Anda di halaman 1dari 5

AKAD-AKAD SYARI’AH

No. Materi Uraian


1 6. Pengertian dan Akad tabarru sendiri merupakan suatu perjanjian transaksi yang fokusnya
perbedaan akad tidak pada keuntungan atau nirlaba, melainkan untuk mendapatkan pahala
tabarru dengan akad dan rida Allah SWT.
tijarah. Sedangkan untuk akad tijarah merupakan perjanjian transaksi yang
berfokus pada keuntungan secara komersial. Di mana, terdapat karakter
yang berbeda-beda di antara kedua akad ini.
2 7. Pengertian dan dasar Wadi’ah menurut bahasa berarti titipan. Kata Wadi’ah berasal dari
hukum akad wadiah kata Wada’a- Yada’u-Wad’an yang berarti membiarkan atau meninggalkan
sesuatu. Jadi wadi’ah adalah sesuatu yang dititipkan. Menurut ulama
Syafi’iyyah dan Malikiyyah, wadi’ah adalah gambaran penjagaan
kepemilikan sesuatu terhadap barang-barang pribadi yang penting dengan
cara tertentu. Berdasarkan pendapat tersebut, dapat di tarik pengertian
bahwa wadi’ah adalah menitipkan suatu barang kepada orang lain dengan
maksud dipelihara dan dirawat sebagaimana mestinya.

Dasar Hukum Wadi’ah
Akad wadi’ah merupakan akad yang diperbolehkan (mubah) menurut
syariat. Dasar hukum wadi’ah, sebagai berikut:

1. Al Qur’an
Artinya: “Jika kamu dalam perjalanan (dan bermu’amalah tidak
secara tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, Maka
hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh yang
berpiutang). akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian
yang lain, Maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan
amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah
Tuhannya.” (QS. Al-Baqarah [2]: 283).
2. Hadis Nabi
Artinya: ”Tunaikanlah amanah (titipan) kepada yang berhak
menerimanya dan janganlah membalas khianat kepada orang yang
menghianatimu.” (HR. Abu Daud).
3. Fatwa MUI ini berdasarkan fatwa DSN 02/DSN-MUI/IV/2000:
Tabungan
Pertama: 1. Tabungan
a. ada dua jenis:
1) Tabungan yang tidak dibenarkan secara syariah, yaitu
tabungan yang berdasarkan perhitungan bunga.
2) Tabungan yang dibenarkan, yaitu tabungan yang
berdasarkan prinsip mudharabah dan wadi’a.
b. Kedua: ketentuan umum tabungan berdasarkan mudharabah
1. Dalam transaksi ini nasabah bertindak sebagai shahibul maal
atau pemilik dana, dan bank bertindak sebagai mudharib
atau pengelola dana.
2. Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, bank dapat
melakukan berbagai macam usaha yang tidak bertentangan
dengan prinsip syariah dan mengembangkannya, termasuk di
dalamnya mudharabah dengan pihak lain.
3. Modal harus dinyatakan dengan jumlahnya, dalam bentuk
tunai dan bukan piutang.
4. Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk
nisbah dan dituangkan dalam akad pembukaan rekening.
5. Bank sebagai mudharib menutup biaya operasional tabungan
dengan menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi
haknya.
6. Bank tidak diperkenankan mengurangi nisbah keuntungan
nasabah tanpa persetujuan yang bersangkutan.
c. ketentuan umum tabungan berdasarkan wadi’ah:
1. Bersifat simpanan.
2. Simpanan bisa diambil kapan saja (on call) atau berdasarkan
kesepakatan.
3. Tidak ada imbalan yang disyaratkan, kecuali dalam bentuk
pemberian yang bersifat sukarela dari pihak bank.
4. fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 36/DSNMUI/X/2002 tentang
Sertifikat Wadiah Bank Syariah Indonesia tanggal 23 oktober 2002

3 8. Bentuk-bentuk akad 1. Wadiah Yad Amanah


wadiah Karakteristik Wadiah Yad Amanah adalah sebagai berikut:
a. Barang yang dititipkan oleh nasabah tidak boleh dimanfaatkan
oleh pihak penerima titipan. Penerima titipan dilarang untuk
memanfaatkan barang titipan.
b. Penerima titipan berfungsi sebagai penerima amanah yang
harus menjaga dan memelihara barang titipan, sehingga perlu
menyediakan tempat yang aman dan petugas yang menjaganya.
b. Penerima titipan diperkenankan untuk membebankan biaya
atas barang yang dititipkan, hal ini karena penerima titipan
perlu menyediakan tempat untuk menyimpan dan membayar
biaya gaji pegawai untuk menjaga barang titipan, sehingga
boleh meminta imbalan jasa
2. Wadiah Yad Dhamanah (guarantee safe custody)
Karakteristik Wadiah yad Dhamanah sebagai berikut:
a. Harta dan barang yang dititipkan boleh dimanfaatkan oleh
pihak yang menerima titipan.
b. Penerima titipan sebagai pemegang amanah. Meskipun harta
yang dititipkan boleh dimanfaatkan, namun penerima titipan
harus memanfaatkan harta titipan yang dapat menghasilkan
keuntungan.
c. Bank mendapat manfaat atas harta yang dititipkan, oleh karena
itu penerima titipan boleh memberikan bonus. Bonus sifatnya
tidak mengikat, sehingga dapat diberikan atau tidak. Besarnya
bonus tergantung pada pihak penerima titipan. Bonus tidak
boleh diperjanjikan pada saat kontrak, karena bukan
merupakan kewajiban bagi penerima titipan
d. Dalam aplikasi bank syariah, produk yang sesuai dengan akad
Wadiah yad dhamanah adalah simpanan giro dan tabungan.
e. Jumlah pemberian bonus sepenuhnya merupakan kewenangan
manajemen bank syariah karena pada prinsipnya dalam akad ini
penekanannya adalah titipan.
f. Produk tabungan juga dapat menggunakan akad Wadiah karena
pada prinsipnya tabungan mirip dengan giro, yaitu simpanan
yang bisa diambil setiap saat. Perbedaannya, tabungan tidak
dapat ditarik dengan cek atau alat lain yang dipersamakan.
4 9. Perbedaan akad Wadi’ah Yad amanah merupakan titipan murni, yakni pihak yang dititipi
wadiah yad amanah tidak boleh memanfaatkan dana atau barang yang dititipi tidak boleh
dengan wadiah yad memanfaatkan dana atau barang yang dititipkan berhak meminta biaya
dhammanah penitipan. Sewaktu titipan dikembalikan harus dalam keadaan utuh, baik
nilai maupun fisik barang. Jika selama dalam penitipan terjadi kerusakan
maka pihak yang menerima titipan dibebani tanggungjawab.

Wadi’ah Yad Dhamanah titipan yang penerima titipan diperbolehkan


memanfaatkan dan berhak mendapat keuntungan dari barang titipan
tersebut. Dari keuntungan yang diperoleh dari pemanfaatan barang titipan
ini dapat diberikan sebagian kepada pihak yang menitipkan dengan syarat
tidak diperjanjikan sebelumnya.
5 10. Pengertian dan
dasar hukum akad
mudharabah
6 11. Macam-macam
akad mudharabah dan
contoh
7 12. Perbedaan antara
akad mudharabah
muthlaqah dengan
akad mudharabah
muqayyadah
8 13. Pengertian dan
dasar hukum akad
musyarakah
9 14. Dasar hukum qardh
dalam nash al-Quran
dan Sunnah
10 15. Pengertian, dasar
hukum, rukun dan
syarat murabahah
11 16. Fatwa DSN MUI
tentang murabahah
12 17. Pengertian dan
dasar hukum jual beli
salam
13 18. Pengertian dan
dasar hukum istishna’
14 19. Pengertian dan
dasar hukum ijarah
15 20. Rukun dan syarat
ijarah
16 21. Pengertian dan
bentuk ijarah
mumtahiyah bi al-
tamlik
17 22. Pengertian dan
dasar hukum rahn
18 23. Macam-macam
rahn.
19 24. Pengertian dan
dasar hukum wakalah
20 25. Pengertian dan
dasar hukum kafalah
21 26. Kedudukan pihak
(kafil/ makful/makful
‘anhu) dalam akad
wakalah pada bank
syariah dalam
meluncurkan produk
layanan berupa syariah
card.
22 27. Pengertian dan
dasar hukum hawalah
23 28. Pengertian dan
dasar hukum serta
contoh bai’ al-maksyuf
24 29. Pengertian dan
contoh akad bai’ al-
musawamah
25 30. Pengertian dan
contoh memberi
contoh ihtikar
26 31. Pengertian dan
contoh jahalah
27 32. Pengertian, dasar
hukum, dan syarat-
syarat tadlis
29 33. Akad yang gharar
dan contohnya
30 34. Akad yang najsy
dan contohnya
31 35. Akad yang ghisysy
dan contohnya
32 36. Akibat hukum dari
tadlis
33 37. Pengertian dan
akibat hukum akad
taghrir

Anda mungkin juga menyukai