AKAD AL_RAHN
(GADAI/PINJAMAN DENGAN JAMINAN)
Disusun Oleh:
1. Suryaingsih Dwi Kameliawati (11.0102.0016)
2. Rizki Septamulia (11.0102.0029)
3. Ryan Virgi Pradipta Tahir (11.0102.0039)
4. Nia Azizah (11.0102.0049)
5. Riza Khusnul Layly (11.0102.0051)
6. Anggraheni Arsita Dewi (11.0102.0057)
E. Pegadaian Syariah
1. Pengertian
Pengertian Gadai dalam hukum positif atau UU Hukum Perdata pasal
1150, adalah suatu hak yang diperoleh seseorang berpiutang atas suatu
barang bergerak yang diserahkan kepadanya oleh seseorang yang
berhutang atau oleh orang lain atas namanya dan yang memberikan
kekuasaan kepada siberpiutang itu untuk mengambil pelunasan dari
barang tersebut secara didahulukan kepada orang-orang yang berpiutang
lainnya, dengan pengecualian biaya untuk melelang barang tersebut dan
biaya-biaya mana harus didahulukan.
Pengertian gadai menurut syariah Islam berbeda dengan pengertian gadai
menurut ketentuan hukum adat yang mana dalam ketentuan hukum adat,
pengertian gadai yaitu penyerahan tanah untuk menerima pembayaran
sejumlah uang secara tunai, dengan ketentuan si penjual tetap berhak atas
pengembalian tanahnya dengan jalan menebusnya kembali.
Dalam istilah bahasa Arab, gadai diistilahkan dengan Rahn. Rahn secara
harfiah adalah tetap, kekal, dan jaminan. Secara istilah Rahn adalah apa
yang disebut dengan barang jaminan, agunan, cagar, atau tanggungan.
Rahn yaitu menahan barang sebagai jaminan atas utang. Akad Rahn juga
diartikan sebagai sebuah perjanjian pinjaman dengan jaminan atau dengan
melakukan penahanan harta milik si peminjam sebagai jaminan atas
pinjaman yang diterimanya. Barang gadai baru dapat diserahkan kembali
pada pihak yang berhutang apabila utangnya sudah lunas.
2. Sejarah Pegadaian
Terbitnya PP/10 tanggal 1 April 1990, dapat dikatakan menjadi tonggak
awal kebangkitan pegadaian, satu hal yang perlu dicermati PP10
menegaskan misi yang harus diemban oleh pegadaian untuk mencegah
praktik riba, misi ini tidak berubah hingga terbitnya PP103/2000 yang
dijadikan sebagai landasan usaha perum pegadaian sampai sekarang.
Banyak pihak berpendapat bahwa operasionalisasi pegadaian pra Fatwa
MUI tanggal 16 Desember 2003 tentang bunga bank, telah sesuai dengan
konsep syariah meskipun harus diakui belakangan bahwa terdapat
beberapa aspek yang menepis anggapan itu. Dengan rahmat Allah SWT
dan setelah melalui kajian panjang akhirnya disusunlah suatu konsep
pendirian unit layanan gadai syariah sebagai langkah awal pembentukan
devisi khusus yang menangani kegiatan usaha syariah.
3. Syarat Akad Rahn
- Barang yang digadaikan harus barang milik nasabah sendiri, jelas
ukuran/sifat/nilai-nilai ditentukan berdasarkan nilai riil pasar.
- Barang yang digadaikan dikuasai bank namun tidak boleh dimanfaatkan
bank.
- Nasabah dapat menggunakan barang yang digadaikan atas izin bank.
- Bank dapat melakukan penjualan barang gadai nasabah wanprestasi.
- Barang yang digadaikan harus memiliki nilai jaminan dan tidak boleh
merupakan barang rampasan, barang pinjaman atau barang yang
dijaminkan kepada pihak lain.
4. Akad Perjanjian Gadai
Ada 3 (tiga) akad perjanjian pada gadai, yaitu :
a. Akad al- Qardul Hasan
Akad dilakukan untuk nasabah yang menginginkan menggadaikan
barangnya untuk keperluan konsumtif. Dengan demikian, nasabah
(Rahin) akan memberikan biaya upah atau Free kepada pegadaian
(murtahin) telah menjaga atau merawat barang gadaian (marhun).
b. Akad Al- Mudharabah
Akad dilakukan untuk nasabah yang menggadaikan jaminannya untuk
menambah modal usaha (pembiayaan investasi dan modal kerja).
Dengan demikian, rahin akan memberikan bagi hasil (berdasarkan
keuntungan) kepada murtahun sesuai dengan kesepakatan, sampai
modal yang dipinjam terlunasi.
c. Akad Al-Bai Muqayadah
Untuk sementara akad ini dapat dilakukan rahin yang menginginkan
menggadaikan barangnya untuk keperluan produktif, artinya dalam
menggadaikan, rahin tersebut menginginkan modal kerja berupa
pembelian barang. Sedangkan barang jaminan yang dapat dijaminkan
untuk akad ini adalah barang-barang yang dapat dimanfaatkan atau
tiidak dapat dimanfaatkan oleh rahin atau murtahin. Dengan demikian,
murtahin akan membelikan barang yang sesuai dengan keinginan
rahin atau rahin akan memberikan kepada murtahin sesuai dengan
kesepakatan pada akad berlangsung pada batas waktu yang telah
ditentukan.
5. Aspek Pendirian Pegadaian Syariah
a. Aspek Legalitas
Peraturn pemerintah No 10 Tahun 1990 tentang berdirinya lembaga
gadai syariah dalam bentuk perusahaan jawatan Pegadaian menjadi
perusahaan Umum Pegadaian paal 3 ayat (1a) menyebutkan bahwa
Perum Pegadaian adalah bahan usaha tunggal yang diberi wewenang
untuk menyalurkan uang pinjaman atas dasar hukum gadai.
b. Aspek Permodalan
Modal untuk menjalankan perusahaan gadai adalah cukup besar,
karena selain diperlukan untu dipinjamkan kepada nasabah, juga
diperlukan investasi untuk penyimpanan barang gadai.
c. Aspek Sumber Daya Manusia
Keberlangsungan pegadaian syariah sangat ditentukan oleh
kemampuan Sumber Daya Manusianya.
6. Persamaan dan Perbedaan Gadai Konvensional dan Rahn
Menurut Basyir (1983) persamaan gadai dengan rahn :
a. hak gadai berlaku atas pinjaman uang
b. adanya agunan sebagai pinjaman uang
c. tidak boleh mengambil manfaat barang yang digadai
d. biaya barang yang digadaikan ditanggung oleh pemberi gadai
e. apabila batas waktu pinjaman uang telah habis, barang yang
digadaikan boleh dijual ataupun dilelang.
Form
permintaan
Pinjaman FPP
(FPP)
Surat Bukti
Rahn (SBR)
Marhun Marhun
RP
Kasir
RP
a. Tarif Ijarah
Meliputi biaya pemakaian space dan pemeliharaan barang jaminan marhun,
sesuai dengan tabel dan rumus sebagai berikut :
No Jenis Marhun Perhitungan Tarif
1. Emas Taksiran/ Rp 10.000 x 90 x jangka
waktu /10
2. Elektronik Taksiran/ Rp 10.000 x 95 x jangka
Alat rumah waktu /10
tangga lainnya
3. Kendaraan Taksiran/ Rp 10.000 x 100 x
Bermotor jangka waktu /10
(mobil dan motor)
Tabel Rumus Pemeliharaan Barang Jaminan Marhun
Keterangan :
1) Tarif ijaroh dihitung dar nilai taksiran barang jaminan
2) Jangka waktu jaminan ditetapkan 120 hari
3) Tarif jasa simpan dengan kelipatan 10 hari
4) Satu hari dihitung 10 hari
b. Marhun yang diterma sebagai Jaminan
1) Barang perhiasan berlian
2) Kendaraan bermoto, seperti mobil (sesuai dengan ketentuan yang berlaku)
3) Barang elektronik seperti radio, televisi, tape, mesin cuci, kulkas dan lain-
lain.
c. Perlunasan pinjaman
1) Rahn membayar pokok pinjaman dan jasa simpan sesuai dengan tarif yang
telah ditentukan.
2) Menjual marhun apabila rahn tidak memenuhi kewajibannya pada tanggal
jatuh tempo.
d. Jasa Simpan
1) Pengadaian syariah memperoleh pendapatan dari jasa atas penyimpanan
marhun
2) Tarif dihitung berdasarkan volume dan nilai marhun
3) Tarif tidak dikaitkan dengan besarnya uang pinjaman
4) Dipungut dibelakang pada saat rahin melunasi utangnya
5) Tarif ditetapkan sebesar Rp 90,- (sembilan puluh rupiah)
e. Jenis- jenis pelunasan
1) Pelunasan Penuh
2) Angsuran
3) Tebus sebagian
f. Ilustrasi Penaksiran Barang Gadai
Barang gadai ditaksir atas beberapa pertimbangan, seperti jenis barang,
nilai barang, usia barang dan sebagainya. Bila diilustrasikan prosedur
penafsiran barang gadai sebagai berikut :
1) Prosedur Penafsiran Emas
Misalkan standar taksiran yang digunakan oleh pengadaian adalah 91,08%
x harga pasaran emas. Bila harga pasaran emas adalah Rp 75.00,- maka
perhitungan tafsiran emas dalam tabel sebagai berikut :
Gosokan
Bera Cacat
t Amat Bagus Sedang Jelek
Bagus
0.60 0.41 0.29 0.15 1
0.46 0.23 0.22 0.14 2
0.01 0.29 0.20 0.14 0.09 3
0.10 0.07 0.05 0.03 4
1.58 0.17 0.80 0.47 1
1.13 0.84 0.57 0.33 2
0.05 0.77 0.57 0.39 0.22 3
0.40 0.29 0.20 0.12 4
0.14 0.10 0.07 0.04 5
3.95 2.93 0.02 1.19 1
2.84 2.11 1.45 0.85 2
0.01 1.92 1.42 0.98 0.58 3
1.01 0.74 0.51 0.30 4
0.36 0.26 0.18 0.30 5
Tabel Taksiran Berlian Putih Embun dan Paset
Contoh :
Ilyas ingin menggadaikan cincin permata berlian putih embun
setelah ditaksir beratnya 0.05 karat, cacat 2 dan gosokkannya sedang. Dari
hasil penaksiran tersebut, gadai memberikan piutang pada Ilyas sebesar 2 x
0.57 x 60.000 = Rp 86.400,-.
c) Prosedur Penaksiran Barang Elektronik
Dilakukan dengan cara melihat harga pasar, penggadaian harus
menentukan presentase terhadap harga barang tersebut. Misalnya untuk
barang baru presentasenya 100%, agak 90%, masih baik 80% dan baik
70% penaksiran dengan cara mengalikan 60% dengan harga setempat.
Contoh :
Roby berniat menggadaikan komputer miliknya. Setelah ditaksir
ternyata kondisi komputernya 80%, harga setempat Rp 4.500.000,-. Maka
penggadaian yang akan diberikan sebesar Rp 4.500.000,- x 80% x 60% =
Rp 2.160.000,-.
NASABAH KASIR
SBR SBR
RP
RP
SBR
MARHUN PEMEGANG
GUDANG