Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH AKUNTANSI KEUANGAN LEMBAGA SYARIAH

AKAD AL_RAHN
(GADAI/PINJAMAN DENGAN JAMINAN)

Disusun Oleh:
1. Suryaingsih Dwi Kameliawati (11.0102.0016)
2. Rizki Septamulia (11.0102.0029)
3. Ryan Virgi Pradipta Tahir (11.0102.0039)
4. Nia Azizah (11.0102.0049)
5. Riza Khusnul Layly (11.0102.0051)
6. Anggraheni Arsita Dewi (11.0102.0057)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG
2014
AKUNTANSI AL-RAHN (GADAI/PINJAMAN DENGAN JAMINAN)

A. Pengertian Akad Rahn


Rahn secara harfiah adalah tetap, kekal dan jaminan. Secara istilah rahn
adalah apa yang disebut dengan barang jaminan, agunan, cagar atau
tangguhan. Sedangkan secara teknis rahn berarti menahan salah satu harta
peminjam yang memiliki nilai ekonomis sebagai jaminan barang yang
diterimanya.
Akad rahn merupakan akad penyerahan barang/harta dari nasabah kepada
bank sebagai jaminan sebagian atau seluruh hutang. Barang gadai baru dapat
diserahkan kembali pada pihak yang berutang apabila utangnya sudah lunas.

B. Tujuan Akad Rahn


Akad rahn bertujuan untuk memberikan jaminan pembayaran kembali
pada bank dalam memberikan pembiayaan.

C. Sumber Hukum Rahn


1. Al-Qur’an
“Jika kamu dalam perjalanan (dan bermuamalah tidak secara tunai),
sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, hendaklah ada barang
tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang).” (QS Al Baqarah
2:283)
2. Al Hadist
“Dari Aisyah r.a berkata bahwa Rasulullah SAW pernah membeli makan
dengan berhutang dari seorang Yahudi dan Nabi menggadaikan sebuah
baju besi kepadanya.” (HR. Bukhari, Nasa’i dan Ibnu Majah)
“tidak terlepas dari kepemilikan barang gadai dari pemilik yang
menggadaikannya. Ia memperoleh manfaat dan menanggung resikonya.”
(HR. AL Syafi’i, Al Daraquthni dan Ibnu Majah dari Abu Hurairah)
“Tunggangan (kendaraan) yang digadaikan boleh dinaiki dengan
menanggung biayanya dan binatang ternak yang digadaikan dapat diperah
susunya dengan menanggung biayanya. Orang yang menggunakan
kendaraan memerah susu tersebut wajib menanggung biaya perawatandan
pemeliharaan.” (HR. Jamaah kecuali Muslim dan Al Nasa’i)

D. Rukun dan Ketentuan Syariah


1. Rukun Rahn
a. Ar Rahin (orang yang menggadaikan)
b. Al Murtahin (yang menerima gadai)
c. Al Marhun/rahn (barang yang digadaikan)
d. Al Marhun bih (hutang)
e. Sighat, ijab dan qabul
2. Ketentuan Rahn
Ketentuan rahn termuat dalam Fatwa DSN No. 25/DSN-MUI/III/2002:
a. Murtahin (penerima barang) mempunyai hak untuk menahan barang
sampai semua hutang rahn dilunasi
b. Marhun dan manfaatnya tetap menjadi milik Rahn
c. Pemeliharaan dan penyimpanan barang pada dasarnya menjadi
kewajiban Rahin, namun dapat dilakukan juga oleh Murtahin,
sedangkan biaya pemeliharaan penyimpanan tetap menjadi kewajiban
Rahin
d. Besar biaya pemeliharaan dan penyimpanan Marhun tidak boleh
ditentukan berdasarkan jumlah pinjaman
e. Penjualan Marhun:
1) Apabila jatuh tempo, Murtahin harus memperingatkan Rahin untuk
segera melunasi hutangnya
2) Apabila Rahin tetap tidak dapat melunasi hutangnya, maka Marhun
dijual atau dieksekusi melalui lelang sesuai syariah
3) Hasil penjualan Marhun digunakan untuk melunasi hutang, biata
pemeliharaan dan penyimpanan yang belum dibayar serta biaya
penjualan
4) Kelebihan hasil penjualan menjadi milik Rahin dan kekurangannya
menjadi kewajiban Rahin

E. Pegadaian Syariah
1. Pengertian
Pengertian Gadai dalam hukum positif atau UU Hukum Perdata pasal
1150, adalah suatu hak yang diperoleh seseorang berpiutang atas suatu
barang bergerak yang diserahkan kepadanya oleh seseorang yang
berhutang atau oleh orang lain atas namanya dan yang memberikan
kekuasaan kepada siberpiutang itu untuk mengambil pelunasan dari
barang tersebut secara didahulukan kepada orang-orang yang berpiutang
lainnya, dengan pengecualian biaya untuk melelang barang tersebut dan
biaya-biaya mana harus didahulukan.
Pengertian gadai menurut syariah Islam berbeda dengan pengertian gadai
menurut ketentuan hukum adat yang mana dalam ketentuan hukum adat,
pengertian gadai yaitu penyerahan tanah untuk menerima pembayaran
sejumlah uang secara tunai, dengan ketentuan si penjual tetap berhak atas
pengembalian tanahnya dengan jalan menebusnya kembali.
Dalam istilah bahasa Arab, gadai diistilahkan dengan Rahn. Rahn secara
harfiah adalah tetap, kekal, dan jaminan. Secara istilah Rahn adalah apa
yang disebut dengan barang jaminan, agunan, cagar, atau tanggungan.
Rahn yaitu menahan barang sebagai jaminan atas utang. Akad Rahn juga
diartikan sebagai sebuah perjanjian pinjaman dengan jaminan atau dengan
melakukan penahanan harta milik si peminjam sebagai jaminan atas
pinjaman yang diterimanya. Barang gadai baru dapat diserahkan kembali
pada pihak yang berhutang apabila utangnya sudah lunas.
2. Sejarah Pegadaian
Terbitnya PP/10 tanggal 1 April 1990, dapat dikatakan menjadi tonggak
awal kebangkitan pegadaian, satu hal yang perlu dicermati PP10
menegaskan misi yang harus diemban oleh pegadaian untuk mencegah
praktik riba, misi ini tidak berubah hingga terbitnya PP103/2000 yang
dijadikan sebagai landasan usaha perum pegadaian sampai sekarang.
Banyak pihak berpendapat bahwa operasionalisasi pegadaian pra Fatwa
MUI tanggal 16 Desember 2003 tentang bunga bank, telah sesuai dengan
konsep syariah meskipun harus diakui belakangan bahwa terdapat
beberapa aspek yang menepis anggapan itu. Dengan rahmat Allah SWT
dan setelah melalui kajian panjang akhirnya disusunlah suatu konsep
pendirian unit layanan gadai syariah sebagai langkah awal pembentukan
devisi khusus yang menangani kegiatan usaha syariah.
3. Syarat Akad Rahn
- Barang yang digadaikan harus barang milik nasabah sendiri, jelas
ukuran/sifat/nilai-nilai ditentukan berdasarkan nilai riil pasar.
- Barang yang digadaikan dikuasai bank namun tidak boleh dimanfaatkan
bank.
- Nasabah dapat menggunakan barang yang digadaikan atas izin bank.
- Bank dapat melakukan penjualan barang gadai nasabah wanprestasi.
- Barang yang digadaikan harus memiliki nilai jaminan dan tidak boleh
merupakan barang rampasan, barang pinjaman atau barang yang
dijaminkan kepada pihak lain.
4. Akad Perjanjian Gadai
Ada 3 (tiga) akad perjanjian pada gadai, yaitu :
a. Akad al- Qardul Hasan
Akad dilakukan untuk nasabah yang menginginkan menggadaikan
barangnya untuk keperluan konsumtif. Dengan demikian, nasabah
(Rahin) akan memberikan biaya upah atau Free kepada pegadaian
(murtahin) telah menjaga atau merawat barang gadaian (marhun).
b. Akad Al- Mudharabah
Akad dilakukan untuk nasabah yang menggadaikan jaminannya untuk
menambah modal usaha (pembiayaan investasi dan modal kerja).
Dengan demikian, rahin akan memberikan bagi hasil (berdasarkan
keuntungan) kepada murtahun sesuai dengan kesepakatan, sampai
modal yang dipinjam terlunasi.
c. Akad Al-Bai Muqayadah
Untuk sementara akad ini dapat dilakukan rahin yang menginginkan
menggadaikan barangnya untuk keperluan produktif, artinya dalam
menggadaikan, rahin tersebut menginginkan modal kerja berupa
pembelian barang. Sedangkan barang jaminan yang dapat dijaminkan
untuk akad ini adalah barang-barang yang dapat dimanfaatkan atau
tiidak dapat dimanfaatkan oleh rahin atau murtahin. Dengan demikian,
murtahin akan membelikan barang yang sesuai dengan keinginan
rahin atau rahin akan memberikan kepada murtahin sesuai dengan
kesepakatan pada akad berlangsung pada batas waktu yang telah
ditentukan.
5. Aspek Pendirian Pegadaian Syariah
a. Aspek Legalitas
Peraturn pemerintah No 10 Tahun 1990 tentang berdirinya lembaga
gadai syariah dalam bentuk perusahaan jawatan Pegadaian menjadi
perusahaan Umum Pegadaian paal 3 ayat (1a) menyebutkan bahwa
Perum Pegadaian adalah bahan usaha tunggal yang diberi wewenang
untuk menyalurkan uang pinjaman atas dasar hukum gadai.
b. Aspek Permodalan
Modal untuk menjalankan perusahaan gadai adalah cukup besar,
karena selain diperlukan untu dipinjamkan kepada nasabah, juga
diperlukan investasi untuk penyimpanan barang gadai.
c. Aspek Sumber Daya Manusia
Keberlangsungan pegadaian syariah sangat ditentukan oleh
kemampuan Sumber Daya Manusianya.
6. Persamaan dan Perbedaan Gadai Konvensional dan Rahn
Menurut Basyir (1983) persamaan gadai dengan rahn :
a. hak gadai berlaku atas pinjaman uang
b. adanya agunan sebagai pinjaman uang
c. tidak boleh mengambil manfaat barang yang digadai
d. biaya barang yang digadaikan ditanggung oleh pemberi gadai
e. apabila batas waktu pinjaman uang telah habis, barang yang
digadaikan boleh dijual ataupun dilelang.

Perbedaan gadai konvensional dan syariah

Gadai konvensional Gadai syariah


1) disamping berprinsip 1) dilakukann secara
tolong menolong juga sukarela atas dasar
menarik keuntungan tolong menolong tanpa
dengan cara menarik mencari keuntungan
bunga atau sewa modal 2) berlaku pada seluruh
yang ditetapkan harta baik harta yang
2) hak gadai hanya berlaku bergerak maupun yang
pada benda yang bergerak tidak bergerak
3) mengenai istilah bunga 3) tidak ada istilah bunga
uang uang
4) dilaksanakan melalui suatu 4) dilaksanakan tanpa
lembaga yang di Indonesia melalui suatu lembaga
disebut Perum Pegadaian

7. Operasional Pegadaian Syariah


Pegadaian syariah akan menjawab segala kebutuhan transaksi gadai yang
disesuaikan dengan syariah, untuk solusi dalam pendanaan ini yang sangat
cepat, praktis dan menentramkan.
a. Pesyaratan pengajuan pinjaman :
1) Membawa fotocopy KTP atau identitas lainnya (SIM,PASPOR,dll)
yang masih berlaku.
2) Mengisi formulir permintaan rahn
3) Menyerahkan jaminan bergerak seperti :
a. perhiasan emas, berlian
b. kendaraan bermotor
c. barang-barang elektronik
b. Prosedur Pengajuan Pinjaman (Marhun Bih)
Prosedur pemberian pinjaman dalam pegadaian diatur sebagaimana
dalam bagan berikut :
NASABAH PENAKSIR

Form
permintaan
Pinjaman FPP
(FPP)
Surat Bukti
Rahn (SBR)

Marhun Marhun

RP

Kasir

RP

Gambar Prosedur Pemberian Pinjaman Gadai


Keterangan :
1. Nasabah mengisi formulir permintaan Rahn
2. Nasabah menyerahkan formulir permintaan Rahn yang dilampiri denganfoto
copy identitas serta barang jaminan ke loket.
3. Petugas pengadaian menaksir (marhun) agunan yang sudah diserahkan.
4. Besarya pinjaman/ marhun bih adalah sebesar 90% dari taksiran marhun.
5. Apabila disepakati besarnya pinjaman, nasabah menandatangani akad dan
menerim uang pinjaman.
8. Akuntansi Untuk Rahn
1. Bagi Pihak yang Menerima Gadai (Murtahin)
Pada saat menerima barang gadai tidak dijurnal tetapi membuat tanda
terima atas barang.
a. Pada saat penyerahan uang pinjaman
Piutang xxx
Kas xxx
b. Pada saat menerima uang untuk biaya pemeliharaan dan penyimpanan
Kas xxx
Pendapatan xxx
c. Pada saat mengeluarkan biaya untuk biaya pemeliharaan dan
penyimpanan
Beban xxx
Kas xxx
d. Pada saat pelunasan uang pinjaman, barang gadai dikembalikan
dengan membuat tanda serah terima barang
Kas xxx
Piutang xxx
e. Jika pada saat jatuh tempo, utang tidak dapat dilunasi dan kemudian
barang gadai dijual oleh pihak yang menggadaikan
Penjualan barang gadai, jika nilainya sama dengan piutang
Kas xxx
Piutang xxx
2. Bagi Pihak yang Menggadaikan
a. Pada saat penerimaan uang pinjaman
Kas xxx
Utang xxx
b. Bayar uang untuk biaya pemeliharaan dan penyimpanan
Beban xxx
Kas xxx
c. Ketika dilakukan pelunasan atas utang
Utang xxx
Kas xxx
d. Jika pada saat jatuh tempo, utang tidak dapat dilunasi dan kemudian
barang gadai dijual
Pada saat penjualan barang gadai
Kas xxx
Akumulasi Penyusutan
(bila aset tetap) xxx
Kerugian (apabila rugi) xxx
Keuntungan (bila untung) xxx
Aset xxx
Pelunasan utang atas barang yang dijual pihak yang menggadai
Utang xxx
Kas xxx
Jika masih ada kekurangan pembayaran utang seteah penjualan barang
gadai tersebut, maka berarti pihak yang menggadaikan masih
memiliki saldo utang kepada pihak yang menerima gadai.

9. Penggolongan Marhun dan Biaya Administrasi


Didasarkan pada pembagian level tanggung jawab penentuan taksiran minimum
MB per-SBR adalah Rp 20.000,- dengan pembagian plafon MB sebaai berikut

Golonga Plafon MB Biaya


n MB Administrasi
per SBR
A 20.000-150.000 1.000
B 151.000-500.000 3.000
C 501.000-1.000.000 5.000
D 1.005.000-5.000.000 15.000
E 5.010.000-10.000.000 15.000
F 10.050.000-20.000.000 25.000
G 20.100.000-50.000.000 25.000
H 50.100.000-200.000.000 25.000
Tabel Pembagian Plafon MB
Penentuan Taksiran :
i. Golongan A dilaksanakan penaksiran yunior
ii. Golongan B dan C oleh penaksir madya
iii. Golongan D, E, F, G, H oleh penaksir senior/ manajer cabang.

a. Tarif Ijarah
Meliputi biaya pemakaian space dan pemeliharaan barang jaminan marhun,
sesuai dengan tabel dan rumus sebagai berikut :
No Jenis Marhun Perhitungan Tarif
1. Emas Taksiran/ Rp 10.000 x 90 x jangka
waktu /10
2. Elektronik Taksiran/ Rp 10.000 x 95 x jangka
Alat rumah waktu /10
tangga lainnya
3. Kendaraan Taksiran/ Rp 10.000 x 100 x
Bermotor jangka waktu /10
(mobil dan motor)
Tabel Rumus Pemeliharaan Barang Jaminan Marhun
Keterangan :
1) Tarif ijaroh dihitung dar nilai taksiran barang jaminan
2) Jangka waktu jaminan ditetapkan 120 hari
3) Tarif jasa simpan dengan kelipatan 10 hari
4) Satu hari dihitung 10 hari
b. Marhun yang diterma sebagai Jaminan
1) Barang perhiasan berlian
2) Kendaraan bermoto, seperti mobil (sesuai dengan ketentuan yang berlaku)
3) Barang elektronik seperti radio, televisi, tape, mesin cuci, kulkas dan lain-
lain.
c. Perlunasan pinjaman
1) Rahn membayar pokok pinjaman dan jasa simpan sesuai dengan tarif yang
telah ditentukan.
2) Menjual marhun apabila rahn tidak memenuhi kewajibannya pada tanggal
jatuh tempo.

d. Jasa Simpan
1) Pengadaian syariah memperoleh pendapatan dari jasa atas penyimpanan
marhun
2) Tarif dihitung berdasarkan volume dan nilai marhun
3) Tarif tidak dikaitkan dengan besarnya uang pinjaman
4) Dipungut dibelakang pada saat rahin melunasi utangnya
5) Tarif ditetapkan sebesar Rp 90,- (sembilan puluh rupiah)
e. Jenis- jenis pelunasan
1) Pelunasan Penuh
2) Angsuran
3) Tebus sebagian
f. Ilustrasi Penaksiran Barang Gadai
Barang gadai ditaksir atas beberapa pertimbangan, seperti jenis barang,
nilai barang, usia barang dan sebagainya. Bila diilustrasikan prosedur
penafsiran barang gadai sebagai berikut :
1) Prosedur Penafsiran Emas
Misalkan standar taksiran yang digunakan oleh pengadaian adalah 91,08%
x harga pasaran emas. Bila harga pasaran emas adalah Rp 75.00,- maka
perhitungan tafsiran emas dalam tabel sebagai berikut :

Jumlah Perhitungan Taksiran


karat
24 karat 91,08% x Rp 75.000 Rp 68.310,-
23 karat 23/24 x Rp 68.310 Rp 65.464,-
22 karat 22/24 x Rp 68.310 Rp 62.618,-
21 karat 21/24 x Rp 68.310 Rp 59.771,-
20 karat 20/24 x Rp 68.310 Rp 56.925,-
19 karat 19/24 x Rp 68.310 Rp 54.079,-
18 karat 18/24 x Rp 68.310 Rp 51.233,-
17 karat 17/24 x Rp 68.310 Rp 48.386,-
16 karat 16/24 x Rp 68.310 Rp 45 540,-
Tabel Perhitungan Taksiran Uang
Contoh :
Fitri menggadaikan kalung emas kuning, setelah ditaksir oleh petugas
taksir ternyata kalung emas tersebut 23 karat dengan berat 6 gram x Rp
65.464 = Rp 329.784.
2) Prosedur Penaksiran Berlian
a) Dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
i. Mengukur berat/besar berlian
ii. Berlian digosokkan dengan jarum uji untuk menentukan bagus/
tidaknya gosokan.
iii. Dilihat warna/ cacatnya.
iv. Ditentukan taksirannya dengan melihat tabel.
b) Penaksiran berlian dapat dihitung dengan 2 cara :
i. Berlian dengan berat 0,05 karat ke atas
Rumus : banyak berlian x tabel x standar penaksiran permata.
ii. Berlian dengan berat kurang dari 0,05 karat
Rumus : banyak berlian x tabel taksiran minimum per buah permata.

Gosokan
Bera Cacat
t Amat Bagus Sedang Jelek
Bagus
0.60 0.41 0.29 0.15 1
0.46 0.23 0.22 0.14 2
0.01 0.29 0.20 0.14 0.09 3
0.10 0.07 0.05 0.03 4
1.58 0.17 0.80 0.47 1
1.13 0.84 0.57 0.33 2
0.05 0.77 0.57 0.39 0.22 3
0.40 0.29 0.20 0.12 4
0.14 0.10 0.07 0.04 5
3.95 2.93 0.02 1.19 1
2.84 2.11 1.45 0.85 2
0.01 1.92 1.42 0.98 0.58 3
1.01 0.74 0.51 0.30 4
0.36 0.26 0.18 0.30 5
Tabel Taksiran Berlian Putih Embun dan Paset
Contoh :
Ilyas ingin menggadaikan cincin permata berlian putih embun
setelah ditaksir beratnya 0.05 karat, cacat 2 dan gosokkannya sedang. Dari
hasil penaksiran tersebut, gadai memberikan piutang pada Ilyas sebesar 2 x
0.57 x 60.000 = Rp 86.400,-.
c) Prosedur Penaksiran Barang Elektronik
Dilakukan dengan cara melihat harga pasar, penggadaian harus
menentukan presentase terhadap harga barang tersebut. Misalnya untuk
barang baru presentasenya 100%, agak 90%, masih baik 80% dan baik
70% penaksiran dengan cara mengalikan 60% dengan harga setempat.
Contoh :
Roby berniat menggadaikan komputer miliknya. Setelah ditaksir
ternyata kondisi komputernya 80%, harga setempat Rp 4.500.000,-. Maka
penggadaian yang akan diberikan sebesar Rp 4.500.000,- x 80% x 60% =
Rp 2.160.000,-.

d) Prosedur Penaksiran Landasan


Didasarkan paa harga pasar setempat, setelah diketahui harga
pasarnya kemudian dikalikan dengan 85%.
Contoh :
Rohmad ingin menggadaikan motor supra keluaran tahun 2000
dengan harga pasaran setempat Rp 9.750.000,-. Maka Febri mendapat
piuang dari penggadaian sebesar ; Rp 9.750.000,- x 85% = Rp 8.287.500-.
e) Prosedur Penaksiran Mesin
Tidak seperti barang elektroik, mesin diaksir agak tinggi sebesar
85% dari harga pasaran setempat.
Contoh :
Nurjanah ingin menggadaikan msin ketik merk Olympic, setelah
ditaksir ternyata kondisinya 90%, sedang harga setempat Rp 32.000,-.
Maka piutang yang didapat Nurjanah adalah sebesar Rp 320.000,- x 85%
= Rp 272.000,-.
f) Prosedur Penaksiran Tekstil
Tekstil yang bisa digadaikan adalah jenis kain, misalnya kain
batik,permadani, taplak, sprei, kain bahan baju, dan lain-lain. Kain yang
telah menjadi baju tidak bisa digadaikan. Peresentasi yang digunakan
dalam penaksiran adalah patok taksir sebesar 85%. Dan taksiran yang
dperoleh dari 85% x harga pasara setempat.
g) Penjualan Marbun
i. Pengertian
Penjualan Marhun adalah upaya pengembalian marhun-bih (uang
pinjaman) beserta jasa simpan yang tidak dilunasi sampai batas waktu
yang ditentukan.
ii. Pemberitahuan, dilakukan paling lambat 5 hari sebelum tanggal
penjualan melalui :
a. Surat pemberitahuan ke masing-masing alamat
b. Dihubungi melalui telepon
c. Papan pengumuman yang ada dikantor cabang, informasi di
kantor kelurahan/ kecamatan (untuk cabang di daerah).
iii. Penyimpanan Marhun
a. Marhun kantung (K)disimpan dalam kamar emas
(kluis/khasanah)
b. Marhun Gudang (G) disimpan dala gudang.
Administrasi Uang Kelebihan
a. Uang kelebihan hasil penjualan marhun adalah milik rahin
b. Rahin dapat meminta uang kelebiahan ini ke Kantor Cabang
Unit Layanan Gadai Syariah setempat.
c. Bila dalam satu tahun tidak diambil, uang tersebut akan
disalurkan ke lembaga ZIS.
Syarat-syarat Permohonan Pinjaman
a. Mahun milik sendiri (KUH Perdata 1977)
b. Foto copy KTP yang masih berlaku
c. Marhun memenuhi persyaratan menuntut ketentuan
d. Surat kuasa dari pemilik barang, jika dikuasakan dengan
disertai materai dan KTP asli pemilik barang,
e. Mengisi dan menandatangani Formulir Permintaan Pinjaman
(FPP)
f. Menandatangani akad Rahn dan Ijarah dalam Surat Bukti Rahn
(SBR)
Uang Kelebihan Penjualan Marhun
Uang kelebihan penjualan marhun adalah selisih antara
harga lakuna penjualan marhun dikurangi dengan (UP + Jasa
Simpan + Biaya Penjualan Marhun).

1.5 Prosedur Pelunasan

NASABAH KASIR

SBR SBR

RP
RP

SBR

MARHUN PEMEGANG
GUDANG

Anda mungkin juga menyukai