Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Produk-produk bank syariah muncul karena didasari oleh operasionalisasi fungsi bank
syariah.
Dalam menjalankan operasinya, bank syariah memiliki empat fungsi, yaitu sebagai
penerima amanah untuk melakukan investasi; sebagai pengelola investasi; sebagai
penyedia jasa lalu lintas pembayaran; dan sebagai pengelola fungsi sosial.
Dari keempat fungsi operasional tersebut kemudian diturunkan menjadi produk-
produk bank syariah, yang secara garis besar dapat dikelompokkan ke dalam bentu
produk pendanaan, produk pembiayaan, dan produk jasa perbankan.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut, dalam makalah ini penulis akan membahas beberapa
pokok masalah, yaitu:
1. Apa saja produk penghimpunan dana bank syariah?
2. Apa saja produk pembiayaan bank syariah?
3. Apa saja produk jasa layanan bank syariah?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui produk penghimpunan dana bank syariah.
2. Untuk mengetahui produk pembiayaan bank syariah.
3. Untuk mengetahui produk jasa layanan bank syariah.
4. Sebagai pemenuhan tugas terstruktur mata kuliah Manajemen Operasional Bank
Syariah.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Produk Penghimpunan Dana Bank Syariah


1. Pola Titipan (Prinsip Wadiah)
Wadiah merupakan prinsip simpanan murni dari pihak yang menyimpan atau
menitipkan kepada pihak yang menerima titipan untuk dimanfaatkan atau tidak
dimanfaatkan sesuai dengan ketentuan. Titipan harus dijaga dan diperlihara oleh
pihak yang menerima titipan, dan titipan ini dapat diambil sewaktu-waktu pada saat
dibutuhkan oleh pihak yang menitipkannya.
a. Wadiah Yad Al-Amanah
Wadiah yad al-amanah merupakan titipan murni dari pihak yang menitipkan
barangnya kepada pihak penerima titipan. Pihak penerima titipan harus menjaga
dan memelihara barang titipan dan tidak diperkenankan untuk memanfaatkannya.
Penerima titipan akan mengembalikan barang titipan dengan utuh kepada pihak
yang menitipkan setiap saat barang itu dibutuhkan. Dalam aplikasi perbankan
syariah, produk yang ditawarkan dengan akad ini adalah save deposit box.
1) Save Deposit Box
Dalam produk save deposit box, bank menerima titipan barang dari
nasabah untuk ditempatkan di kotak tertentu yang disediakan oleh bank
syariah. Bank syariah wajib menjaga dan memelihara kotak itu. Bank syariah
perlu tempat dan petugas untuk menjaga dan memelihara titipan nasabah,
sehingga bank syariah akan membebani biaya administrasi yang besarnya
sesuai dengan ukuran kotak itu. Pendapatan atas jasa save deposit box
termasuk dalam fee based income.
Dokumen yang dapat disimpan dalam save deposit box adalah:
 Sertifikat tanah.
 Sertifikat deposito, bilyet deposito, surat berharga.
 Saham, obligasi.
 Ijazah, paspor, surat nikah.
 BPKB.
 Perhiasan, emas, berlian, permata.
 Uang rupiah maupun mata uang asing.1
b. Wadiah Yad Dhamanah
Wadiah yad dhamanah adalah akad antara dua pihak, satu pihak sebagai pihak
yang menitipkan dan pihak lain sebagai pihak yang menerima titipan. Pihak
penerima titipan dapat memanfaatkan barang yang dititipkan. Penerima titipan
wajib mengembalikan barang yang dititipkan dalam keadaan utuh. Penerima
titipan diperbolehkan memberikan imbalan dalam bentuk bonus yang tidak
diperjanjikan sebelumnya. Dalam aplikasi perbankan, akad wadiah yad dhamanah
dapat diterapkan dalam produk penghimpunan dana pihak ketiga antara lain giro
dan tabungan.
1) Giro Wadiah
Giro adalah simpanan yang penarikannya dapat setiap saat dengan
menggunakan cek, bilyet giro, sarana perintah pembayaran lainnya, atau
dengan perintah pemindahbukuan. Pemegang rekening giro wadiah dapat
mencairkan dananya berkali-kali dalam sehari dengan catatan dana yang
tersedia masih mencukupi dan sesuai dengan ketentuang yang berlaku.
Simpana giro wadiah merupakan jenis produk yang dibutuhkan oleh
masyarakat luas terutama masyarakat pengusaha baik pengusaha perorangan
maupun badan usaha.
2) Tabungan Wadiah
Tabungan wadiah merupakan jenis simpanan yang penarikannya dapat
dilakukan sesuai syarat dan ketentuan tertentu yang disepakati, tetapi tidak
dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan/atau alat lainnya yang dipersamakan
dengan itu. Sarana penarikan tabungan wadiah adalah buku tabungan, slip
penarikan, ATM, dan sarana lainnya seperti formulir transfer.
Pada umumnya bank syariah memberikan bonus untuk tabungan wadiah
lebih tinggi dibandingkan dengan bonus untuk giro wadiah. Hal ini
disebabkan karena stabilitas dana giro lebih labil dibanding dengan tabungan,
sehingga bonusnya lebih kecil.2
2. Pola Bagi Hasil (Prinsip Mudharabah)
Mudharabah adalah perjanjian atas suatu jenis pengkosian, dimana pihak pertama
(shahibul maal) menyediakan dana, dan pihak kedua (mudharib) bertanggung jawab

1
Ismail, Perbankan Syariah, Jakarta: Kencana, 2011, hlm. 59-60.
2
Ismail, Perbankan Syariah, hlm. 63-79.
atas pengelolaan usaha. Hasil usaha dibagikan sesuai dengan nisbah (porsi bagi hasil)
yang telah disepakati bersama secara awal. Bila usaha tersebut mengalami kerugian,
kerugian tersebut akan ditanggung oleh shahibul maal. Tetapi jika kerugian itu
disebabkan oleh kelalaian mudharib, maka kerugian tersebut mudharib yang akan
menanggung.
a. Mudharabah Mutlaqah
Dalam mudharabah mutlaqah (URIA = Unrestricted Investment Account),
tidak ada pembatasan bagi bank dalam menggunakan dana yang dihimpun.
Nasabah tidak memberikan persyaratan apa pun kepada bank, ke bisnis apa dana
yang disimpannya itu hendak disalurkan, atau menetapkan penggunaan akad-akad
tertentu, ataupun mensyaratkan dananya diperuntukkan bagi nasabah tertentu. Jadi
bank memiliki kebebasan penuh untuk menyalurkan dana URIA ini ke bisnis
manapun yang diperkirakan menguntungkan. Penerapan mudharabah mutlaqah
dikembangkan pada dana produk tabungan mudharabah dan deposito
mudharabah.3
1) Tabungan Mudharabah
Ada perbedaan antara tabungan wadiah dan tabungan mudharabah. Garis
besar perbedaan antara keduanya dapat dilihat pada tabel berikut:4
No Aspek Tabungan Wadiah Tabungan Mudharabah
1 Sifat Dana Titipan Investasi
2 Penarikan Dapat dilakukan Hanya dapat dilakukan
setiap saat pada periode/waktu
tertentu
3 Insentif Bonus (jika ada) Bagi hasil
4 Pengembalian Dijamin Tidak dijamin
Modal dikembalikan 100% dikembalikan 100%
2) Deposito Mudharabah
Deposito merupakan dana yang dapat diambil sesuai dengan perjanjian
berdasarkan jangka waktu yang disepakati. Penarikan deposito hanya dapat
dilakukan pada waktu tertentu, misalnya deposito diperjanjikan jangka
waktunya satu bulan, maka deposito dapat dicairkan setelah satu bulan.

3
Adiwarman Karim, Bank Islam, Jakarta: Rajawali Pers, 2004, hlm. 99.
4
Ascarya, Akad & Produk Bank Syariah, Jakarta: Rajawali Pers, 2011, hlm. 118.
Pada umumnya balas jasa yang berupa nisbah bagi hasil yang diberikan
oleh bank untuk deposito mudharabah lebih tinggi dibanding tabungan
mudharabah.5
b. Mudharabah Muqoyyadah
Mudharabah muqayyadah (RIA = Restricted Investment Account) adalah
bentuk kerja sama antara pemilik dana dan pengelola, dengan kondisi pengelola
dikenakan pembatasan oleh pemilik dana dalam hal tempat, cara, objek investasi,
dan jangka waktunya.
1) Mudharabah RIA on balance sheet (Executing)
Jenis mudharabah ini merupakan simpanan khusus di mana pemilik dana
dapat menetapkan syarat-syarat tertentu yang harus dipatuhi oleh bank.
Misalnya disyaratkan digunakan untuk bisnis tertentu, atau disyaratkan
digunakan dengan akad tertentu, jangka waktu tertentu, atau untuk nasabah
tertentu.
2) Mudharabah RIA off balance sheet (Channeling)
Jenis mudharabah ini merupakan penyaluran dana mudharabah langsung
kepada pelaksana usahanya, di mana bank bertindak sebagai perantara
(arranger) yang mempertemukan antara pemilik dana dengan pelaksana
usaha. Pemilik dana dapat menetapkan syarat-syarat tertentu yang harus
dipatuhi oleh bank dalam mencari bisnis (pelaksana usaha). Bank menerima
komisi atas jasa mempertemukan kedua pihak. Sedangkan antara pemilik dana
dan pelaksana usaha berlaku nisbah bagi hasil.6

B. Produk Pembiayaan Bank Syariah


Pembiayaan merupakan aktivitas bank syariah dalam menyalurkan dananya kepada
pihak nasabah yang membutuhkan dana dan berdasarkan prinsip syariah.
1. Pola Jual Beli (Ba’i)
Prinsip jual beli dilaksanakan sehubungan dengan adanya perpindahan
kepemilikan barang atau benda. Tingkat keuntungan bank ditentukan di depan dan
menjadi bagian harga atas barang yang dijual.7 Transaksi jual beli berdasarkan bentuk
pembayaran dan waktu penyerahan barangnya dapat dibedakan menjadi:

5
Ismail, Perbankan Syariah, hlm. 91.
6
Adiwarman Karim, Bank Islam, hlm. 100-101.
7
Adiwarman Karim, Bank Islam, hlm. 88.
a. Murabahah
Ba’i murabahah adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan
keuntungan yang disepakati. Dalam ba’i murabahah, penjual harus memberitahu
harga produk yang ia beli dan menentukan suatu tingkat keuntungan sebagai
tambahannya. Cara pembayaran dilakukan sesuai kesepakatan, baik secara tunai
atau secara tangguh (cicilan/angsuran). Dilihat dari proses pengadaan barang,
murabahah dapat dibagi menjadi:
1) Murabahah tanpa pesanan
Dalam jenis ini pengadaan barang dilakukan tanpa memperhatikan ada atau
tidaknya pesanan atau orang yang akan membeli. Jika barang dagangan sudah
menipis, penjual akan mencari tambahan barang dagangan. Pengadaan barang
dilakukan atas dasar persediaan minimum yang harus dipelihara.
2) Murabahah berdasarkan pesanan
Dalam jenis ini pengadaan barang dilakukan atas dasar pesanan yang diterima.
Apabila tidak ada yang pesan, maka tidak dilakukan proses jual belinya. Hal
ini dilakukan untuk menghindari persediaan barang yang menumpuk dan tidak
efisien.8
b. Salam
Salam adalah jual beli barang pesanan dengan penangguhan pengiriman oleh
penjual dan pelunasannya dilakukan segera oleh pembeli sebelum barang pesanan
tersebut diterima sesuai dengan syarat-syarat tertentu. Bank dapat bertindak
sebagai pembeli atau penjual dalam suatu transaksi salam. Jika bank bertindak
sebagai penjual kemudian memesan kepada pihak lain untuk menyediakan barang
pesanan dengan cara salam maka hal ini disebut salam paralel.9
Harga jual dicantumkan dalam akad jual beli dan jika telah disepakati maka
tidak dapat berubah selama berlakunya akad. Apabila hasil produksi yang diterima
cacat atau tidak sesuai dengan akad maka produsen harus bertanggung jawab
dengan cara antara lain mengembalikan dana yang telah diterimanya atau
mengganti barang yang sesuai dengan pesanan.10
Perbedaan antara Murabahah dan Salam dapat dilihat pada tabel berikut ini:11
Prinsip Syarat Penyerahan Barang Syarat Pembayaran Barang
8
Wiroso, Produk Perbankan Syariah, Jakarta: LPFE Usakti, 2011, hlm. 169-174.
9
Wiroso, Produk Perbankan Syariah, hlm. 225.
10
Adiwarman Karim, Bank Islam, hlm. 89-90.
11
Wiroso, Produk Perbankan Syariah, hlm. 234.
Murabahah Dilakukan saat akad (harus Dengan tunai atau tangguh
ada saat akad) (cicilan)
Salam Dilakukan kemudian setelah Dilunasi saat akad ditanda tangani
akad

Pembiayaan salam diutamakan untuk pembelian dan penjualan hasil produksi


pertanian, perkebunan, dan peternakan. Petani dan peternak pada umumnya
membutuhkan dana untuk modal awal dalam melaksanakan aktivitasnya, sehingga
bank syariah dapat memberikan dana pada saat akad. Setelah hasil panen, maka
nasabah akan membayar kembali. Dengan melakukan transaksi salam, maka
petani dan peternak dapat mengambil manfaat tersebut.12
c. Istishna
Istishna adalah jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu
dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan dan
penjual. Istishna biasanya diaplikasikan untuk industri dan barang manufaktur.
Berdasarkan akad ini, pembeli menugasi produsen untuk menyediakan barang
pesanan sesuai spesifikasi yang disyaratkan pembeli dan menjualnya dengan
harga yang disepakati. Cara pembayaran dapat berupa pembayaran dimuka,
cicilan, atau ditangguhkan sampai jangka waktu tertentu.13
Sebagai bentuk jual beli forward, istishna mirip dengan salam. Namun ada
beberapa perbedaan di antara keduanya, antara lain:
 Objek istishna selalu barang yang harus diproduksi, sedangkan objek salam
bisa untuk barang apa saja, baik harus diproduksi lebih dahulu maupun tidak
diproduksi lebih dahulu.
 Harga dalam salam harus dibayar penuh di muka, sedangkan harga dalam
istishna tidak harus dibayar penuh di muka, melainkan dapat dicicil atau
dibayar di belakang.
 Akad salam efektif tidak dapat diputuskan secara sepihak, sementara dalam
istishna akad dapat diputuskan sebelum perusahaan mulai memproduksi.
 Waktu penyerahan tertentu merupakan bagian penting dari salam, namun
dalam istishna tidak merupakan keharusan.
2. Pola Sewa (Prinsip Ijarah)

12
Ismail, Perbankan Syariah, hlm. 156.
13
Wiroso, Produk Perbankan Syariah, hlm. 245.
Pembiayaan pola sewa sebenarnya memiliki kesamaan dengan pembayaran pola
jual beli. Yang membedakan keduanya hanyalah objek transaksi yang
diperjualbelikan. Dalam murabahah, yang menjadi objek transaksi adalah barang,
sedangkan dalam ijarah, objek transaksinya adalah jasa, baik manfaat atas barang
maupun manfaat atas tenaga kerja.
Barang-barang yang dapat digunakan sebagai objek sewa pada umumnya adalah
aset tetap yang meliputi properti, peralatan, alat transportasi, dsb. Jenis, ukuran,
kualitas, dan kuantitas objek sewa harus jelas dan ditulis dalam akad.
a. Ijarah Murni
Ijarah adalah akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu barang atau jasa
dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa/upah, tanpa diikuti dengan
pemindahan kepemilikan itu sendiri. 14
Ketika nasabah mengajukan pembiayaan ijarah ke bank syariah, bank akan
membeli/menyewa barang yang diinginkan oleh nasabah dari
supplier/penjual/pemilik. Pada saat akad pembiayaan ditandatangani, nasabah
diwajibkan menyerahkan jaminan yang dimiliki, dan bank akan menyerahkan
objek ijarah kepada nasabah. Setalah periode ijarah berakhir, nasabah
mengembalikan objek tersebut kepada bank.
Bila bank membeli objek ijarah tersebut dari supplier, maka objek itu kaan
disimpan oleh bank sebagai aset yang dapat disewakan kembali. Tetapi bila bank
menyewa objek ijarah tersebut dari supplier, maka objek itu akan dikembalikan
kepada pemiliknya.15
b. Ijarah Muntahiya Bittamlik (IMBT)
Ijarah muntahiya bittamlik atau ijarah wa iqtina merupakan kombinasi antara
sewa-menyewa dan jual beli atau hibah di akhir masa sewa. Dalam IMBT,
pemindahan hak milik barang terjadi dengan salah satu dari dua cara berikut ini:16
1) Pihak yang menyewakan berjanji akan menjual barang yang disewakan
tersebut pada akhir masa sewa; diambil bila kemampuan finasial penyewa
untuk membayar sewa relatif kecil. Karena sewa yang dibayarkan relatif kecil,
akumulasi nilai sewa belum mencukupi harga beli barang tersebut dan margin
laba yang ditetapkan oleh bank. Karena itu, untuk menutupi kekurangan

14
Adiwarman Karim, Bank Islam, hlm. 127-128.
15
Adiwarman Karim, Bank Islam, hlm. 137.
16
Adiwarman Karim, Bank Islam, hlm. 139.
tersebut, bila pihak penyewa ingin memiliki barang tersebut, ia harus membeli
barang itu di akhir periode.
2) Pihak yang menyewakan berjanji akan menghibahkan barang yang disewakan
tersebut pada akhir masa sewa; diambil bila kemampuan finansial penyewa
untuk membayar sewa relatif lebih besar. Karena sewa yang dibayarkan relatif
besar, akumulasi sewa di akhir periode sewa sudah mencukupi untuk menutup
harga beli barang dan margin laba yang ditetapkan oleh bank. Dengan
demikian, bank dapat menghibahkan barang tersebut di akhir masa periode
sewa kepada pihak penyewa.
3. Pola Kerja Sama dan Usaha (Prinsip Syirkah)
Kerja sama usaha bank syariah dengan nasabah merupakan kerja sama yang
dilakukan kedua pihak untuk menjalankan usaha dan atas hasil usaha yang dijalankan,
maka akan dibagi sesuai dengan nisbah yang telah disepakati antara bank syariah dan
nasabah. Dalam pembiayaan kerja sama usaha, bank syariah tidak membebani bunga
kepada nasabah, akan tetapi ikut serta dalam investasi. Hasil investasi akan diterima
dalam bentuk bagi hasil atas usaha yang dijalankan oleh nasabah.
a. Mudharabah
Pembiayaan mudharabah merupakan pembiayaan 100% yang diberikan oleh
bank syariah kepada nasabah untuk melaksanakan kegiatan usahanya. Hasil usaha
atas pembiayaan mudharabah akan dibagi antara bank syariah dan nasabah
dengan nisbah bagi hasil yang telah disepakati pada saat akad.
Bank syariah memberikan pembiayaan mudharabah kepada nasabah atas dasar
kepercayaan. Bank syariah percaya penuh kepada nasabah untuk menjalankan
usaha. Kepercayaan merupakan unsur terpenting dalam transaksi pembiayaan
mudharabah, karena dalam pembiayaan ini bank syariah tidak ikut campur dalam
menjalankan proyek usaha nasabah yang telah diberi modal 100%. Bank syariah
hanya dapat memberikan saran tertentu kepada nasabah dalam menjalankan
usahanya untuk memperoleh hasil usaha yang optimal. Dalam hal pengelolaan
nasabah berhasil mendapatkan keuntungan, maka bank syariah akan memperoleh
keuntungan dari bagi hasil yang diterima. Sebaliknya, dalam hal nasabah gagal
menjalankan usahanya dan mengakibatkan kerugian, maka seluruh kerugian
ditanggung oleh bank syariah. Nasabah tidak ada kewajiban untuk ikut
menanggung kerugian atas kegagalan usaha yang dijalankan.17
17
Ismail, Perbankan Syariah, hlm. 167-169.
Pada prinsipnya dalam pembiayaan mudharabah, bank syariah tidak
diwajibkan meminta agunan dari nasabah, namun untuk menciptakan saling
percaya antara bank syariah dan nasabah, maka bank syariah diperbolehkan
meminta jaminan. Jaminan diperlukan bila nasabah lalai dalam mengelola usaha
atau sengaja melakukan pelanggaran terhadap perjanjian kerja sama yang telah
disepakati. Jaminan ini digunakan untuk menutup kerugian atas kelalaian
nasabah.18
b. Musyarakah
Musyarakah merupakan kerja sama usaha antara dua pihak atau lebih dalam
menjalankan usaha, di mana masing-masing pihak menyertakan modalnya sesuai
dengan kesepakatan, dan bagi hasil atas usaha bersama diberikan sesuai kontribusi
dana atau sesuai kesepakatan bersama.
Transaksi musyarakah dilandasi adanya keinginan para pihak yang bekerja
sama untuk meningkatkan nilai aset yang mereka miliki secara bersama-sama.
Secara spesifik bentuk kontribusi dari pihak yang bekerja sama dapat berupa dana,
barang perdagangan (trading asset), kewiraswastaan (entrepreneurship),
kepandaian (skill), kepemilikan (property), peralatan (equipment), atau intangible
asset (seperti hak paten atau goodwill), kepercayaan/reputasi (credit worthiness)
dan barang-barang lainnya yang dapat dinilai dengan uang. Dengan merangkum
seluruh kombinasi dari bentuk kontribusi masing-masing pihak dengan atau tanpa
batasan waktu menjadikan produk ini sangat fleksibel.19
Pengelolaan proyek usaha dijalankan oleh nasabah, dapat dibantu oleh bank
syariah atau menjalankan bisnisnya sendiri, bank syariah memberikan kuasa
kepada nasabah untuk mengelola usaha. Hasil usaha atas kerja sama yang
dilakukan antara bank syariah dan nasabah dibagi sesuai dengan nisbah yang telah
diperjanjikan dalam akad pembiayaan, misalnya 60% untuk nasabah dan 40%
untuk bank syariah. Namun dalam hal terjadi kerugian, maka bank syariah akan
menanggung kerugian sebesar 70% dan nasabah menanggung kerugian sebesar
30%. Setelah kontrak berakhir, maka modal dikembalikan kepada masing-masing
mitra kerja, yaitu 70% dikembalikan kepada bank syariah dan 30% dikembalikan
kepada nasabah.20

18
Ismail, Perbankan Syariah, hlm. 171.
19
Adiwarman Karim, Bank Islam, hlm. 92.
20
Ismail, Perbankan Syariah, hlm. 182.
C. Produk Jasa Layanan Bank Syariah
Pelayanan jasa bank merupakan produk jasa bank yang diberikan kepada nasabah
untuk memenuhi kebutuhannya. Dengan memberikan pelayanan jasa bank, maka bank
akan memperoleh pendapatan. Pendapatan yang diperoleh bank berasal dari pendapatan
atas produk jasa disebut dengan fee based income.21
1. Wakalah
Wakalah merupakan salah satu perjanjian yang memberikan kuasa orang yang
mewakili kepada wakil untuk menjalankan suatu kerja bagi pihak diwakili itu.
Misalnya seorang nasabah meminta bank syariah untuk mewakilinya untuk membeli
sejumlah saham dari sebuah perusahaan tertentu bagi pihaknya dengan membuat
bayaran yang disetujui. Setelah pembelian tersebut selesai, maka pihak bank syariah
menyerahkan saham-saham itu kepada nasabah, dengan itu selesailah hubungan
wakalah dengan nasabah dengan bank bersangkutan.22 Beberapa pelayanan jasa yang
dapat dilakukan dalam wakalah antara lain:
a. Transfer, yaitu pelayanan jasa kiriman uang yang diberikan oleh bank atas
permintaan nasabah untuk mengirimkan sejumlah uang tertentu.
b. Kliring, yaitu sarana atau cara perhitungan utang piutang dalam bentuk surat
berharga atau surat dagang dari suatu bank peserta yang diselenggarakan oleh
Bank Indonesia atau pihak lain yang ditunjuk.
c. Intercity Clearing, yaitu sarana penagihan antarwarkat maupun surat berharga
yang diterbitkan oleh bank yang berasal dari luar wilayah kliring.
d. Letter of Credit, yaitu jasa bank yang diberikan kepada masyarakat untuk
memperlancar pelayanan arus barang dalam negeri maupun luar negeri.
e. Payment, yaitu layanan jasa bank dalam melaksanakan pembayaran untuk
kepentingan nasabah, seperti pembayaran telepon, rekening listrik, pajak, uang
kuliah, dan gaji. Pembayaran ini dapat dilakukan melalui teller, ATM, kartu
kredit, dan dengan memberikan standing instruction kepada bank.

2. Kafalah

21
Ismail, Perbankan Syariah, hlm. 193.
22
Wiroso, Produk Perbankan Syariah, hlm. 400.
Kafalah berarti mengalihkan tanggung jawab seseorang yang dijamin dengan
berpegang pada tanggung jawab orang lain sebagai penjamin. Atas jasanya penjamin
dapat meminta imbalan tertentu dari orang yang dijamin.23
Produk kafalah yang diberikan oleh bank syariah adalah bank garansi. Bank
garansi merupakan jasa yang diberikan bank dalam rangka memberikan jaminan
kepada nasabah dari pihak pemberi kerja. Jaminan ini dapat diberikan oleh bank
kepada nasabah dalam mengikuti tender atas penawaran pekerjaan dari pemberi kerja,
serta untuk mengerjakan sesuatu untuk kepentingan pihak lain.24
3. Hawalah
Hawalah diartikan sebagai pengalihan kewajiban membayar yang dari beban
pihak pertama kepada pihak lain yang berutang kepadanya atas dasar saling
memercayai. Beberapa produk jasa bank syariah yang menggunakan hawalah antara
lain:25
a. Factoring atau anjak piutang, di mana para nasabah yang memiliki piutang kepada
pihak ketiga memindahkan piutang itu kepada bank, bank lalu membayar piutang
tersebut dan bank menagihnya dari pihak ketiga.
b. Post dated check, di mana bank bertindak sebagai juru tagih, tanpa membayarkan
dahulu piutang tersebut.
c. Bill discounting, pada dasarnya sama dengan hawalah, namun dalam bill
discounting nasabah harus membayar fee.
4. Rahn
Rahn merupakan perjanjian penyerahan barang yang digunakan sebagai agunan
untuk mendapatkan fasilitas pembiayaan. Jaminan itu dapat dijual atau dihargai
apabila dalam waktu yang telah diperjanjikan oleh kedua pihak, tidak dapat dilunasi.
Barang jaminan tersebut harus dapat dijual dan nilainya seimbang dengan
pembiayaan, bernilai dan bermanfaat menurut ketentuan syariah, jelas dan dapat
ditentukan secara spesifik, merupakan milik sendiri dan tidak terkait dengan pihak
lain, merupakan harta utuh yang tidak bertebaran di beberapa tempat, serta dapat
diserahterimakan baik fisik maupun manfaatnya.
Nasabah akan melakukan pembayaran kembali ditambah dengan fee yang telah
disepakati. Fee ini berasal dari sewa tempat dan biaya untuk pemeliharaan agunan.

23
Adiwarman Karim, Akad & Produk Bank Syariah, hlm. 106.
24
Ismail, Perbankan Syariah, hlm. 204.
25
Ismalil, Perbankan Syariah, hlm. 209.
5. Qard
Qard merupakan pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau
diminta kembali sesuai dengan jumlah uang yang dipinjamkan, tanpa adanya
tambahan atau imbalan yang diminta oleh bank syariah. Fasilitas pembiayaan ini
diberikan oleh bank syariah dalam membantu pengusaha kecil.
Bank syariah memberikan pinjaman qard dalam akad qardul hasan, dengan
tujuan sosial. Bank syariah tidak akan mengalami kerugian meskipun tidak ada hasil
atas pemberian pinjaman ini, karena sumber dana qard sebagian besar bukan berasal
dari harta bank syariah, akan tetapi dari sumber-sumber lain seperti zakat, infak,
sedekah dari nasabah, dan denda-denda atas transaksi-transaksi di bank syariah.
Qard memberikan manfaat bagi masyarakat dan bank syariah itu sendiri, yaitu
membantu nasabah dengan memberikan dana talangan berjangka pendek,
melaksanakan misi sosial bank syariah dalam membantu masyarakat miskin,
mengalihkan pedagang kecil dari ikatan uang rentenir, dan meningkatkan loyalitas
masyarakat kepada bank syariah. 26
6. Sharf
Sharf merupakan pelayanan jasa bank syariah dalam pertukaran mata uang.
Produknya yaitu foreign exchange. Jenis pelayanan ini diberikan oleh bank devisa,
yaitu memberikan pelayanan jasa dalam jual beli mata uang baik mata uang asing
dengan mata uang asing lainnya, maupun mata uang rupiah dengan mata uang asing
lainnya. Bank mendapat keuntungan atas selisih kurs jual dan kurs beli atas
pertukaran mata uang asing ini serta keuntungan/kerugian adanya perubahan kurs.

26
Ismail, Perbankan Syariah, hlm. 212-214.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Produk penghimpunan dana bank syariah dapat dibagi menjadi dua prinsip, yaitu
prinsip wadiah dan mudharabah. Produk dalam prinsip wadiah diantaranya adalah save
deposit box dalam wadiah yad al-amanah, dan giro wadiah serta tabungan wadiah dalam
wadiah yad dhamanah. Sedangkan produk dalam prinsip mudharabah diantaranya adalah
tabungan dan deposito mudharabah dalam mudharabah mutlaqah, dan mudharabah on
balance sheet serta mudharabah off balance sheet dalam mudharabah muqayyadah.
Produk pembiayaan bank syariah dapat dibagi menjadi dua prinsip, yaitu prinsip jual
beli, sewa, dan kerja sama usaha. Produk dalam prinsip jual beli adalah murabahah,
salam, dan istishna. Produk dalam prinsip sewa adalah ijarah murni dan IMBT.
Sedangkan produk dalam prinsip kerja sama usaha adalah mudharabah dan musyarakah.
Produk layanan jasa bank syariah diantaranya adalah wakalah, kafalah, hawalah,
rahn, qard, dan sharf.

B. Saran
Setelah mengetahui apa saja produk-produk bank syariah, kita juga harus memahami
bagaimana produk-produk tersebut diterapkan pada bank-bank syariah di Indonesia, agar
kita bisa menentukan produk mana yang paling pas untuk kita gunakan sesuai
kebutuhannya.
C.
DAFTAR PUSTAKA

Adiwarman Karim. 2004. Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan. Jakarta: Rajawali Pers.
Ascarya. 2011. Akad & Produk Bank Syariah. Jakarta: Rajawali Pers.
Ismail. 2011. Perbankan Syariah, Jakarta: Kencana.
Wiroso. 2011. Produk Perbankan Syariah. Jakarta: LPFE Usakti.

Anda mungkin juga menyukai