Anda di halaman 1dari 14

NAMA KELOMPOK 2

Dela efa fitriani


Sri rahayu
Erni pebrianti
Siti munawaroh
Siti Khadijah
Mustika
Nurmawati
Aan kurniawan
Irvan maulana
Ipan anandi
Hamid

AKUNTANSI SYARIAH 2A
Dosen Pengampu :
PRATIWI KURNIATI, S.E., M.AK.
MATERI

Akad yang ada di lembaga pegadaian


syariah
Pengertian Gadai Syari’ah
Gadai merupakan salah satu kategori dan perjanjian utang piutang, yang mana untuk suatu
kepercayaan dari orang yang berpiutang, maka orang-orang yang berutang menggadaikan
barangnya sebagai jaminan terhadap utangnya itu. Barang jaminan tetap menjadi milik orang yang
menggadaikan (orang yang berutang) tetapi dikuasai oleh penerima gadai (yang berpiutang).
Praktek seperti ini telah ada sejak zaman Rasulullah SAW.

Akad Gadai.
Ulama Syafi’iyyah berpendapat bahwa penggadaian dianggap sah apabila telah memenuhi syarat :
a. Berupa barang, karena hutang tidak bisa digadaikan.
b. Penetapan kepemilikan penggadaian atas barang yang digadaikan tidak terhalang.
c. Barang yang digadaikan bisa terjual manakala sudah tiba masa pelunasan utang gadai.

Imam Malik berpendapat bahwa menggadaikan apa yang tidak boleh dijual pada waktu
penggadaian dibolehkan, seperti buah-buahan yeng belum Nampak kebaikannya (Ibnu Rusyid
1995, hal. 352).
Dasar Hukum Rahn (gadai)
Pada dasarnya gadai menurut Islam, hukumnya adalah boleh (jaiz). Seperti yang tercantum, baik
dalam Al-Qur’an, al Sunnah maupun ijtihad:
Ayat Al-Qur’an QS. Al-Baqaroh ayat 282 dan 238
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu’amalah tidak secara tunai untuk waktu
yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis diantara kamu
menuliskannya dengan benar (QS. Al-Baqoroh ayat 282)

Jika kamu dalam perjalanan (dan bermuamalah tidak secara tunai) sedang kamu tidak
memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh yang
berpiutang). Akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah
yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (utangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah
Tuhannya, dan janganlah kamu (para saksi) menyembunyikan persaksian. Dan barang siapa
menyembunyikannya, maka sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya, dan Allah
Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.’ (QS. Al-Baqoroh ayat 238)
Dasar Hukum Rahn (gadai)
Dari Aisyah ra., bahwa sesungguhnya nabi SAW pernah membeli makanan dari seorang
Yahudi secara bertempo, sedang Nabi SAW menggadaikan sebuah baju besi kepada
Yahudi itu (HR. Bukhori dan Muslim)

-”Dari Abu Hurairah ra bahwasanya Rasulullah SAW berkata ”barang yang digadaikan itu
tidak boleh ditutup dari pemiliki yang menggadaikannya. Baginya adalah keuntungan dan
tanggungjawabnya ialah bila ada kerugian (biaya) (HR. Syafi’i dan Daruquthi).

“Berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits tersebut menunjukkan bahwa transaksi


atau perjanjian gadai dibenarkan dalam Islam bahkan Nabi pernah
melakukannya. Demikian juga jumhur ulama telah sepakat akan kebolehan
gadai itu dan mereka tidak pernah berselisih pendapat mengenai hal ini. “
Orang Yang Berakad
Syarat yang terkait dengan orang yang membuat akad rahn adalah
cukup bertindak hukum. Kecukupan bertindak hukum, menurut jumhur
ulama adalah orang yang telah baligh dan berakal. Sedangkan menurut
ulama Hanafiyah, kedua belah pihak yang berakad tidak disyaratkan baligh
tetapi cukup berakal saja. Oleh sebab itu, menurut mereka, anak kecil yang
mumayyiz boleh melakuan akan rahn, dengan syarat akad yang dilakukan
anak tersebut mendapat persetujuan dari walinya.
Pelaksanaan Akad Gadai di Pegadaian Syari’ah
Ulama Syafi’iyyah berpendapat bahwa penggadaian dianggap sah apabila telah
memenuhi tiga syarat, yaitu:
• Berupa barang, karena hutang tidak bisa digadaikan.
• Penetapan kepemilikan penggadaian atas barang yang digadaikan tidak terhalang seperti
mushaf, Imam Malik membolehkan penggadaian mushaf, tetapi penerima gadai
dilarang membacanya.
• Barang yang digadaikan bisa dijual manakala sudah tiba masa pelunasan utang gadai.

Dalam gadai syari’ah dalam menjalankan operasinya minimal harus dapat


menutupi seluruh biaya operasionalnya. Namun Islam mengajarkan untuk menjunjung
tinggi nilai-nilai kemaslahatan agar terhindar dari riba, dengan demikian manusia
akan terhindar dari ketidak adilan dan kedhaliman. Karenanya, dalam akad gadai
Islam menganjurkan supaya pihak rahin dan murtahin tidak ada yang merasa
dirugikan.
Mekanisme operasional gadai syari’ah sendiri dapat dilakukan dengan menggunakan 6 akad.
Keenam akad itu, tergantung pada tujuan pemanfaatan marhun bih. Keenam akad tersebut, adalah
(1) akad sosial (kebajikan) qordhul hasan, (2) akad jasa titipan atau sewa (ijarah), akad bagi hasil
atau profit loss sharing, yaitu (3) akad rahn, (4) akad mudharabah, (5) akad ba’i muqayyadah dan
(6) akad musyarokah amwal al-inan.

Tujuan Konsumsi
a. Qordhul Hasan
Akad ini diterapkan untuk nasabah yang menginginkan untuk keperluan konsumtif. Barang
jaminannya hanya dapat berupa barang yang tidak menghasilkan (tidak dimanfaatkan).

b. Akad Ijaroh
Dalam gadai syari’ah, murtahin misalnya dapat menyewakan tempat penyimpanan barang
(deposit box) kepada nasabahnya. Barang titipan dapat berupa barang yang menghasilkan
(dimanfaatkan) maupun barang yang tidak menghasilkan (tidak dapat dimanfaatkan).
Tujuan Produktif
a.Akad Rahn
Dalam akad rahn ini, selama rahin memberikan izin, maka murtahin dapat memanfaatkan marhun,
yang diserahkan rahin untuk memperoleh pendapatan (laba) dari usahanya. Namun, bukan berarti
murtahin boleh mengambil seluruh hasil dari marhun tersebut.
b. Akad Mudharobah
Dalam akad ini, Pegadaian Syari’ah sebagai shohibul maall (penyandang dana) dan rahin sebagai
mudhorib (pengelola dana). Akad mudharobah hanya dapat diterapkan pada rahin yang menginginkan
gadai barang untuk keperluan produktif artinya dengan menggadaikan barangnya, rahin tersebut
mengharapkan adanya modal kerja.
c. Akad Ba’i Muqayyadah
Akad ini ditetapkan pada nasabah yang menginginkan rahn untuk keperluan produktif, artinya
dalam menggadaikan marhun, nasabah tersebut menginginkan modal kerja berupa pembelian barang.
Marhun yang dapat dijaminkan untuk akad ini adalah barang yang dapat dimanfaatkan atau tidak
dapat dimanfaatkan.
d. Akad Musyarakah Amwal al-’Inan
Akad ini merupakan kontrak / kerja sama antara dua orang atau lebih. Setiap pihak memberikan
suatu porsi dari keseluruhan dana dan berpartisipasi dalam kerja. Kedua pihak berbagi dalam
keuntungan dan kerugian yang disepakati diantara mereka.
Namun Pada dasarnya Pegadaian Syari’ah berjalan di atas dua akad transaksi
Syariah yaitu:
1. Akad Rahn. Rahn yang dimaksud adalah menahan harta milik si peminjam sebagai jaminan atas
pinjaman yang diterimanya, pihak yang menahan memperoleh jaminan untuk mengambil kembali
seluruh atau sebagian piutangnya. Dengan akad ini Pegadaian menahan barang bergerak sebagai
jaminan atas utang nasabah.
2. Akad Ijarah.Yaitu akad pemindahan hak guna atas barang dan atau jasa melalui pembayaran upah
sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas barangnya sendri. Melalui akad ini
dimungkinkan bagi Pegadaian untuk menarik sewa atas penyimpanan barang bergerak milik
nasabah yang telah melakukan akad.
“Pegadaian Bertujuan Sebagai Berikut”

1. Turut melaksanakan dan menunjang pelaksanaan kebijaksanaan dan program


pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan nasional pada umumnya melalui
penyaluran uang pembiayaan/pinjaman atas dasar hokum gadai.
2. Pencegahan praktik ijon, pegadaian gelap, dan pinjaman tidak wajar lainnya.
3. Pemanfaatan gadai bebas bunga pada gadai syariah memiliki efek jarring pengaman
social karena masyarakat yang butuh dana mendesak tidak lagi dijerat
pinjaman/pembiayaan berbasis bunga.
4. Membantu orang-orang yang membutuhkan pinjaman dengan syarat mudah.
Manfaat pegadaian
1. Bagi nasabah : tersedianya dana dengan prosedur yang relative lebih sederhana dan dalam
waktu yang lebih cepat dibandingkan dengan pembiayaan/kredit perbankan. Di samping itu,
nasabah juga mendapat manfaat penaksiran nilai suatu barang bergerak secara professional.
Mendapatkan fasilitas penitipan barang bergerak yang aman dan dapat dipercaya.

2. Bagi perusahaan pegadaian :


a. Penghasilan yang bersumber dari sewa modal yang dibayarkan oleh peminjam dana.
b. Penghasilan yang bersumber dari ongkos yang dibayarkan oleh nasabah memperoleh jasa
tertentu. Bagi bank syariah yang mengeluarkan produk gadai syariah dapat mendapat
keuntungan dari pembebanan biaya administrasi dan biaya sewa tempat penyimpanan emas.
c. Pelaksanaan misi perum pegadaian sebagai BUMN yang bergerak di bidang pembiayaan
berupa pemberian bantuan kepada masyarakat yang memerlukan dana dengan prosedur yang
relative sederhana.
Keistimewaan Gadai Syariah
1. Proses cepat, yaitu nasabah dapat memperoleh pinjaman yang diperlukan dalam waktu yang relative
cepat, proses administrasi, dan penaksiran hanya 15 menit.
2. Caranya mudah, yaitu cukup dengan membawa marhun yang akan digadaikan dengan bukti
kepemilikan, serta melampirkan bukti identitas. Tidak perlu membuka rekening atau cara lain yang
merepotkan.
3. Jaminan keamanan atas barang, yaitu Pegadaian syariah akan memberikan jaminan keamanan atas
barang yang diserahkan dengan standar keamanan yang telah teruji dan diasuransikan.
4. Pinjaman yang optimum, yaitu memberikan marhun bih hingga 90% dari nilai taksiran barang.
Dengan demikian, rahin tidak dirugikan oleh rasio antara taksiran marhun dan marhun bih. Ini berarti
setiap barang memiliki nilai ekonomis yang wajar.
5. Jangka waktu pinjaman, yaitu rahin atau nasabah boleh memanfaatkan pinjaman sampai jangka
waktu 4 bulan.
6. Sumber pendanaan, sumber pendanaan Pegadaian Syariah berasal dari 100% dari Bank Syariah dari
Bank Muamalat Indonesia, sehingga terjamin kemurnian syariahnya (Khaerul Umam, 363-364)
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai