LATAR BELAKANG
MASALAH
Perlu ditegaskan dari awal, bahwa filsafat hukum bukan
cabang ilmu Hukum, melainkan cabang filsafat. Mengingat
filsafat hukum adalah cabang dari filsafat, dalam banyak hal,
sejarah filsafat hukum berjalan seiring dengan sejarah filsafat
pada umumnya. Aliran-aliran filsafat hukum sesungguhnya
dapat dikembalikan kedalam beberapa kelompok besar filsafat,
seperti materialisme, idealisme, dualisme (dari aspek ontology)
atau empirisme, nasiolalisme, positifisme, dan intuisionisme
(dari aspek Etistemologi).
LATAR BELAKANG
MASALAH
Apa yang melatarbelakangi
Filsafat Hukum ?
Bagaimana Ruang Lingkup
Filsafat Hukum?
RUMUSAN
MASALAH
Kaidah – kaidah hukum merupakan pertimbangan –
pertimbangan bangun nilai, yakni pertimbangan tentang
sesuatu yang seharusnya kita lakukan dan tidak kita lakukan
dalam pergaulan dengan sesama manusia, yang menghendaki
agar diikuti sebagai otoritas. Dengan demikian mempunyai
sifat perintah, suruhan, dan larangan. Ini dapat juga dikatakan
dari kaidah – kaidah lainnya. Umpamanya, kaidah kesusilaan
dan modal positif. Adapun beda kaidah itu dari kaidah hukum
atau dengan perkataan lain, apakah yang membuat kaidah
menjadi hukum?
HUKUM YANG
BERLAKU UMUM
Umumnya, orang menganggap bahwa perbedaanya
tidak terletak apa isi kaidah. Akan tetapi dalam
menjawab pertanyaan begitu dimanakah letak
perbedaanya, maka pendapat orang berbeda – beda.
Sebagian lainnya menganggap sebagai kaidah hukum,
peraturan – peraturan yang harus menjadi pedoman bagi
pemerintahan dan pada khususnya bagi kekuasaan
pengadilan dalam melakukan tugasnya
HUKUM YANG
BERLAKU UMUM
Segala pandangan itu mempunyai persamaan, yakni sekadar :
1. meletakan hubungan yang erat antara hukum dan negara
(atau penguasa).
2. bahwa pandangan –pandangan itu merupakan hasil dari
penelitian secara empiris dalam mencari ciri persekutuan
untuk peraturan – peraturan yang biasanya disebut peraturan
hukum atau dengan kata lain biasanya digolongkan dalam
pengertian hukum.
HUKUM YANG
BERLAKU UMUM
BAB 4 hasil dan pembahasan
Hukum gereja dan hukum ketuhanan yang beberapa abad
silam diterima sebagai hukum positif diseluruh dunia kristen.
Dengan jalan empiris yang demikian orang tak dapat
menentukan pengertian hukum yang umum berlaku, yang
dapat diterima oleh tiap negara. Jika terdapat pengertian
hukum yang umum berlaku, maka hal tersebut hanyalah suatu
pengertian Apriori yakni sesudah pengertian yang tidak
berasal dari pengalaman, karena terkandung dalam undang –
undang dan pikiran.
HUKUM YANG
BERLAKU UMUM
BAB 5 simpulan dan saran
Dalam kehidupan sehari-hari manusia melakukan interaksi dengan
manusia yang lain. Pada hakikatnya manusia membutuhkan manusia
yang lain dalam memenuhi kebutuhannya. Ketika manusia melakukan
usaha pemenuhan kebutuhan seringkali mengalami benturan dengan
yang lainnya. Manusia sebagai makhluk sosial selalu melakukan
interaksi dengan individu lain dalam rangka memenuhi kebutuhannya.
1. Teori Teokrasi
Teori Teoraksi langsung menyatakan bahwa manusia, dalam hal ini raja
merupakan orang yang ditunjuk oleh tuhan di dunia. Perkembangan teori ini ketika
berkembangnya mazhab hukum alam.
Teori Teoraksi Tidak Langsung Seorang raja yang berkuasa di dunia
mendalilkan bahwa kekuasaannya sebagai raja karena adanya mandat yang
diberikan oleh tuhan. Teori ini berkembang pada zaman Renaissance.
HUKUM
KODRAT
Sebelum itu, pada suatu masa orang orang yunani pun memandang segala
hukum yang berasal dari tuhan. Pandangan yang demikian patut benar
untuk kondisi waktu hukum masih semata-mata hukum kebiasaan yang
tidak tertulis. Peraturan peraturan yang diikuti sejak dahulu kala, menurut
pandangan orang orang mudah memperoleh sifat yang tak berubah-ubah
yaitu sifatnya tidak dapat dilenyapkan dari sifat ketuhanan. Jika disamping
hukum kebiasaan kemudian timbul hukum perundang-undangan, maka hak
itu tidak berarti berakhirnya kepercayaan terhadap asal ketuhanan dari
segala hukum. para pembentuk undang-undang yang tertua, umumnya
dihormarti sebagai penyalur kehendak tuhan.
HUKUM
KODRAT
1. Latar belakang timbulnya Filsafat Hukum, didorong dari fitrah
manusia untuk berfikir yang pada umumnya disebabkan karena ada
hakekat soal tentang alam, baik yang ada dalam diri, maupun yang
berada di luar diri manusia. Pada umumnya persoalan-persoalan itu
timbul dari manusia dan oleh sebab itu ia memerlukan filsafat bagi
kehidupannya. Setiap manusia harus membuat keputusan dan tindakan.
Manakala seseorang hendak mengambil tindakan dan keputusan yang
tepat, ia memerlukan filsafat. Dalam hal yang dipersoalkan adalah
Hukum, maka persoalan hukum tersebut menyangkut tiga objek
yaitu : Manusia, Tuhan dan Jagad Raya.
KESIMPULAN
2. Saat ini ruang lingkup filsafat hukum adalah mempelajari mengenai
permasalahan permasalahan yang terkait dengan tujuan hukum dalam
kehidupan sehari-hari terutama masalah ketertiban dan keadilan yang
menyangkut masalah Hubungan hukum dan kekuasaan. Berkaitan
dengan ajaran tentang filsafat, maka ruang lingkup filsafat hukum
tidak lepas dari ruang lingkup filsafat itu sendiri, sehingga ruang lingkup
filsafat hukum termasuk juga ke dalam hal sebagai berikut :
1. Antologi hukum 5. Teologi hukum
2. Epistemologi hukum 6. Keilmuan hukum dan
3. Aksiologis hukum 7. Logika hukum
4. Ideologi hukum
KESIMPULAN
SARAN