Anda di halaman 1dari 24

RAHN

Nama Kelompok
- Ihda A'yuni Khotimah
1701045017
- Siti Badiatul Bariroh
1701045016
- Nur Azizah Handayani
1701045014
- Salmah Haeruddin
1701045018
A.PENGERTIAN RAHN

Kata “Rahn” (gadai) menurut bahasa artinya


“tetap”, sedangkan menurut Syara’ Rahn (gadai)
ialah menjadikan barang yang sebangsa uang
sebagai kepercayaan hutang, dimana akan
terbayar dari adanya jika terpaksa tidak dapat
melunasi (hutang tersebut). Penggadaian bisa
jadi sah dengan Ijab dan Qabul.
B.JENIS – JENIS RAHN

Dalam prinsip Syariah, gadai dikenal


dengan istilah Rahn, yang diatur
menurut prinsip Syariah, dibedakan
atas 2 macam, yaitu:
a)Rahn ‘Iqar/ Rasmi
b)Rahn Hiyazi
Dari pengertian kedua jenis Rahn diatas dapat
disimpulkan bahwa prinsip pokok dari Rahn adalah:

1.Kepemilikan atas barang yang digadaikan tidak beralih


selama masa gadai.

2. Kepemilikan baru beralih pada saat terjadinya


wanprestasi pengambilan dana yang diterima oleh pemilik
barang.

3. Penerima gadai tidak boleh mengambil manfaat dari


barang yang digadaikan, kecuali atas seijin dari pemilik
barang.
C.DASAR HUKUM RAHN
Akad rahn diperbolehkan oleh syara’ dengan
berbagai dalil Al-Qur’an ataupun Hadits nabi
SAW. Begitu juga dalam ijma’ ulama’. Diantaranya

- Firman Allah dalam Qs.Al-baqarah; 283


- Riwayat oleh Ahmad, Bukhari, Nasai, dan Ibnu
Majah dari Anas r.a
Firman Allah dalam Qs.Al-baqarah; 283

Artinya: "Jika kamu dalam perjalanan (dan bermuamalah


secara tidak tunai) sedangkan kamu tidak memperoleh
seorang penulis, maka hendaklah ada barang tanggungan
yang dipegang (oleh piutang). Akan tetapi jika sebagian
kamu mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah
yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya)
dan hendaklah ia bertaqwa kepada Allah Tuhannya".
Diriwayatkan oleh Ahmad, Bukhari, Nasai, dan Ibnu
Majah dari Anas r.a berkata:

Artinya: " Rasullulah SAW, telah merungguhkan baju besi


beliau kepada seorang Yahudi di Madina, sewaktu beliau
menghutang syair (gandum) dari orang Yahudi itu untuk
keluarga itu untuk keluarga beliau". (HR. Ahmad, Bukhari,
Nasai, dan Ibnu Majah).
D.SYARAT DAN HUKUM RAHN

Gadai atau pinjaman dengan jaminan benda


memiliki beberapa rukun, antara lain :

1. Akad dan ijab Kabul


2. Aqid
3. Barang yang dijadikan jaminan (borg)
Syarat Rahn antara lain :

1. Rahin dan murtahin


2. Sighat
3. Marhun bih (utang)
E.MANFAAT RAHN
Manfaat yang dapat di ambil oleh bank dari prinsip
ar-rahn adalah:

1. Menjaga kemungkinan nasabah untuk lalai atau


bermain-main dengan fasilitas pembiayaan yang
diberikan.
2. Memberikan keamanan bagi segenap penabung dan
pemegang deposito bahwa dananya tidak akan hilang
begitu saja.
3. Jika rahn diterapkan dalam mekanisme pegadaian,
maka akan sangat membantu saudara kita yang kesulitan
dana terutama didaerah-daerah
F. RESIKO RAHN
Adapun resiko yang mungkin terdapat pada
rahn apabila diterapkan sebagai produk
adalah:
1. Resiko tak terbayarnya hutang
nasabah (wanprestasi)

2. Resiko penurunan nilai aset yang


ditahan atau rusak.
G. PERBEDAAN DAN PERSAMAAN RAHN
SYARIAH DAN RAHN KONVENSIONAL

a. Persamaan Gadai Konvensional dengan Gadai


Syariah

1. Hak gadai berlaku atas pinjaman uang


2. Adanya agunan (barang jaminan)
sebagai jaminan utang
3. Apabila batas waktu pinjaman uang
telah habis , barang yang di gadaikan
boleh di jual atau di lelang
b. Perbedaan gadai syariah dengan gadai konvensional
INDIKATOR Rahn ( Gadai Syariah ) Gadai Konvensional

Konsep Dasar Tolong menolong ( jasa Profit Oriented ( Bunga dari


pemeliharaan barang pinjaman pokok/ biaya sewa
jaminan) modal)

Jenis Barang Barang bergerak dan tidak Hanya barang bergerak


Jaminan bergerak

Beban Biaya pembiayaan Bunga (dari pokok pinjaman)

Lembaga Hanya bisa dilakukan oleh Bisa dilakukan perseorangan


lembaga (perum
penggadaian)

Perlakuan Dijual (kelebihan Dilelang


dikembalikan kepada yang
memiliki)
H. HUKUM RAHN DAN ISLAM
a.Dalil dari Al-Quran

“Dan Jika kamu dalam perjalanan (dan


bermu'amalah tidak secara tunai) sedang kamu
tidak memperoleh seorang penulis, maka
hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang
(oleh yang berpiutang)”
b.Dalil dari sunnah

Dari Abi Hurairah ia berkata : telah bersabda


rasulullah SAW : binatang tunggangan boleh di
tunggang lantaran memberi naqahnya apabila ia
tergadai , dan susu boleh diminum lantaran
memberi nafqahnya apabila ia tergadai , dan wajib
orang yang menunggang dan yang meminum
memberi nafqahnya . diriwayat kan oleh Bukhari.
c.Hukum-hukum gadai

Ada dua hal yang menjadi pembahasan hukum


gadai (rahn):

1.Hukum gadai yang shahih adalah akad gadai yang


syarat-syaratnya terpenuhi.

2. Hukum gadai yang ghair shahih adalah akad


gadai yang syarat-syaratnya tidak terpenuhi.
I. KETENTUAN UMUM PELAKSANAAN
RAHN DALAM ISLAM

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam


pelaksanaan ar-rahn antara lain:

1. Kedudukan Barang Gadai.


2. Pemanfaatan Barang Gadai.
3. Resiko Atas Kerusakan Barang Gadai
4. Pemeliharaan Barang Gadai
5. Kategori Barang Gadai
6. Prosedur Pelelangan Gadai
J. AKIBAT HUKUM RAHN TERHADAP MARHUN
(HARTA YANG DIGADAIKAN )

Menurut Hanafi, murtahin yang memegang


marhun menanggung risiko kerusakan marhun atau
kehilangan marhun ,bila marhun itu rusak atau
hilang, baik karena kelalaian (disia-siakan) maupun
tidak. Sedangkan menurut Syafi’iyah, murtahin
menanggung risiko kehilangan atau kerusakan bila
marhun itu rusak atau hilang karena disia-siakan
murtahin.
Apabila akad gadai telah sempurna dengan
diserahkannya barang yang digadaikan kepada
murtahin, maka timbullah hukum-hukum berikut ini
:

1. Adanya hubungan antara utang dengan


jaminan.
2. Hak untuk menahan jaminan.
3. Menjaga jaminan.
4. Pembiayaan atas jaminan.
5. Mengambil manfaat terhadap jaminan.
6. Tasarruf (tindakan hukum) terhadap rahn.
7. Tanggung jawab rahn
K. PENDAPAT IMAM MAHZAB MENGENAI
HUKUM RAHN

1. Hanafi
2. Maliki,
3. Syafi’I
4. Hambali
L. APLIKASI RAHN DALAM
PERBANKAN

Kontrak rahn dipakai dalam perbankan


dalam dua hal, yaitu:

1. Sebagai Produk Pelengkap

2. Sebagai Produk Tersendiri


M. IMPLEMENTASI DALAM LEMBAGA
KEUANGAN SYARIAH

Dalam perbankan syariah, kontrak rahn


biasa diterapkan dalam dua bentuk,
yaitu:

1.Rahn Sebagai Produk Pelengkap

2.Rahn Sebagai Produk Tersendiri


N. BERAKHIRNYA AKAD RAHN
Akad gadai berakhir karena halhal sebagai berikut:

a. Diserahkan borg kepada pemiliknya


b. Utang telah dilunasi seluruhnya
c. Penjualan secara paksa
d. Utang telah di bebaskan oleh murtahin dengan berbagai
macam cara, termasuk dengan cara hiwalah ( pemindahan
utang kepada pihak lain).
e. Menurut Malikiyah, gadai berakhir dengan meninggalnya
rahin sebelum borg diterima murtahin, atau kehilangan
ahliyatul ada, seperti gila atau sakit keras yang membawa
kematian.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai