakai dalam suatu perkara yang sejenis dan telah mendapat putusan
sebelumnya.86
berupa kitab-kitab fiqh Islam dan sumber hukum tidak tertulis lainnya.
sebagainya.
a. Sidang pertama
85
Fauzan, Kaidah Penemuan Hukum Yurisprudensi Bidang Hukum Perdata, (Jakarta:
Prenada Media, 2014), 19
86
Abdul Manan, Penerapan Hukum Acara Perdata di Lingkungan Peradilan
Agama,(Jakarta: Yayasan Al-Hikmah, 2000), 7
87
Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, 9
63
Apabila para pihak telah dipanggil secara resmi dan patut untuk hadir di
antaranya:88
persetujuan tergugat.
88
Mukti Arto, Praktek Perkara Perdata Pada Pengadilan Agama, 84
64
diperiksa.
b. Mediasi
89
M. Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata Gugatan, Persidangan, Penyitaan,
Pembuktian dan Putusan Pengadilan, (Jakarta: Sinar Grafika, 2010), 239.
65
harus diajukan pada hari sidang pertama saat para pihak hadir. Atau jika
tidak hadir hal tersebut harus disampaikan pada pihak tergugat terkait
pokok gugatan menjadi lain dari materi yang menjadi sebab perkara
antara kedua belah pihak tersebut. Kecuali jika diijinkan oleh Tergugat.
e. Jawaban tergugat
jawabannya. Tetap dinilai tidak hadir dan jawabannya itu tidak perlu
90
Mukti Arto, Praktek Perkara Perdata Pada Pengadilan Agama, 97
66
g. Duplik atau tanggapan tergugat atas replik dari penggugat. Acara replik
antara penggugat dan tergugat, dan atau dianggap cukup oleh hakim.
h. Pembuktian
1) Surat
165 dan 167 HIR dan pasal 285 – 305 RBg. Alat bukti surat dapat
2) Saksi
91
Bahder Johan Nasution, Hukum Acara Peradilan Agama, (Bandung: Tarsito, 1992), 74
67
menerangkan apa yang dilihatnya, apa yang didengar, dan apa yang
karena perkawinan menurut garis lurus dari salah satu pihak, Suami
atau istri salah satu pihak meski telah brercerai, anak di bawah
3) Persangkaan
4) Pengakuan
92
Mukti Arto, Praktek Perkara Perdata Pada Pengadilan Agama, 170
68
5) Sumpah
BW.
pandangan masing-masing.
utama sebagai penentu nasib para pihak dan keberhasilan suatu peradilan.
93
Ibid, 81
70
b. Beragama Islam
dan kewajiban
94
Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, 55
95
Erfaniah Zuhriah, Peradilan Agama Indonesia,108
71
minimal dua aspek. Yakni aspek integritas hakim dan aspek perundang-
berlaku.97
antaranya:99
96
Abdul Halim Talli, “Integritas Dan Sikap Aktif Argumentatif Hakim Dalam
Pemeriksaan Perkara,” Al-Daulah, 1 (Juni 2014), 2.
97
Ibid,
98
Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, 159
99
Ibid, 161
72
Sumpah dan atau janji hakim tersebut berbunyi sebagai berikut. 100
Sumpah hakim:
100
Supriadi, Etika Dan Tanggung Jawab Profesi Hukum Di Indonesia, (Jakarta: Sinar
Grafika, 2008), 115
73
yang sangat rapuh, maka wibawa hukum di negara tersebut akan lemah
1. Berperilaku adil
2. Berperilaku jujur
4. Bersikap mandiri
101
Ibid,
102
Wildan Suyuthi Mustofa, Kode Etik Hakim, 124
74
5. Berintegritas tinggi
6. Bertanggung jawab
8. Berdisiplin tinggi
dasar kemanusiaan yang adil dan beradab), cakra (adil, tidak berprasangsa
sabar, tegas, disiplin), sari (berbudi luhur, berkelakuan tidak tercela), tirta
(bersih, jujur).103
103
Supriadi, Etika Dan Tanggung Jawab Profesi Hukum Di Indonesia, 116
75
acuan atau pedoman bagi KY dan pihak lain yang terlibat dalam
mencapai visi dan misi KY dalam rangka mewujudkan hakim yang bersih,
ilmu hukum serta nalar hukum, penguasaan hukum materiil dan formil,
kapasitas hakim yang dilihat dari aspek penguasaan atas ilmu hukum,
104
Peraturan Komisi Yudisial Republik Indonesia Nomor 03 Tahun 2013 Tentang
Grand Design Penguatan kapasitas Hakim
76
kapasitas hakim secara garis besar mengandung dua aspek yaitu aspek
105
Ibid, 17
106
Ibid, 20
77
BAB IV
1. Keberadaan peradilan
107
Al-Qur’an, 38:26.
77
78
kepada lawannya, sumpah ini dilakukan apabila tidak ada bukti sama
Mengenai bukti oleh tergugat, jika dalam hakum acara peradilan bukti
hakim.
4. Menganjurkan perdamaian.
108
Bahder Johan Nasution, Hukum Acara Peradilan Agama, 80
109
Ibn Qayyim Al Jauziyyah, Hukum Acara Peradilan Islam, 208
80
paksaan.
dapat diminta oleh salah satu pihak dengan alasan yang rasional
selalu ada, maka hakim diberi hak untuk meninjau kembali putusan
ijma‟ ulama atau menyalahi kaidah, nash yang jelas, atau qiyas,
yang kuat.
hakim yang lain yang telah dijatuhkan dan telah memiliki hukum
tetap, kecuali atas permintaan salah satu pihak yang berperkara karena
110
Muhammad Salam Madkur, Peradilan Dalam Islam, 85
82
7. Kualifikasi saksi
Saksi merupakan salah satu alat bukti yang menentukan, hukum acara
perkawinan dengan salah satu pihak, tidak ada hubungan kerja dengan
mengetahui peristiwanya.
yang telah didera atau orang yang pernah bersaksi palsu, atau orang
hukum serta nalar hukum, penguasaan hukum materiil dan formil, dan
memutuskan dengan qiyas atau yang lebih dekat dengan kebenaran. Hal
hakim masa sekarang dituntut lebih luas dari pada yang diamanatkan
dalam Risa>lat al Qad}a>. Hal tersebut karena masa yang berbeda antara
kacau, dan rasa jemu, apabila hakim marah sebaiknya sidang di skors
persidangan.
hakim (kartika, cakra, candra, sari, tirta). Tirta berarti air, air yang
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
dan sumber hukum, juga terdapat ketentuan etika yang harus dimiliki
panjang antara saat ini dan Risa>lat al Qad}a> 14 abad yang lalu.
B. Saran
hakim.
86
87
DAFTAR PUSTAKA
Aqqad, Abbas Mahmud. Menyusuri Jejak Manusia Pilihan, Umar Bin
Khattab, Terj. Abdulkadir Mahdamy. Solo: Tiga Serangkai Pustaka
Mandiri, 2003.
Arto, Mukti. Praktek Perkara Perdata Pada Pengadilan Agama,
Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 1996.
Anshori, Abdul Ghofur, Peradilan Agama Di Indonesia Pasca Undang-
Undang Nomor 3 Tahun 2006, Yogyakarta : UII Press, 2007.
Ash-Shalabi, Ali Muhammad. The Great Leader Of Umar Bin Khattab.
Terj. Khoirul Amru Harahap. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2008.
Asy‟ari, Ahmad Yasin. Studi Pemikiran Ibn Al Qayyim Al Jauziyah
Tentang Risalah Al-Qadha Umar Bin Khattab Kepada Abu Musa
Al Asy‟ari Dan Kontribusinya Terhadap Praktik Peradilan, Tesis,
Semarang: UIN Walisongo, 2013
Ash Shiddieqy, T.M. Hasbi. Peradilan Dan Hukum Acara Islam.
Semarang : Pustaka Rizki Putra, 1997.
Al Quran,
Al-Azizi, Abdul Syukur. Sejarah Peradaban Islam Menelusuri Jejak-Jejak
Peradaban Islam di Barat dan di Timur. Yogyakarta: Saufa, 2014.
Basri, Cik Hasan. Peradilan Agama di Indonesia. Jakarta: Rajawali Pers,
1996.
Fauzan, Pokok-Pokok Hukum Acara Perdata Peradilan Agama Dan
Mahkamah Syar‟iyah Di Indonesia. Jakarta: Kencana, 2005.
Fauzan, M. Kaidah Penemuan Hukum Yurisprudensi Bidang Hukum
Perdata. Jakarta: Prenada Media, 2014.
Harahap, M. Yahya. Hukum Acara Perdata Gugatan, Persidangan,
Penyitaan, Pembuktian dan Putusan Pengadilan. Jakarta: Sinar
Grafika, 2010.
---------. Kedudukan Kewenangan Dan Acara Peradilan Agama. Jakarta:
Sinar Grafika, 2007.
Ismail. Studi Perbandingan antara Asas Peradilan dalam Risalah al-
Qadha Umar Bin al-Khattab dengan Asas Peradilan Agama di
Indonesia, Tesis. Padang : IAIN Imam Bonjol, 2012.
88