By Chainmonsky
2. Ada satu kasus seorang suami isteri (Zaky dan Suranti) dulunya menikah pada tahun
2003 dicatatkan oleh Pegawai Pencatat Nikah (PPN) di kantor KUA. Setelah menikah
mereka memiliki dua orang anak; Andi (15 Tahun), dan Anita (10 Tahun). Selain itu,
mereka juga memiliki aset kekayaan 2 rumah dan 2 mobil. Pada tahun 2016 Bapak Zaky
pindah agama menjadi non Islam. Pada bulan Januari 2018 Bapak Zaky mengajukan
pinjaman dana untuk mengembangkan bisnisnya melalui akad mudharabah di Bank
Mandiri Syariah. Setelah beberapa tahun timbul sengketa antara Bapak Zaky dengan pihak
Bank Mandiri Syariah mengenai pembayaran kreditnya. Beberapa permasalahan hukum
yang muncul dalam sengeketa tersebut :
a. Apakah Pengadilan Agama berwenang menangani perkara tersebut? Sebutkan dasar
hukumnya?
Pengadilan Agama berwenang menangani kasus di atas Bapak Zaky Dasar Hukum kasus diatas
Pasal 50 ayat 2 2) Apabila terjadi sengketa hak milik sebagaimana dimaksud ayat (1) yang subjek
hukumnya antara orang-orang yang beragama islam, objek sengketa tersebut diputus oleh
pengadilan agama Bersama-sama perkara sebagaimana dimaksud dalam pasal 49.
b. Apakah Suranti sebagai isteri dapat mengajukan gugatan cerai dengan alasan suami nya
pindah agama? Lalu Pengadilan apa yang berwenang mengadili perkara tersebut?
Isteri boleh mengajukan gugatannya ke Pengadilan Agama dengan alasan-alasan perceraian
menurut Pasal 116 huruf (h) haruslah memenuhi 2 (dua) kualifikasi hukum yang tak terpisahkan,
yaitu: 1. Adanya peralihan agama (murtad) oleh salah satu pihak dalam perkawinan, yaitu suami
atau istri; 2. Adanya ketidak rukunan dalam rumah tangga akibat peralihan agama (murtad)
tersebut.
5. Kebenaran materiil ialah gugatan yang disampaikan penggugat yang menurutnya materiil,
materinya yang dianggap sebuah kebenaran yg harus dituntut dibuktikan dalam pengadilan.
Menurut penggugat kebenaran yang sesungguhnya yang didukung dengan kebenaran formil.
Kebenaran formil itu adalah berupa bukti bukti surat yang dihadirkan didalam persidangan
sebagaimana syarat syarat yang ditentukan seperti bermaterai dan dinasakel di kantor pos, kalau
tidak dilakukan tidak akan dianggap kebenaran formil.
Menurut saya yang seharusnya diperjuangkan jika dalam suatu perkara adalah kebenaran formil
untuk mendukung kebenaran materiilnya bedasarkan dengan kebeneran formilnya. Kebeneran
formil yang kita miliki dan yg harus kita lengkapi adalah kebeneran formilnya dan kebeneran
materiil dari gugatan yang kita ajukan agar dapat diterima oleh hakim, maka dari itu kebeneran
formil yang paling diutamakan menurut saya.
Contoh kasusnya : ngasal aja jadiii
6. asas personalitas keislaman adalah yang dapat dituntut atau ditundukan terhadap aturan
pengadilan agama itu adalah orang islam. Akan tetapi asas personalitas ini juga tidak hanya oleh
orang atau badan hukum yang beragama islam tetapi juga yang tunduk kepada aturan hukum
islam.
Dasar Hukum Asas Personalitas Keislaman diatur didalam pasal 2 angka 2 alinea ketiga dan
pasal 49 ayat 1.
penerapan dan contoh : penerapannya itu pertama pada saat terjadi hubungan hukum kedua
pihak sama sama beragama islam, kedua hubungan ikatan hukum yang mereka lakukan
berdasarkan hukum islam. Apabila kedua syarat terpenuhi maka kedua belah pihak telah melekat
asas keislaman dan sengketa yg terjadi tunduk kepada pengadilan agama. Tidak akan terjadi soal
apakah nanti mereak bertukar agama dari agama islam ke yang lainnya dan terjadi sengketa
percerainya dan dalm hal ini telah terpenuhnya asas personalitas ke islaman.
7. Pengadilan agama disebut sebagai peradilan khusus karena dikatakannya dalam peradilan
khusus bahwa peradilan agama mengadili perkara perkara perdata tertentu dan mengenai golongan
rakyat tertentu maka dari itulah peradilan agama disebut sebagai peradilan khusus dan masuk
menjadi salah satu peradilan khusus di indonesia.
Dasar Hukum pengadilan agama sebagai salah satu pelaksana kekuasan kehakiman yang diatur
dalam pasal 24 ayat 1 menjelaskan bahwa kekuasan kehakiman merupakan kekuasan merdeka
untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan.
8. kapan lembaga pengadilan agama memiliki kedudukan susunan yang sejajar dengan
lembaga peradilan lainnya pada tahun 1974 melalui undang-undang pokok kekuasaan RI, No
14/1970 yang memberikan kedudukan peradilan agama sejajar dengan pengadilan yang lain
sebagai lembaga kekuasaan negara yang menyelenggarakan peradilan.
Dasar Hukumnya lahirnya undang undang nomor 7 tahun 1989 tentang peradila agama
memberikan landasan untuk mewujudkan peradilan agama yang mandiri, sederajat dan
memantapkan serta mensejajarkan kedudukan peradilan agama dengan lingkungan peradilan
lainnya.
9. Apakah bisa pengadilan agama menyelesaikan kasus bergama islam dan non islam? Iya
bisa, contoh permasalahan hukum yang dikaitkan dengan asas personalitas keislaman ialah jika
dalam melakukan sengketa pinjam meminjam uang tetapi mereka berbeda agam dan kemudian
dalam pinjam meinjam tersebut ada suatu perjanjian yang bedasarkan dengan akad syariah atau
sesuai dengan hukum islam, maka pda saat itu pengadilan agama berhak mengambil putusan
untuk menyelesaikan kasus ini karena dalam asas personalitas keislaman sendiri ialaha bukan
hanyak pihak atau badan hukum yang beragama islam akan tetapi juga jika dilakukannya
bedasarkan hukum islam maka hal tersebut tetap menjadi kewenangan pengadilan agama.
10. A. kompetensi absolut ialah kewenangan badan peradilan didalam memeriksa jenis perkara
tertentu dan secara mutlak tidak dapat diperiksa oleh badan pengadilan lain. Diatur dalam pasal 2
undang undang nomor 7 tahun 1989 yang diubah menjadi undang undang nomor 3 tahun 2006
kompetensi relatif ialah kewenangan pengadilan negeri memeriksa dan mengadili suatu perkara
bedasarkan alamat atau domisili seseorang atau pihak tergugat. Diatur dalam pasal 118 ayat 1 HIR
atau 142 Rbg jo pasal 73 undang undang nomor 7 tahun 1989.
C. Apakah sesorang beragam non islam bisa mengajukan gugatan ke pa jika asas
personalitas keislaman ? menurut saya sendiri bedasarkan poin dari asas personalitas keislamn
adalah harus orang islam jika pihak tidak ada beragama islam maka tidak bisa mengajukan
gugatannya ke pengadilan agama akan tetapi jika orang tersebut atau badan hukum dalam
pelaksanaan kasus tersebut terlibat dengan aturan hukum islam yang mengatur maka bisa saja
orang dan badan hukum tersebut mengajukannya kepada pengadilan agama.
11. Apakah pengadilan agama memiliki kewenangan dalam menangani perkara sengeketa
hak milik antara orang yang beragam islam dengan non islam ? iya pengadilan agama
mempunyai kewenangan tersebut jika dalam penjelasan Pasal 49 UU No. 3 Tahun 2006, adalah,
‘termasuk orang atau badan hukum yang dengan sendirinya menundukkan diri dengan sukarela
kepada hukum Islam mengenai hal-hal yang menjadi kewenangan Peradilan Agama sesuai dengan
ketentuan pasal ini. Untuk sengketa hak milik berlaku ‘asas penundukan diri.’ Artinya, semua
pihak, termasuk non-Muslim, yang melakukan transaksi berdasarkan akad syariah atau
menjalankan bisnis syariah, maka secara sadar ia telah menundukkan dirinya untuk mengikuti
hukum Islam yang menjadi dasar aktivitas ekonomi syariah. Oleh karena itu, apabila terjadi
sengketa ekonomi syariah yang melibatkan non-Muslim sebagai salah saatu pihak yang
bersengketa, maka penyelesaian sengketanya diselesaikan di Pengadilan Agama, bukan di
pengadilan umum berdasarkan asas penundukan diri sebagaimana yang telah dijelaskan.
12. Jelaskan kompetensi relatif menyangkut perkara permohonan cerai talak dan cerai
gugat di lingkungan Pengadilan Agama dan sebutkan dasar hukumnya ?
JAWAB : Cerai talak
Bahwa berdasarkan UU RI No. 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama Pasal 66 ayat (1) dan (2)
menyatakan ;
• Seorang suami yang beragama Islam yang akan menceraikan istrinya mengajukan permohonan
kepada Pengadilan untuk mengadakan sidang guna menyaksikan ikrar talak.
• Permohonan sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1) diajukan kepada Pengadilan yang
daerah hukumnya meliputi tempat kediaman termohon, kecuali apabila termohon dengan sengaja
meninggalkan tempat kediaman yang ditentukan bersama tanpa izin Pemohon.
Cerai gugat
• pasal 73 UU No. 7 Tahun 1989, yang mana gugat cerai ini merupakan perkara cerai yang
pengajuan gugatannya diajukan oleh pihak isteri. sedangkan ketentuan mengenai kompetensi
relatif cerai talak yaitu berdasarkan UU RI No. 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama Pasal 66
ayat (1) dan (2) yang permohonannya diajukan oleh pihak suami.
Kompetensi Relatif Cerai Gugat, Menurut Yahya Harahap,67 penentuan kompetensi relatif dalam
perkara cerai gugat;
14. perbedaan surat pemohonan dengan surat gugatan, jelaskan dan berikan contoh masing
masing
Surat gugatan ialah permasalahan hukum yang diajukan ke pengadilan mengandung sengketa,
terjadinya sengketa antara dua pihak atau lebih, pihak yang satu berkedudukan sebagi penggugat
dan pihak lainnya berkedudukan sebagai tergugat dan hakim mengeluarkan putusan untuk
dijatuhkan kepada pihak yang berperkara.
surat permohonan ialah masalah yang diajukan bersifat kepentingan sepihak saja, permasalahan
yang dimohon penyeusaiannya kepada pengadilan tinggi pada prinsipnya tanpa sengketa dengan
pihak lain, tidak ada orang lain atau pihak ketiga yang ditarik sebagai lawan tetapi bersifat bebas
murni dan mutlak satu pihak (ex-parte) dan hakim mengeluarkan suatu penetapan.
Contoh kasus peradilan agama adalah peradilan bagi orang orang yang beragama islam
pengadilan agama bertugas dan berwenang memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara
ditingkat pertama antara orang orang yang beragama islam
Dibidang perkawinan, waris, wasiat, hibah, wakaf, zakat, infaq, shadaqah, ekonomi syariah.
Misalnya dalam kasus waris akan dikatakan sebagai gugatan apabila mengadung sengketa warus
dimana ada dua pihak atau lebih yang saling berselisih terkait harta waris.tetapi akan disebut
permohonan apabila seseorang memohon penetapan ahli waris ke pengadilan agama (tidak ada
sengketa).
Contoh Putusan Pengadilan Tentang Gugatan Harta Waris
Sebagai contoh gugatan dapat kita lihat dalam Putusan Pengadilan Agama Sidenreng Rappang
Nomor:164/Pdt. G/2012/PA.Sidrap. Hakim mengabulkan gugatan yang diajukan oleh penggugat
yang meminta majelis Hakim untuk memeriksa dan mengadili pembagian harta warisan berupa
beberapa petak sawah antara Penggugat dan Tergugat menurut hukum Islam. Majelis Hakim
berdasarkan bukti-bukti di persidangan akhirnya memerintahkan Tergugat untuk menyerahkan
bagian harta waris yang menjadi hak Penggugat melalui putusan yang dijatuhkannya.