Anda di halaman 1dari 18

Perlakuan Akuntansi untuk Akad Salam PSAK 103

PSAK 103: Akuntansi Salam PSAK 103 dikeluarkan oleh Dewan Standar Akuntansi
Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia DSAK IAI pada 27 Juni 2007. PSAK 103 menggantikan
pengaturan mengenai akuntansi salam dalam PSAK 59: Akuntansi Perbankan Syariah yang
dikeluarkan pada 1 Mei 2002. Berdasarkan surat Dewan Pengurus Nasional DPN IAI No. 0823-
B/DPN/IAI/XI/2013 maka seluruh produk akuntansi syariah yang sebelumnya dikeluarkan oleh
DSAK IAI dialihkan kewenangannya kepada Dewan Standar Akuntansi Syariah (DSAS) IAI.
Setelah pengesahan awal di tahun 2007, PSAK 103 mengalami perubahan pada 06 Januari 2016
terkait terkait definisi nilai wajar yang disesuaikan dengan PSAK 68: Pengukuran Nilai Wajar.
Perubahan ini berlaku efektif 1 Januari 2017 secara retrospektif.

Menurut PSAK 103 paragraf ke-4, Salam adalah akad jual beli barang pesanan (muslam
fiih) dengan pengiriman dikemudian hari oleh penjual (muslam illaihi) dan pelunasannya
dilakukan oleh pembeli pada saat akad disepakati sesuai dengan syarat-syarat tertentu.1

1. Akauntasi untuk pembeli

Piutang salam diakui pada saat modal usaha salam dibayarkan atau dialihkan kepada
penjual. Modal salam dalam bentuk kas (sejumlah yg dibayarkan).

Keterangan Debit Kredit


Dr. Piutang Salam XXX
Cr. Kas XXX

Jika modal salam dalam bentuk aset nonkas diukur sebesar nilai wajar. Selisih antara nilai
wajar dan nilai tercatat aset nonkas yang diserahkan diakui sebagai keuntungan atau kerugian
pada saat penyerahan modal usaha tersebut.

Pencatatan apabila nilai wajar lebih kecil dari nilai tercatat:

Keterangan Debit Kredit


1
https://www.academia.edu/46958407/_Makalah_Akuntansi_syariah_Akad_salam
Dr. Piutang Salam XXX
Dr. Kerugian XXX
Cr. Aktiva Non Kas XXX

Pencatatan apabila nilai wajar lebih besar dari nilai tercatat:

Keterangan Debit Kredit


Dr. Piutang Salam XXX
Cr. Aktiva Non Kas XXX
Cr. Keuntungan XXX

Penerimaan Barang Pesanan

Jika barang pesanan sesuai dengan akad, maka dinilai sesuai nilai yang disepakati;

Keterangan Debit Kredit


Dr. Aset Salam XXX
Cr. Piutang Salam XXX

Jika barang pesanan berbeda kualitasnya nilai wajar barang pesanan yang diterima nilainya sama
ataulebih tinggi dari nilai yang tercantum dalam akad; maka barang pesanan yang diterima
diukur dengan nilai akad.

Keterangan Debit Kredit


Dr. Aset Salam (diukur pada nilai akad XXX
Cr. Piutang Salam XXX

Nilai wajar dari barang pesanan yang diterima lebih rendah dari nilai yang tercantum dalam
akad, maka barang pesanan yang diterima diukur dengan nilai wajar pada saat diterima dan
selisihnya diakui sebagai kerugian.
Keterangan Debit Kredit
Dr. Aset Salam (diukur pada nilai wajar) XXX
Dr. Kerugian Salam XXX
Cr. Piutang Salam XXX

Jika pembeli menolak sebagian atau seluruh barang pesanan, maka:

Jika tanggal pengiriman diperpanjang, maka nilai tercatat piutang salam sebesar bagian yang
belum dipenuhi sesuai dengan nilai yang tercantum dalam akad, jurnal:

Keterangan Debit Kredit


Dr. Aset Salam (sebesar jumlah yang diterima) XXX
Cr. Piutang Salam XXX

Jika akad salam dibatalkan sebagian atau seluruhnya, maka piutang salam berubah menjadi
piutang yang harus dilunasi oleh penjual sebesar bagian yang tidak dapat dipenuhi, jurnal:

Keterangan Debit Kredit


Dr. Aset Lain-Lain – Piutang XXX
Cr. Piutang Salam xxx XXX

Jika akad salam dibatalkan sebagian atau seluruhnya dan pembeli mempunyai jaminan atas
barang pesanan serta hasil penjualan jaminan tersebut lebih kecil dari nilai piutang salam, maka
selisih antara nilai tercatat piutang salam dan hasil penjualan jaminan tersebut diakui sebagai
piutang kepada penjual.

Keterangan Debit Kredit


Dr. Kas XXX
Dr. Aset lain – Piutang pada Penjual XXX
Cr. Piutang Salam XXX
Jika hasil penjualan jaminan tersebut lebih besar dari nilai tercatat piutang salam maka selisihnya
menjadi hak penjual.

Keterangan Debit Kredit


Dr. Kas XXX
Cr. Utang Penjual XXX
Cr. Piutang Salam XXX

Denda yang diterima dan diberlakukan oleh pembeli diakui sebagai bagian dana kebajikan.

Keterangan Debit Kredit


Dr. Dana kebajikan – Kas XXX
Cr. Dana Kebajikan – pendapatan denda XXX

Denda hanya boleh dikenakan kepada penjual yang mampu menyelesaikan kewajibannya, tetapi
sengaja tidak melakukannya.Hal ini tidak berlaku bagi penjual yang tidak mampu menunaikan
kewajibannya karena force majeur.

c. Penyajian

- Pembeli menyajikan modal usaha salam yang diberikan sebagai piutang salam.

- Piutang yang harus dilunasi oleh penjual karena tidak dapat memenuhi kewajibannya dalam
transaksi salam disajikan secara terpisah dari piutang salam.

- Persediaan yang diperoleh melalui transaksi salam diukur sebesar nilai terendah biaya
perolehan atau nilai bersih yang dapat direalisasi. Apabila nilai bersih yang dapat direalisasi
lebih rendah dari biaya perolehan, maka selisihnya diakui sebagai kerugian.

Pengungkapan, pembeli dalam transaksi salam mengungkapkan:


- Besarnya modal usaha salam, baik yang dibiayai sendiri maupun yang dibiayai secara
bersama-sama dengan pihak lain;

- Jenis dan kuantitas barang pesanan; dan

- Pengungkapan lain sesuai dengan PSAK N0. 101 tentang Penyajian Laporan Keuangan
Syari’ah.

2. Akuntansi untuk penjual

- Kewajiban salam diakui pada saat penjual menerima modal usaha salam
- Pengukuran kewajiban salam sebesar jumlah yang diterima.
- Jika modal usaha salam dalam bentuk kas diukur sebesar jumlah yang diterima:

Keterangan Debit Kredit


Dr. Kas xxx XXX
Cr. Utang Salam XXX

Jika modal usaha salam dalam bentuk aset nonkas diukur sebesar nilai wajar

Keterangan Debit Kredit


Dr. Aset Non Kas (diukur pada nilai wajar) XXX
Cr. Utang Salam XXX

Kewajiban salam dihentikan pengakuannya (derecognation) pada saat penyerahan barang kepada
pembeli.

Keterangan Debit Kredit


Dr. Utang Salam XXX
Cr. Penjualan XXX
Dalam transaksi salam paralel, selisih antara jumlah yang dibayar oleh pembeli dan biaya
perolehan barang pesanan diakui keuntungan/kerugian pada saat penyerahan barang pesanan
oleh penjual.

Pencatatan ketika membeli persediaan:

Keterangan Debit Kredit


Dr. Aset Salam XXX
Cr. Kas XXX

Pencatatan penyerahan persediaan bila jumlah yang dibayar oleh pembeli lebih kecil dari biaya
perolehan barang.

Keterangan Debit Kredit


Dr. Utang Salam XXX
Dr. Kerugian Salam XXX
Cr. Aset Salam XXX

Pencatatan penyerahan persediaan bila jumlah yang dibayar oleh pembeli lebih besar dari biaya
perolehan barang .

Keterangan Debit Kredit


Dr. Utang Salam XXX
Cr. Aset Salam XXX
Cr. Keuntungan Salam XXX

Pada akhir periode pelaporan keuangan, persediaan yang diperoleh melalui transaksi
salam diukur sebesar nilai terendah biaya perolehan atau nilai bersih yang dapat direalisasi.
Apabila nilai bersih yang dapat direalisasi lebih rendah dari biaya perolehan, maka selisihnya
diakui sebagai kerugian. Penyajian, penjual menyajikan modal usaha salam yang diterima
sebagai kewajiban salam.
Pengungkapan, penjual dalam transaksi salam:

a.piutang salam kepada produsen (dalam salam paralel) yang memiliki hubungan istimewa;

b. jenis dan kuantitas barang pesanan; dan

c. pengungkapan lain sesuai dengan PSAK N0. 101 tentang Penyajian Laporan Keuangan
Syari’ah.

Perlakuan Akuntansi Untuk Akad Istishna’(PSAK 104)

Akuntansi istishna’ diatur dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan(PSAK) nomor


104 tentang istishna’. Terkait dengan pengakuan dan pengukurantransaksi, standar ini mengatur
tentang penyatuan dan segmentasi akad, pendapatan istishna’ dan istishna’ paralel, istishna’
dengan pembayaran tangguh, biaya perolehan istishna’, penyelesaian awal, pengakuan taksiran
rugi, perubahan pesanan, dan tagihan tambahan.

1. Akuntansi Untuk Penjual

Pengakuan untuk setiap asset tergantung dari akadnya. Jika proposal,negosiasi dan biaya
serta pendapatan asset dapat diidentifikasi terpisah, makaakan dianggap akad terpisah. Jika tidak,
maka akan dianggap satu akad. Jika ada pesanan tambahan dan nilainya signifikan atau
dinegosiasikan terpisah, makadianggap akad teripisah.

a.Beban pra akad diakui sebagai beban tangguhan dan diperhitungkansebagai biaya istishna’
jika akad disepakati.Jika akad tidak disepakatimaka biaya tersebut dibebankan pada
periode berjalan.

b. Biaya perolehan istishna’ terdiri atas :

- Biaya langsung yaitu: bahan baku dan tenaga kerja langsung untuk membuat barang
pesanan, atau tagihan produsen/ kontraktor padaentitas untuk istishna’ paralel.

- Biaya tidak langsung adalah biaya overhead termasuk biaya akad dan pra akad.
- Khusus untuk istishna’ paralel: seluruh biaya akibat produsen/kontraktor tidak dapat
memenuhi kewajiban jika ada.

c. Pengakuan pendapatan dapat diakui dengan dua metode:

- Metode persentase penyelesaian adalah sistem pengakuan pendapatanyang dilakukan


seiring dengan proses penyelesaian berdasarkan akadistishna’.

- Metode akad selesai adalah sistem pengakuan pendapatan yangdilakukan ketika proses
penyelesaian pekerjaan telah dilakukan.

d. Untuk metode akad selesai tidak ada pengakuan pedapatan, harga pokok dan keuntungan
sampai dengan pekerjaan telah dilakukan. Sehingga pendapatan diakui pada periode
dimana pekerjaan telah selesai dilakuka.

e. Untuk metode persentase penyelesaian, pengakuan pendapatan dilakukansejumlah bagian


nilai akad yang sebanding dengan pekerjaan yang telahdiselesaikan tersebut diakui
sebagai pendapatan istishna’ pada periodeyang bersangkutan.

- Pendapatan diakui berdasarkan persentase akad yang diselesaikan, biasanya estimasi


menggunakan dasar persentase pengeluaran biaya yangdilakukan dibandingkan
dengan total biaya, kemudian persentase tersebutdikalikan dengan nilai akad.

- Margin keuntungan juga diakui berdasarkan cara yang sama dengan pendapatan.

f. Untuk metode persentase penyelesaian, bagian margin keuntunganistishna’ yang diakui


selama periode pelaporan ditambahkan kepada assetistishna’ dalam penyelesaian.

g. Untuk metode persentase penyelesaian, pada akhir periode harga pokok istishna’ diakui
sebesar biaya istishna’ yang telah dikeluarkan sampai periode tersebut.

h. Jika besar kemungkinan terjadi bahwa total biaya perolehan istishna’ akanmelebihi
pendapatan istishna’ maka taksiran kerugian harus diakui.

i. Pada saat penagihan baik metode persentase penyelesaian atau akadselesai, Termin
istishna’ tersebut akan disajikan sebagai akun pengurandari akun asset istishna dalam
penyelesaian.
j. Pada saat penerimaan tagihan.

k. Penyajian, penjual menyajikan dalam laporan keuangan hal-hal sebagai berikut:

- Piutang istishna’ yang berasal dari transaksi istihna’ sebesar jumlahyang belum dilunasi
oleh pembeli akhir.

- Termin istishna’ yang berasal dari transaksi istihna’ sebesar jumlahtagihan termin
penjual kepada pembeli akhir.

l. Pengungkapan, penjual mengungkapkan transaksi istisnha’ dalam laporankeuangan, tetapi


tidak terbatas, pada:

- Metode akuntansi yang digunakan dalam pengukuran pendapatankontrak istishna’.

- Metode yang digunakan dalam penentuan persentase penyelesaiankontrak yang sedang


berjalan.

- Rincian piutang istishna’ berdasarkan jumlah, jangka waktu, dankualitas


piutang.d.Pengungkapan yang diperlukan sesuai Pernyataan Standar
AkuntansiKeuangan No. 101 tentang penyajian laporan keuangan syariah.

2. Akuntansi Untuk Pembeli

a. Pembeli mengakui asset istishna’ dalam penyelesaian sebesar jumlahtermin yang ditagih
oleh penjual dan sekaligus mengakui utang istishna’kepada penjual.

b. Asset istisnha’ yang diperoleh melalui transaksi istishna’ dengan pembayaran tangguh lebih
dari satu tahun diakui sebesar: biaya perolehantunai. Selisih antara harga beli yang
disepakati dalam akad istishna’tangguh dan biaya perolehan tunai diakui sebagai beban
istishna’ tangguh.Beban istishna’ tangguhan diamortisasi secara proporsional sesuai
dengan porsi pelunasan utang istishna’

c. Jika pembeli menolak menerima barang pemesanan karena tidak sesuaidengan spesifikasi
dan tidak memperoleh kembali seluruh jumlah uangyang telah dibayarkan kepada penjual,
maka jumlah yang belum diperolehkembali diakui sebagai piutang jatuh tempo kepada
penjual dan jikadiperlukan dibentuk penyisihan kerugian piutang.
d. Jika pembeli menerima barang pemesanan yang tidak sesuai denganspesifikasi, maka
barang pesanan tersebut diukur dengan nilai yang lebihrendah antara nilai wajar dan biaya
perolehan. Selisih yang terjadi diakuisebagai kerugian pada periode berjalan.

e. Penyajian, pembeli menyajikan dalam laporan keuangan hal-hal sebagai berikut:

- Utang istishna’ sebesar dari tagihan dari produsen kontraktor yang belum dilunasi.

- Asset istishna’ dalam penyelesaian sebesar:-Persentase penyelesaian dari nilai kontrak


penjualan kepada pembeliakhir, jika istishna’ paralel, atau Kapitalisasi biaya perolehan.

f. Pengungkapan, pembeli mengungkapkan transaksi istishna’ dalam laporankeuangan, tetapi


tidak terbatas, pada:

- Rincian utang istishna’ berdasarkan jumlah dan jangka waktu.

- Pengungkapan yang diperlukan sesuai Pernyataan Standar AkuntansiKeuangan (PSAK)


No. 101 tentang penyajian laporan keuangan syariah.2

Perlakuan Akuntansi Untuk Akad Ijarah

Ijarah Wa Iqtina’ : Akad sewa-menyewa suatu barang antara bank dengan nasabah
dimana nasabah diberi kesempatan untuk membeli obyek sewa pada akhir akad atau dalam dunia
usaha dikenal dengan finance lease. Harga sewa & harga beli ditetapkan bersama diawal
perjanjian. Obyek sewa yg ditransaksikan antara lain meliputi; peralatan, alat-alat transportasi,
dan alat-alat berat.

Rukun Ijarah
1. Pelaku Ijarah: Baligh, Cakap Hukum
2. Obyek akad Ijarah, yaitu: manfaataset/ma’jur dan pembayaran sewa; atau manfaat jasa dan
pembayaran upah.

2
https://www.academia.edu/47776402/MAKALAH_AKAD_ISTISHNA
3. Pernyataan/sighat ijab qabul berupa pernyataan dari kedua belah pihak yangberkontrak,
baik secara verbal atau dalam bentuk lain. kedua belah pihak harus saling rela, tidak terpaksa
dalam melakukan akad.

Ketentuan Syariah

1. Obyek akad Ijarah:Manfaat Asset/jasa:


- Dapat dinilai dan dapat dilaksanakan dalam kontrak,
- Diperbolehkan secara syari’ah (tidak diharamkan); maka Ijarah atas obyek sewa yang
melanggar Allah tidak sah.Dapat dialihkan secara syari’ah,
- Harus dikenali secara spesifik sedemikian rupa untuk menghilangkan ketidaktahuan yang
dapat menimbulkansengketa, misalnya kondisi fisik mobil yang disewa.

- Untuk mengetahui kejelasan manfaat

- Ada suatu asset dapat dilakukan identifikasi fisik.


- Jangka waktu penggunaan manfaat ditentukan dengan jelas,

2. Sewa dan Upah


- Harus jelas besarannya dan diketahui oleh para pihak yang berakad.
- Boleh dibayarkan dalam bentuk jasa (manfaat lain) dari jenis yang serupa dengan obyek
akad.
- Bersifat fleksibel, dalam arti dapat berbeda untuk ukuran waktu, tempat dan jarak dan
lainnya yang berbeda. Begitu disepakati maka harga sewa akan mengikat selama masa
akad

3. Perlakuan Akuntansi Ijarah

Akuntansi Pemilik (Mu’jir)

1. Jurnal untuk mencatat perolehan aset ijarah:

Keterangan Debit Kredit

Dr. Asset ijarah xxx


Cr. Kas/utang xxx

2. Jurnal untuk pencatatan penyusutan:

Keterangan Debit Kredit

Dr. Biaya penyusutan xxx

Cr. Akumulasi penyusutan xxx

3. Jurnal untuk pencatatan pendapatan sewa:

Keterangan Debit Kredit

Dr. Kas xxx

Cr. Pendapatan sewa xxx

4. Biaya perbaikan obyek ijarah adalah tanggungan pemilik, tetapi pengeluarannya dapat
dilakukan oleh pemilik secara langsung atau dilakukan oleh penyewa atas persetujuan
pemilik.

a. Jika perbaikan rutin yang dilakukan oleh penyewa dengan persetujuan pemilik maka diakui
sebagai beban pemilik.

Keterangan Debit Kredit

Dr. Biaya perbaikan xxx

Cr. Utang xxx


b. Jika perbaikan tidak rutin atas obyek ijarah yang dilakukan oleh penyewa diakui pada saat
terjadinya, maka akan dicatat penyewa.

c. Dalam ijarah muntahiya bittamlik melalui penjualan secara bertahap, biaya perbaikan
obyek ijarah yang dimaksud dalam huruf (a) dan (b) ditanggung pemilik maupun penyewa
sebanding dengan bagian kepemilikan masing-masing atas obyek ijarah.

Keterangan Debit Kredit

Dr. Biaya perbaikan xxx

Cr. Kas/utang/perlengkapan xxx

Perpindahan kepemilikan obyek ijarah dalam ijarah mutahiyah bittamlik dengan cara:

a. Hibah, maka jumlah tercatat obyek ijarah diakui sebagai beban:

Keterangan Debit Kredit

Dr. Beban ijarah xxx

Dr. Akumulasi penyusutan xxx

Cr. Aset ijarah xxx

b. Penjualan sebelum berakhirnya masa, sebesar sisa cicilan sewa atau jumlah yang
disepakati, maka selisih antara harga jual dan jumlah tercatat obyek ijarah diakui sebagai
keuntungan atau kerugian:

Keterangan Debit Kredit

Dr. Kas xxx


Dr. Akumulasi penyusutan xxx

Dr. Kerugian xxx

Cr. Keuntungan xxx

Cr. Asset ijarah xxx

jika nilai buku lebih besar dari harga jual

jika nilai buku lebih kecil dari harga jual

c. Penjualan setelah selesai masa akad, maka selisih antara harga jual dan jumlah tercatat
obyek ijarah diakui sebagai keuntungan atau kerugian:

Keterangan Debit Kredit

Dr. Kas xxx

Dr. Kerugian xxx

Dr. Akumulasi penyusutan xxx

Cr. Keuntungan xxx

Cr. Asset ijarah xxx

jika nilai buku lebih besar dari harga jual

jika nilai buku lebih kecil dari harga jual

d. Penjualan obyek ijarah secara bertahap, maka:

1. Selisih antara harga jual dan jumlah tercatat sebagian obyek ijarah yang telah dijual
diakui sebagai keuntungan atau kerugian:

Keterangan Debit Kredit

Dr. Kas xxx


Dr. Kerugian* xxx

Dr. Akumulasi penyusutan xxx

Cr. Keuntungan** xxx

Cr. Aset ijarah xxx

2. Bagian obyek ijarah yang tidak dibeli penyewa diakui sebagai asset tidak lancar atau
asset lancar sesuai dengan tujuan penggunaan asset tersebut.

Keterangan Debit Kredit

Dr. Asset lancar/tidak lancar xxx

Dr. Akumulasi penyusutan xxx

Cr. Asset ijarah xxx

Penyajian, pendapatan ijarah disajikan secara neto setelah dikurangi beban-beban yang
terkait, misalnya beban penyusutan, beban pemeliharaan dan perbaikan, dan sebagainya.

Pengungkapan, pemilik mengungkapkan dalam laporan keuangan terkait transaksi ijarah


dan ijarah muntahiyah bittamlik, tetapi tidak terbatas pada:

a. Penjelasan umum isi akad yang signifikan yang meliputi tetapi tidak terbatas pada:

- Keberadaan wa’ad/pengalihan kepemilikan dan mekanisme yang digunakan (jika


ada)

- Pembatasan-pembatasan, misalnya ijarah lanjut

b. Agunan yang digunakan (jika ada)

- Nilai perolehan dan akumulasi penyusutan setiap kelompok asset ijarah.


- Keberadaan transaksi jual dan ijarah (jika ada)

Akuntansi Penyewa (Musta’jir)

1. Beban sewa: diakui selama masa akad pada saat manfaat atas asset telah diterima.

Keterangan Debit Kredit

Dr. Beban sewa xxx

Cr. Kas/utang xxx

Untuk pengakuan sewa diukur sebesar jumlah yang harus dibayar atas manfaat yang telah
diterima.

2. Biaya pemeliharaan obyek ijarah yang disepakati dalam akad menjadi tanggungan penyewa
diakui sebagai beban pada saat terjadinya.

3. Jika perbaikan tidak rutin atas obyek ijarah yang dilakukan oleh penyewa diakui pada saat
terjadinya. Jurnal:

Keterangan Debit Kredit

Dr. Beban pemeliharaan ijarah xxx

Cr. Kas/utang/perlengkapan xxx

4. Dalam ijarah muntahiyah bittamlik melalui penjualan obyek ijarah secara bertahap, biaya
pemeliharaan obyek ijarah yang menjadi beban penyewa akan meningkat sejalan dengan
peningkatan kepemilikan obyek ijarah.

Keterangan Debit Kredit

Dr. Beban pemeliharaan ijarah xxx


Cr. Kas/utang/perlengkapan xxx

5. Jurnal atas biaya pemeliharaan yang menjadi tanggungan pemberi sewa tapi dibayarkan
terlebih dahulu oleh penyewa.

Keterangan Debit Kredit

Dr. Piutang xxx

Cr. Kas/utang/perlengkapan xxx

6. Pemindahan kepemilikan: dalam ijarah muntahiyah bittamlik dengan cara:

a. Hibah, maka penyewa mengakui asset dan keuntungan sebesar nilai wajar obyek ijarah yang
diterima:

Keterangan Debit Kredit

Dr. Asset non kas (eks ijarah) xxx

Cr. keuntungan xxx

b. Pembelian sebelum masa akad berakhir, maka penyewa mengakui asset sebesar pembayaran
sisa cicilan sewa atau jumlah yang disepakati:

Keterangan Debit Kredit

Dr. Asset non kas (eks ijarah) xxx

Cr. kas xxx

c. Pembelian setelah masa akad berakhir, maka penyewa mengakui asset sebesar pembayaran
yang disepakati:

Keterangan Debit Kredit


Dr. Asset non kas (eks ijarah) Xxx

Cr. kas xxx

*pembelian obyek ijarah secara bertahap, maka penyewa mengakui asset sebesar biaya perolehan
obyek ijarah yang diterima.

Keterangan Debit Kredit

Dr. Asset non kas (eks ijarah) Xxx

Cr. kas/utang xxx

d. Pengungkapan, penyewa mengungkapkan dalam laporan keuangan terkait transaksi ijarah dan
ijarah muntahiyah bittamlik, tetapi tidak terbatas, pada:

1. Penjelasan umum isi akad yang signifikan yang meliputi tetapi tidak terbatas pada:

a. Total pembayaran

b. Keberadaan wa’ad pemilik untuk pengalihan kepemilikan dan mekanisme yang digunakan
(jika ada)

c. Pembatasan-pembatasan, misalnya ijarah lanjut

d. Agunan yang digunakan (jika ada) dan

2. Keberadaan transaksi jual dan ijarah dan keuntungan atau kerugian yang diakui (jika ada
transaksi jual dan ijarah).

Anda mungkin juga menyukai