PEMBAHASAN
3 DEFINISI Rahn secara etimologis berarti tsubut (tetap) dan dawam (kekal,
terus menerus).Adapun Rahn secara terminologis adalah menjadikan harta benda sebagai jaminan
hutang agar hutang itu dilunasi ( dikembalikan) atau dibayarkan harganya jika tidak dapat
mengemballikannya.Ensiklopedi Fiqh Muamalah dalam pandangan 4 madhab hal 174
5 3. Dasar ijma’kaum muslimin sepakat di bolehkannya rahn secara syari’at ketika berpergian dan
ketika dirumah4. Landasan hukum positif :A. Dalam pasal 19 ayat (1) huruf q Undang – Undang Nomor
21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah disebutkan bahwa kegiatan usaha bank umum syariah
antara lain melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan di bidang perbankan dan di bidang social
sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
6 B. Sejak tahun 2002 atas dasar Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 25/DSN-MUI/III/2002,
Tertanggal 26 Juni 2002 dinyatakan bahwa pinjaman dengan menggunakan barang sebagai jaminan
dalam bentuk Gadai Syariah (Rahn) diperbolehkan, yaitu suatu bentuk penyerahan harta milik si
peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya. Rahn dikembangkan melalui Bank
Syariah dan lembaga keuangan bukan bank yaitu Pegadaian Syariah.
7 C. Dalam UU No. 10 tahun 1998 terdapat pada Pasal 8 dan penjelasanya, Pasal 8 ayat (1) serta Pasal
12 A ayat (1) .“...Dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syari’ah, Bank
umum wajib mempunyai keyakinan berdasarkan analisis yang mendalam atau itikad baik dan
kemampuan serta kesanggupan debitur untuk melunasi hutangnya atau mengembalikan pembiayaan
dimaksud sesuai dengan yang diperjanjikan” (Pasal 8 Ayat (1))
8 Lanjutan …“Bank Umum dapat membeli sebagian atau seluruh agunan, baik melalui pelelangan
maupun di luar pelelangan berdasarkan penyerahan secara sukarela oleh pemilik agunan atau
berdasarkan kuasa untuk menjual di luar lelang dari pemilik agunan dalam Nasabah Debitur tidak
memenuhi kewajibannya kepada bank, dengan ketentuan agunan yang dibeli tersebut wajib dicairkan
secepatnya.(Pasal 12 A Ayat (1))
11 E. Dalam KUH Perdata Pasal 1131 dan Pasal 1132 berikut ini:
“Segala kebendaan si berutang, baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak, baik yang sudah ada
maupun yang baru ada di kemudian hari, menjadi tanggungan untuk segala perikatannya
perseorangan.” (Pasal 1131)
12 Lanjutan …Kebendaan tersebut menjadi jaminan bersama-sama bagi semua orang yang
mengutangkan padanya; pendapatan penjualan benda-benda itu dibagi bagi menurut keseimbangan
yaitu menurut besar-kecilnya piutang masing-masing kecuali apabila di antara para berpiutang itu ada
alasan-alasan yang sah untuk didahulukan. (Pasal 1132)
13 RUKUN – RUKUN RAHN Maayoritas ulama berpendapat ada empat sebagai berikut :1. Barang yang
digadaikan2. Modal hasil gadaian3. Shighoh ( ijab qabul)4. ‘aqidainHanafiyyah berpendapat bahwa
rukun rahn (gadai) hanya satu, yaitu :shighah ( karena ia sebagai hakikat transaksi). Ensiklopedi Fiqh
Muamalah dalam pandangan 4 madhab hal 175
14 SYARAT –SYARAT RAHNSyarat-syarat rahn ( gadai ) adalah sebagai berikut :1. Masing- masing dari
al- ‘aqidain termasuk orang yang boleh membelanjakan harta. Yaitu baliq, berakal sehat, dan pandai
( dapat membedakan antara yang baik dan yang buruk ).2. Gadaian dilakukan dengan hutang yang
wajib.3. Barang yang digadaikan dapat dinilai dengan uang sehingga dapat digunakan untuk
membayar hutang atau dapat dijual untuk membayar hutangnya jika ia tidak dapat membayar.4.
Barang yang digadaikan milik penggadai atau ia mendapat izin menggadaikannya.
15 MANFAAT RAHN Pemilik gadai berhak mengambil manfaat dan pengembangannya karena barang
itu miliknya. Orang lain tidak boleh mengambil manfaatnya tanpa seizinnya.Kalangan Hanabilah
berpendapat, jika barang gadai berupa kendaraan atau hewan perahan, maka pemegang gadai boleh
mengendarainya dan memerahnya sesuai dengan biaya perawatan yang dikeluarkan tanpa izin
pegadaiAdapun mayoritas fuqoha’ dari kalangan Hanafiyyah, Malikiyyah, dan Syafi’iyyah berpendapat
bahwa pemegang gadai tidak boleh mengambil manfaat barang gadaian karena manfaatnya tetap
menjadi hak penggadaiMenurut Imam Ahmad pemegang gadai boleh memanfaatkan sesuatu yang
digadaikan dengan dikendarai atau diperah sesuai dengan biaya perawatan yang
dikeluarkanEnsiklopedi Fiqh Muamalah dalam pandangan 4 madhab hal 179
18 Pendapat yang valid adalah hakim boleh menjual barang gadai dan menggunakannya untuk
membayar hutang penggadai tanpa menahannya karena tujuannya adalah untuk melunasi hutang.
Jika harga barang dapat menutupi jumlah hutangnya maka telah selesai urusan hutang piutang. Jika
tidak cukup maka penggadai harus melunasi kekurangannya.
20 TEKNIS PERBANKAN
1. Melalui bank, nasabah dapat menggunakan barang tertentu yang digadaikan dengan tidak
mengurangi nilai dan tidak merusak barang yang digadai. Apabila barang yang digadaikan rusak atau
cacat, maka nasabah harus bertanggungjawab
.2. Apabila nasabah wanptestasi, bank dapat melakukan penjualan barang yang digadaikan atas
perintah hakim.
3. Nasabah mempunyai hak untuk menjual barang tersebut dengan seizin bank. Apabila hasil
penjualan melebihi kewajibannya, maka kelebihan tersebut menjadi milik nasah.
4. Bila hasil penjualan tersebut lebih kecil dari kewajibannya, nasabah wajib menutupi
kekuranganya.Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga keuangan Syariah Deskripsi dan Ilustrasi.
21 Manfaat yang dapat diambil oleh bank dari prinsip ar- rahn adalah sebagai berikut :
1. Menjaga kemungkinan nasabah untuk lalai atau bermain-main dengan fasilitas pembiayaan yang
diberikan bank.
2. Memberikan keamanan bagi semua penabung dan pemegang deposito bahwa dananya tidak akan
hilang begitu saja jika nasabah peminjam ingkar janji karena ada suatu asset atau barang ( marhun )
yang dipegang oleh bank.3. Jika rahn ditetapkan dalam sistem pegadaian, sudah barang tentu akan
sangat membantu saudara kita yang kesulitan dana, terutama di daerah-daerah.Muhammad syafi’I
Antonio, Bank Islam Dari Teori Ke Praktik, hal : 130
22 Adapun resiko yang mungkin terdapat pada rahn apabila diterapkan sebagai produk adalah :
1. Risiko tak terbayarnya hutang nasabah ( wanprestasi )
2. Risiko penurunan nilai aset yang ditahan atau rusak.Muhammad syafi’I Antonio, Bank Islam Dari
Teori Ke Praktik, hal : 131
KESIMPULAN
termasuk dalam salah satu jenis akad pelengkap, sedangkan dalam kontek perusahaan umum
pegadaian rahn merupakan produk utama. Perbedaan rahn dengan pegadaian biasa adalah nasabah
tidak dikenakan bunga, yang di pungut dari nasabah hanyalah biaya penitipan, pemeliharaan,
penjagaan, serta penaksiran. Perbedaan utama adalah dari sifat bunga yang bisa berakumulasi dan
berlipat ganda, sedangkan biaya rahn hanya sekali dan ditetapkan dimuka.
DAFTAR PUSTAKA
Antonio, Muhammad Safi’I, 2007, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik, Gema Insani, Jakarta.Ath-
Thayyar, Abdullah bin Muhammad., Al- Muthlaq, Abdullah bin Muhammad dan Muhammad bin
Ibrahim, 2009, Ensiklopedi Fiqh Muamalah dalam pandangan 4 madzhab, Maktabah Al Hanif,
Jakarta.Anshari, Abdul Ghofur, 2009, Perbankan syariah di Indonesia, Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.Sudarsono, Heri, 2008, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan Ilustrasi,
Ekonisia, Yogyakarta.Zuhdi, Masjfuk, 1997, Masail Fiqhiyah, Toko Gunung Agung, Jakarta