Anda di halaman 1dari 14

RESUME PENGANTAR HUKUM INDONESIA

Dosen Pengampu :

Oleh :
Muhammmad
Yazid NIM.
23103070087

PROGRAM STUDI
HUKUM TATA NEGARA
FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA

YOGYAKARTA
2024

1
ABSTRAK

Pembentukan hukum Islam dan dampaknya terhadap peraturan perundang-undangan di


negara-negara dengan mayoritas penduduk Muslim. Dalam konteks globalisasi dan
perkembangan masyarakat, peran hukum Islam dalam mengatur kehidupan sehari-hari dan
menyusun kerangka hukum nasional menjadi semakin signifikan. Tujuan penelitian ini
adalah untuk memahami bagaimana hukum Islam memengaruhi pembentukan peraturan
perundang-undangan, merinci peran lembaga-lembaga Islam, dan mengeksplorasi
dampaknya terhadap sistem hukum nasional. Penelitian ini menggunakan metode analisis
dokumen untuk menyelidiki teks-teks hukum Islam yang terkait dengan pembentukan
peraturan perundang-undangan di berbagai negara. Wawancara dengan pakar hukum
Islam, tokoh agama, dan praktisi hukum dilakukan untuk memperoleh wawasan yang lebih
mendalam terkait implementasi hukum Islam dalam konteks perundang-undangan
modern.Hasil penelitian menunjukkan bahwa hukum Islam memiliki peran sentral dalam
membentuk peraturan perundang-undangan di negara-negara dengan populasi Muslim
yang signifikan. Lembaga-lembaga Islam dan otoritas keagamaan turut berperan dalam
proses ini. Namun, terdapat tantangan dalam menyelaraskan hukum Islam dengan prinsip-
prinsip demokrasi dan hak asasi manusia, serta dalam menangani isu-isu kontemporer
seperti kesetaraan gender. Penelitian ini memberikan kontribusi pada pemahaman
akademis mengenai dinamika pembentukan hukum Islam dalam kerangka perundang-
undangan. Selain itu, hasil penelitian ini dapat menjadi landasan bagi pembuat kebijakan,
legislator, dan pihak-pihak terkait untuk mempertimbangkan upaya yang lebih efektif
dalam mengintegrasikan nilai-nilai Islam dengan norma-norma hukum modern. Integrasi
yang seimbang dan harmonis antara hukum Islam dan peraturan perundang-undangan
diharapkan dapat mendukung perkembangan masyarakat yang adil dan berkeadilan.

2
BAB l
PENDAHULUA
N

A . Latar Belakang Masalah


Orde lama berlangsung kurang lebih selama 22 tahun. Lantas bagaimana
perkembangan hukum islam sendiri pada era orde lama ini. Sejarah islam menjadi
suatu yang tidak bisa terpisah terhadap perkembangan sejarah hukum Islam di
Indonesia. Menbicarakan hukum islam sama saja membicarakan islam sebagai
sebuah agama. Hal ini menunjukan bahwa hukum islam dalam sebuah instansi
agama memiliki kedudukan yang sangat signifikan.

Hukum islam mulai berkembang pada masa awal periode empat khalifah yang
disebut Khulafaur Rasyidin pada 11-14 H. Pada saat ini para Kulafaur Rasyidin
menggalami perkembangan dan perluasan wilayah yang sangat pesat, dalam masa
ini fikih diatur bukan hanya untuk beribadah saja, melainkan meliputi banyak
bidang yang dipelajari. Seperti hubungan antar negara, hukim pidana,
ketatanegaraan, dan peradilan.

Mulai dari itu pentingnya ilmu fikih mendorong perkembangan masyarakat


untuk melakukan kodifikasi hadis, yang menjadi landasan utama melalui ilmu
tafsir dan hadis. Hukum Islam menjadi suatu pengetahuan tentang semua hal baik
bersifat duniawi maupun ketuhanan. Kedudukan hukum islam menjadi sangat
penting sebagai pandangan umat islam, untuk menentukan tingkah laku, dan
pandangan hidup yang utama.

Pada era orde lama ini muslim harus bersabar dalam memperjuangkan cita-
citanya, karena pada era ini bisa dikatakan era komunis dan kapitalis. Salah satu
partai yang ada untuk memperjuangkan hak-hak umat islam yaitu Masyumi

dibubarkan dengan alasan tokoh-tokohnya terlibat pemberontakan PRRI di


Sumatra Barat, pada tanggal 15 Agustus 1960 oleh Soekarno.

Melalui Tap MPR katanya hukum islam diberikan peluang untuk


mempromosikan aspek-aspek dengan sebagaimana mestinya. Namu,
ketidakjelasan membuat akhirnya peran hukum islam pada era ini tidak
mendapatkan tempat.

3
A. Rumusan Masalah
1. Bagaimana dinamika pembentukan hukum islam pada masa orde lama?

2. Apa saja teori pembentukan hukum islam?

3. Bagaimana sistem pembentukan UU pada masa orde lama?

4
BAB II
PEMBAHASA
N

A. Hukum Islam di Era Orde Lama menjelang Orde lama.


Mungkin tidak salah jika dikatakan bahwa orde lama adalah sebuah era
Nasionalis dan komunis. Sementara umat Islam di zaman sekarang ini
membutuhkan sedikit Berjuang dengan sabar untuk tujuannya. perwakilan salah
satu pihak Karena keinginan umat Islam saat itu, Masyumi harus bubar pada 15
Agustus Pada tahun 1960, Soekarno, dengan alasan tokohnya terlibat
pemberontakan (PRRI di Sumatera Barat) Dan NU, kemudian mendapat Manipol
Usdek Soekarno menyusun susunan DPR bersama PKI dan PNI Gotong royong
dengan semangat Nasakom. Atas dasar itulah MPRS dibentuk Kemudian diambil
2 keputusan, salah satunya tentang penyatuan upaya Siapa yang harus
memperhatikan realitas hidup di Indonesia.

Padahal hukum syariah adalah salah satu fakta universal Berada di Indonesia
dan di bawah UU MPR Menempatkan hukum Islam pada tempatnya yang
selayaknya, tetapi sama tidak jelasnya Keterbatasan perhatian membuat situasi
semakin suram. Dan peran hukum Islam di era itu Sekali lagi tidak mendapatkan
haknya. Setelah kudeta 1965 yang gagal oleh Partai Komunis Indonesia dan orde
baru berkuasa, Banyak tokoh Islam Indonesia menaruh harapan tinggi terhadap
upaya tersebut politik mereka menempatkan Islam dalam tatanan politik dan
hukum Indonesia. Dan, kemudian perintah baru melepaskan yang pertama Tokoh
Mayumi yang sebelumnya dipenjarakan oleh Sukarno. Tapi segera, Perintah
tersebut menegaskan bahwa militer tidak akan menyetujui pekerjaan
pembangunan kembali kembali partai masyumi1.

Padahal status hukum Islam sebagai sumber hukum nasional tidak begitu
kokoh di awal-awal tatanan ini, namun upaya untuk memperkuatnya terus

1
Sirojudin “Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Hukum Islam”Vol.4 No 2 : 8-9

5
dilakukan. KH Ahmad Dahlan membuktikannya, Menteri Agama NU mencoba
mengajukan RUU Perkawinan Muslim dengan dukungan kuat dari Fraksi Islam
DPRGR. Meski tidak berhasil, upaya itu kemudian dilanjutkan dengan lamaran
Rancangan undang-undang resmi untuk peradilan Indonesia. Upaya ini
membuahkan hasil pada tahun 1970 dengan lahirnya UU No. 40. Pada tahun 1970,
Pengadilan Agama diakui sebagai salah satu lembaga peradilan yang berlandaskan
Mahkamah Agung, yang merupakan hukum Islam dan langsung diberlakukan
sebagai hukum yang berdiri sendiri

Berlakunya hukum islam diperjelas ketika UU No. 14 Tahun 1989 tentang


peradilan agama diterapkan.Disusul dengan adanya upaya upaya
mengkomplikasikan hukum syari’ah pada bidang bidang tertentu. Pada tahun
1988, Presiden Soeharto menerima komplikasi itu dan menyebarluaskannya
kepada para Menteri terutama Menteri Agama.2

B. Kondisi Hukum Islam pada Masa Runtuhnya Kepresidenan Soeharto


Gemuruh demokrasi dan kebebasan pasca tumbangnya pemerintahan Soeharto
Semakin meningkat di setiap pelosok Indonesia. Setelah perjalanan itu, di zaman
sekarang ini setidaknya hukum Islam mulai berlaku Perlahan tapi pasti. Terbitnya
Ketetapan MPR No. III/MPR/2000 Tentang Sumber Tatanan peraturan
perundang-undangan semakin membuka peluang Lahirnya hukum berdasarkan
hukum syariah. terutama di Pasal 2(7) menegaskan bahwa peraturan daerah
disesuaikan menurut mereka Tergantung pada keadaan tertentu di wilayah tertentu
di Indonesia, peraturan bisa Penerapan aturan umum yang mengesampingkan
berlakunya suatu peraturan yang bersifat umum.3

2
Sirojudin “Sejarah Hukum Islam”,10-11
3
Sirojudin “Sejarah Hukum Islam”,11

6
Lebih dari itu, selain peluang yang semakin jelas, upaya-upaya konkrit
pengimplementasian hukum Islam dalam bentuk peraturan perundang-undangan,
Hasil nyatanya telah dicapai di zaman sekarang . bukti nyata adalah hukum – UU
No. 32 Tahun 2004 dan UU Provinsi Nanggore Aceh Darussalam No. 3 Tahun
2006 tentang Pelaksanaan Syariat UU No. 11 Tahun 2002 tentang perubahan
tersebut di atas UU No 7 Tahun 1989. dan beberapa undang-undang lainnya
seperti Sengketa perbankan syariah kali ini akan ditangani langsung oleh
pengadilan agama.4
C. Teori Penerapan Hukum Syariah di Indonesia

Hukum syariah mulai masuk ke Indonesia ketika banyak orang berkunjung ke


Indonesia Dalam proses perumusan oleh pedagang dari berbagai daerah. Ada
beberapa teori hukum syariah di Indonesia, yaitu:
a. Teori Kredo atau Pengakuan Iman.
Teori kredo atau syahadah adalah teori yang perlu diimplementasikan oleh
mereka yang telah menucap 2 kalimat syahadat Sebagai konsekuensi logis dari
pernyataan syahadatnya. Teori ini sebenarnya merupakan kelanjutan dari prinsip
monoteistik filosofis Hukum Islam. Prinsip tauhid yang wajib dianut oleh setiap
orang. Ia sendiri meyakini keesaan Allah SWT, sehingga ia harus mentaati
perintah Allah SWT. Dalam hal ini, patuhi perintahnya Allah SWT, dengan
tunduk kepada Rasulullah SAW dan sunnah-Nya.

Teori kredo ini identik dengan teori otoritas hukum yang dijelaskan H.AR Gibb
(Modern Trends in Islam, University of Chicago, illionis, 1950). Gibb
mengatakan bahwa seorang Muslim yang menerima Islam sebagai agamanya
berarti telah menerima otoritas hukum islam kepadanya. Teori Gibb sama seperti
yang diungkapkan pendeta Ketika pengikut Imam Syafi'i dan Imam Abu Hanifah
menjelaskan Teori Hukum dan Politik Internasional Islam (fiqh Siyasah Dauliyah)
dan hukum pidana Islam (fiqh jinayah)

4
Anshoruddin”Beberapa teori tentang berlakunya Hukum Islam di Indonesia”vol 3 No 2: 1

7
Demikian seorang muslim adalah Yurisdiksi yang menegakkan hukum Islam.
Meskipun tidak teoritis Teritorialitas, Imam Syafi'i menunjukkan bahwa umat
Islam itu abadi. Hukum syariah harus ditegakkan dimanapun dia berada, baik
daerah Hukum dan Yurisdiksi.

Seperti yang diketahui mayoritas umat Islam di Indonesia adalah Pengikut


mazhab Syafi'i sehingga teori kredo tidak dapat disanksikan lagi, teori kredo atau
pengakuan imam ini berlaku di Indonesia hingga kedatangan teori receptio in
complexu di zaman Belanda.5

b. Teori Receotio in Complexu.


Teori penerimaan kompleks menyatakan bahwa untuk orang-orang Islam
sepenuhnya menerapkan hukum Syariah karena ia menerima agama tersebut,
meskipun ada penyimpangan dalam pelaksanaan deviasi. Ketika Profesor
Lodewijk Willem Christian van den Berg memperkenalkan teorinya, dab berlaku
untuk masyarakat muslim Indonesia, ternyata respon kompleks ini sudah
digunakan pada zaman VOC Untuk membimbing pejabat dengan membuat
berbagai undang- undang Menyelesaikan masalah hukum orang Aborigin yang
tinggal di sana. Wilayah kekuasaan VOC yang kemudian dikenal dengan nama
Hindia Belanda. Hukum keluarga Islam, khususnya hukum perkawinan dan waris,
tetap berlaku danBelanda mengakui. Bahkan VOC telah mengakui hal ini dalam
bentuk peraturan Resolutie Der Indische Regeering tanggal 25 Mei 1760,
kemudian diberikan oleh Belanda untuk Dasar hukum Reging Reglemen (RR)
tahun 1885.6

c. Teori Reseptio
Teori Reseptio atau penerimaan menyatakan bahwa, pada dasarnya, untuk orang
pribumi berlaku hukum adat, jika norma hukum Islam telah diterima masyarakat
sebagai hukum adat. Teori ini secara hukum diberi landasan hukum Konstitusi
Hindia Belanda yang menggantikan RR, Wet op De Staatsinrichting van
Nederlands Indie (IS). teori penerimaan mengemukakan Teori van vollenhoven
dan

5
Anshoruddin”Teori Hukum di Indonesia”:2
6
Anshoruddin “Teori hukum di indonensia”:3

8
Ter Haar digunakan sebagai alat oleh Snouck Hurgronje agar penduduk pribumi
tidak menguasai ajaran islam dan hukum Islam. Jika mereka berpegang teguhpada
ajaran dan hukum Islam, karena takut mereka akan sulit diterima dan dipengaruhi
Mudah dipengaruhi oleh budaya Barat. Dia juga khawatir tentang pan-Islamisme
yang ditiup oleh Jamaluddin Al-Afghani, sangat berpengaruh di Indonesia.7

Teori penerimaan ini berpengaruh dalam perkembangan hukum Islam di


Indonesia Indonesia, dengan wilayah Indonesia dibagi menjadi Sembilan belas
bidang hukum adat.Teori Receptio ini berlaku hingga tiba zaman kemerdekaan.

d. Teori receptie exit


Teori receptie exit diperkenalkan oleh profesor. Dr Shanghai Hazairin.
Menurutnya, setelah Indonesia merdeka, itu setelah deklarasi Kemerdekaan
Indonesia dan Undang-Undang Dasar 1945 dituangkan dalam undang-undang
negara Republik Indonesia, semua ketentuan perundang-undangan Hindia
Belanda, berdasarkan teori receptie, bertentangan dengan jiwa Konstitusi45. Oleh
karena itu menerima teori harus menghilangkan alias dari sistem hukum Indonesia
menjadi merdeka. Teori receptie harus berasal dari yurisprudensi nasional
Indonesia karena bertentangan dengan UUD 1945 dan Pancasila Bertentangan
dengan Al-Qur'an dan As-Sunnah. UUD 1945 jelas mengatur hal itu, Negara
didirikan atas dasar Ketuhanan Yang Maha Esa dan negara menjaminnya
kebebasan setiap warga negara untuk menjalankan agamanya masing-masing
Ibadah menurut agama dan kepercayaan masing-masing. Demikian dinyatakan
dalam Pasal 29 ayat 1 dan 2 .8

e. Teori Reseptie a Contrario


Teori reseptie a contrario diperkenalkan oleh Hazairin dan Dikembangkan oleh
Sayuti Thalib, SH via impor teori receptie A. Contrario secara harfiah berarti
bertentangan dengan teori Receptie A Contrario, hukum adat berlaku hanya jika
tidak bertentangan dengan hukum Islam,

7
Anshoruddin”Teori Hukum di Indonesia”:3
8
Anshoruddin”Teori Hukum di Indonesia”:10

14
teori ini sejalan dengan teori para ahli hukum Islam (fiqh) tentang al'urf danteori
al-adah. Jika teori reseptie lebih mengutamakan penerapan hukum adat di atas
Hukum Islam maka teori reseptie a contrario sebaliknya. secara teori recepie a
contrario, yaitu mendahulukan hukum Syariah daripada Hukum adat. Teori
reseptie a contrario terbalik mengutamakan hukum Syariah, bukan hukum adat
sebagai hukum adat baru dapat ditegakkan jika Tidak melanggar syariat Islam.9

f. Teori hukum islam


Teori untuk membangun hukum bagi umat Islam terkandung dalam Sumberdan
sumber hukum ajaran Islam yaitu Quran dan Sunnah. Juga agama Islam yang
masuk ke Indonesia pada abad-abad pertama hijriah telah membawa system nilai-
nilai baru berupa akidah dan syariat. Ketika itu kondisi masyarakat Indonesia telah
tertata lengkap dengan system yang berlaku berupa peraturan-peraturan adat
masyarakat setempat. Sesuai dengan hakikat dakwah Islamiyah, nilai-nilai Islam
itu diresapi dengan penuh kedamaian atau tidak bertentangan dengan nilai-nilai
akidah dan syariat Islam. Pertemuan kedua sistem nilai itu (adat dan Islam)
berlaku dengan wajar, tanpa adanya konflik antara kedua syistem nilai tersebut.10

9
Anshoruddin”Teori Hukum di Indonesia”:10
10
Sirojudin “Sejarah Hukum Islam”:11

15
D. Perubahan Perundang Undangan pada masa Orde Lama
Pada masa order lama hukum islam mengalami ketidak harmonisan terhadap
negara Republik Indonesia, di masa ini hukum islam ingin diakui sebagai hukum
nasional yang dapat memberikan dampak positif terhadap masyarakat negara
republik Indonesia yang tidak hanya diakui oleh kalangan masyarakat setempat
dan yang menganutnya. Maka pada masa ini semua para pemeluk hukum islam
berjuang Bersama untuk mendapatkan pengakuan terhadap negara secara formal
sebagai hukum nasional. Fenomena ini terjadi bebarengan dengan lahirnya
piagama Jakarta pada tanggal 22 Juni 1945 yang pada sila pertama berbunyi
“Ketuhanan yang Maha Esa dengan kewajiban menjalankan syariat islam bagi
pemeluk pemeluknya” yang mana pada sila ini menjadi pertentangan para tokoh
dikarenakan beberapa kata yang terdapat pada pasal tersebut yang mana itu negara
Indonesia sebagai negara islam. Namun dengan adanya proklamasi kemerdekaan
republik Indonesia dan berlakunya uud 1945 mulai pada tanggal 17 dan 18
agustus 1945 kedudukan hukum islam secara garis besar tidak ada yang dirubah
dan masih berfungsi sebagai hukum yang dianut oleh orang islam pada bidang
tertentu. Kedudukan ini diwujudkan bahwa republik Indonesia adalah negara yang
berdasarkan sila ketuhanan yang maha esa, sila ini dimuat dalam pembukaan UUD
1945 yang sama dengan piagam Jakarta pada pasal 29 ayat 1 dan diikuti dengan
yata 2 UUD 1945 yang berbunyi “negara menjamin kemerdekaan tiap tiap
penduduk untuk memeluk agamanya masing masing dan membentuk beribadat
menurut agamanya dan kepercayaannya11”.

Kedudukan pada hukum islam ditegakan melalui peraturan perundang


undangan belanda, pada pasal II aturan peralihan UUD 1945 yang menetapkan;
“segala badan negara dan peraturan yang ada masih berlangsung selama belum
adanya peraturan yang baru menurut perundang undangan dasar.

Awalnya kebijakan pemerintahan republik Indonesia mempunyai tujuan unruk


mencapai kepastian hukum islam, namun seiring berjalannya waktu

11
Hasanuddin “Positivisasi hukum keluarga islam sebagai Langkah pembaharuan hukum islam di
Indonesia”12

16
pemerintah ingin mencabut dan membatasi atas wewenangnya tersebut. Pada
kepastian hukum islam berawal dari UU No 22/ 1946 yang mengatur pencatatan
nikah, talak, dan rujuk untuk orang islam dan mencabut peraturan perundangan
belanda. Kemudian pada UU No 22/ 1946 juga mengandung jadwal kompilasi dari
penyusunan hukum islam, Kemudian pemerintahan republik Indonesia
mengurangi kedudukan hukum islam dan pengadilan agama dengan UU No 1/
1974 yang berkaitan dengan perkawinan.

UU ini berlaku untuk semua warga yang berada di negara Indonesia. PP No 9/


1974 dan mengakui bahwa hukum islam di bidang perkawinan dapat menerima
wewenang pengadilan agama dibidang tersebut dan dapat memuat ketentuan yang
menjamin berlakunya hukum islam secara langsung.

Namun terdapat pada Penjelasan Umum UU No. 1/1974 yang masih melakukan
teori receptio in Complexu di bidang perkawinan. Teori tersebut dicabut untuk
Hukum Islam dibidang kewarisan dengan keputusan Mahkamah Agung tanggal
13 Pebruari Tahun 1975 No. 172/K/Sip./1974. Dan , Pasal 63 Ayat (2) UU No.
1/1974 sebagaimana yang tertera pada peraturan perundangan Pemerintah Hindia
Belanda tersebut yang menyatakan: “Setiap Keputusan Pengadilan Agama
dikukuhkan oleh Pengadilan Umum”12.

Setelah itu perkembangan hukum islam dalam bentuk Lembaga mendapatkan


legislasi yang bagus dengan dikeluarkannya beberapa aturan undangundang, yang
dapat dilihat pada aturan tahun 1980 yang lahir dari putusan Menteri agama
Nomor 6 tahun 1980 pada tanggal 28 januari 1980 yang berisi tentang pensamaan
nama Lembaga yang menjadi sebuah pengadilan agama, kemudian secara yuridis
formal disetujui oleh undang undang Nomor 7 tahun 1989.13

Pada tahun 1946 Negara Republik Indonesia membentuk peraturan tentang


pencatatan pernikahan dan penceraian yang diterapkan di daerah jawa dan
Madura, dengan menerapkan peraturan ini dapat disebut sebagai peraturan yang
muncul dari

12
Al Qonun “ perkembangan legislasi hukum islam di indonesia”13
13
Al Qonun, Vol.11, No.1, Juni 2008 “perkembangan legislasi hukum islam di Indonesia “14

17
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Hukum islam berkembang pada khalifah Kulafaur Rasyidin pada 11-14 M.
Pentingnya ilmu fikih mendorong perkembangan masyarakat untuk melakukan
kodifikasi hadis, yang menjadi landasan utama melalui ilmu tafsir dan hadis.
Dinamika pembentukan hukum islam adalah suatu hal yang menekankan pada
aspek pembaharuan hukum islam, sebab pembaharuan diperlukan untuk
mengaktualisasikan ajaran-ajaran islam.
Macam"teori pembentukan hukum Islam teori receptio in complexu, teori
receptie, teori receptie exit, teori receptie a contrario, teori kredo/syahadat serta
teori recoin. Pada masa orde lama hukum islam ingin diakui sebagai hukum
nasional yang dapat memberikan dampak positif terhadap masyarakat. Maka, pada
saat itu para pemeluk agama islam berjuang bersama untuk mendapatkan
pengakuan negara secara formal sebagai hukum nasional.
Orde Lama adalah sebutan bagi masa pemerintahan Presiden Soekarno di
Indonesia. Masa oerde lama di mulai sejak di keluarkannya Dekret Presiden 5 Juli
1959. Pada masa ini banyak terjadi terjadi penyimpangan penyimpangan. Sistem
pemerintahan dijalankan tidak sesuai UUD 1945. Masa orde lama berakhir dengan
adanya G 30 S PKI. Banyak rakyat yang menuntut perbaikan dalam segalabidang,
dan lahirlah Tritura.

18
DAFTAR PUSTAKA

Dr. H. Ah. Fatonih, M. (2018). Perkembangan Peradilan Islam Di Indonesia.


Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Harun. (2009). Perkembangan Hukum Islam Dalam Konfigurasi Politik Di


Indonesia, 22.

Hatta, M. (2008). Perkembangan Legislasi Hukum Islam di Indonesia, 24.

Jainuddin. (2019). Islam Dan Politil Orde Lama : Dinamika Politik Pasca
Kolonial Kemerdekaaan Sampai Akhir Kekuasaan Soekarno, 19.

Kamil, D. M. (1996). Prinsip dan Teori-teori Hukum. Jombang: PUSTAKA


PELAJAR.

Kenedi, H. .. (2017). Penerapan Syariat Islam Dalam Lintasan SejarahDan Hukum


Positif Di Indonesia, 10.

Nuraidah, S. (2010). Sejarah Perkembangan Hukum


Islam DiIndonesia, 12.

Rajafi, A. (2017). Hukum Keluarga Islam di Indonesia: dari Orde Lama hingga
Orde Reformasi, 22.

Sirojudin. (2019). Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Hukum Islam, 17.

19

Anda mungkin juga menyukai