PSAK 103: Akuntansi Salam PSAK 103 dikeluarkan oleh Dewan Standar Akuntansi
Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia DSAK IAI pada 27 Juni 2007. PSAK 103 menggantikan
pengaturan mengenai akuntansi salam dalam PSAK 59: Akuntansi Perbankan Syariah yang
dikeluarkan pada 1 Mei 2002. Berdasarkan surat Dewan Pengurus Nasional DPN IAI No. 0823-
B/DPN/IAI/XI/2013 maka seluruh produk akuntansi syariah yang sebelumnya dikeluarkan oleh
DSAK IAI dialihkan kewenangannya kepada Dewan Standar Akuntansi Syariah (DSAS) IAI.
Setelah pengesahan awal di tahun 2007, PSAK 103 mengalami perubahan pada 06 Januari 2016
terkait terkait definisi nilai wajar yang disesuaikan dengan PSAK 68: Pengukuran Nilai Wajar.
Perubahan ini berlaku efektif 1 Januari 2017 secara retrospektif.
Menurut PSAK 103 paragraf ke-4, Salam adalah akad jual beli barang pesanan (muslam
fiih) dengan pengiriman dikemudian hari oleh penjual (muslam illaihi) dan pelunasannya
dilakukan oleh pembeli pada saat akad disepakati sesuai dengan syarat-syarat tertentu.1
Piutang salam diakui pada saat modal usaha salam dibayarkan atau dialihkan kepada
penjual. Modal salam dalam bentuk kas (sejumlah yg dibayarkan).
Jika modal salam dalam bentuk aset nonkas diukur sebesar nilai wajar. Selisih antara nilai
wajar dan nilai tercatat aset nonkas yang diserahkan diakui sebagai keuntungan atau kerugian
pada saat penyerahan modal usaha tersebut.
Jika barang pesanan sesuai dengan akad, maka dinilai sesuai nilai yang disepakati;
Jika barang pesanan berbeda kualitasnya nilai wajar barang pesanan yang diterima nilainya sama
ataulebih tinggi dari nilai yang tercantum dalam akad; maka barang pesanan yang diterima
diukur dengan nilai akad.
Nilai wajar dari barang pesanan yang diterima lebih rendah dari nilai yang tercantum dalam
akad, maka barang pesanan yang diterima diukur dengan nilai wajar pada saat diterima dan
selisihnya diakui sebagai kerugian.
Keterangan Debit Kredit
Dr. Aset Salam (diukur pada nilai wajar) XXX
Dr. Kerugian Salam XXX
Cr. Piutang Salam XXX
Jika tanggal pengiriman diperpanjang, maka nilai tercatat piutang salam sebesar bagian yang
belum dipenuhi sesuai dengan nilai yang tercantum dalam akad, jurnal:
Jika akad salam dibatalkan sebagian atau seluruhnya, maka piutang salam berubah menjadi
piutang yang harus dilunasi oleh penjual sebesar bagian yang tidak dapat dipenuhi, jurnal:
Jika akad salam dibatalkan sebagian atau seluruhnya dan pembeli mempunyai jaminan atas
barang pesanan serta hasil penjualan jaminan tersebut lebih kecil dari nilai piutang salam, maka
selisih antara nilai tercatat piutang salam dan hasil penjualan jaminan tersebut diakui sebagai
piutang kepada penjual.
Denda yang diterima dan diberlakukan oleh pembeli diakui sebagai bagian dana kebajikan.
Denda hanya boleh dikenakan kepada penjual yang mampu menyelesaikan kewajibannya, tetapi
sengaja tidak melakukannya.Hal ini tidak berlaku bagi penjual yang tidak mampu menunaikan
kewajibannya karena force majeur.
c. Penyajian
- Pembeli menyajikan modal usaha salam yang diberikan sebagai piutang salam.
- Piutang yang harus dilunasi oleh penjual karena tidak dapat memenuhi kewajibannya dalam
transaksi salam disajikan secara terpisah dari piutang salam.
- Persediaan yang diperoleh melalui transaksi salam diukur sebesar nilai terendah biaya
perolehan atau nilai bersih yang dapat direalisasi. Apabila nilai bersih yang dapat direalisasi
lebih rendah dari biaya perolehan, maka selisihnya diakui sebagai kerugian.
- Pengungkapan lain sesuai dengan PSAK N0. 101 tentang Penyajian Laporan Keuangan
Syari’ah.
- Kewajiban salam diakui pada saat penjual menerima modal usaha salam
- Pengukuran kewajiban salam sebesar jumlah yang diterima.
- Jika modal usaha salam dalam bentuk kas diukur sebesar jumlah yang diterima:
Jika modal usaha salam dalam bentuk aset nonkas diukur sebesar nilai wajar
Kewajiban salam dihentikan pengakuannya (derecognation) pada saat penyerahan barang kepada
pembeli.
Pencatatan penyerahan persediaan bila jumlah yang dibayar oleh pembeli lebih kecil dari biaya
perolehan barang.
Pencatatan penyerahan persediaan bila jumlah yang dibayar oleh pembeli lebih besar dari biaya
perolehan barang .
Pada akhir periode pelaporan keuangan, persediaan yang diperoleh melalui transaksi
salam diukur sebesar nilai terendah biaya perolehan atau nilai bersih yang dapat direalisasi.
Apabila nilai bersih yang dapat direalisasi lebih rendah dari biaya perolehan, maka selisihnya
diakui sebagai kerugian. Penyajian, penjual menyajikan modal usaha salam yang diterima
sebagai kewajiban salam.
Pengungkapan, penjual dalam transaksi salam:
a.piutang salam kepada produsen (dalam salam paralel) yang memiliki hubungan istimewa;
c. pengungkapan lain sesuai dengan PSAK N0. 101 tentang Penyajian Laporan Keuangan
Syari’ah.
Pengakuan untuk setiap asset tergantung dari akadnya. Jika proposal,negosiasi dan biaya
serta pendapatan asset dapat diidentifikasi terpisah, makaakan dianggap akad terpisah. Jika tidak,
maka akan dianggap satu akad. Jika ada pesanan tambahan dan nilainya signifikan atau
dinegosiasikan terpisah, makadianggap akad teripisah.
a.Beban pra akad diakui sebagai beban tangguhan dan diperhitungkansebagai biaya istishna’
jika akad disepakati.Jika akad tidak disepakatimaka biaya tersebut dibebankan pada
periode berjalan.
- Biaya langsung yaitu: bahan baku dan tenaga kerja langsung untuk membuat barang
pesanan, atau tagihan produsen/ kontraktor padaentitas untuk istishna’ paralel.
- Biaya tidak langsung adalah biaya overhead termasuk biaya akad dan pra akad.
- Khusus untuk istishna’ paralel: seluruh biaya akibat produsen/kontraktor tidak dapat
memenuhi kewajiban jika ada.
- Metode akad selesai adalah sistem pengakuan pendapatan yangdilakukan ketika proses
penyelesaian pekerjaan telah dilakukan.
d. Untuk metode akad selesai tidak ada pengakuan pedapatan, harga pokok dan keuntungan
sampai dengan pekerjaan telah dilakukan. Sehingga pendapatan diakui pada periode
dimana pekerjaan telah selesai dilakuka.
- Margin keuntungan juga diakui berdasarkan cara yang sama dengan pendapatan.
g. Untuk metode persentase penyelesaian, pada akhir periode harga pokok istishna’ diakui
sebesar biaya istishna’ yang telah dikeluarkan sampai periode tersebut.
h. Jika besar kemungkinan terjadi bahwa total biaya perolehan istishna’ akanmelebihi
pendapatan istishna’ maka taksiran kerugian harus diakui.
i. Pada saat penagihan baik metode persentase penyelesaian atau akadselesai, Termin
istishna’ tersebut akan disajikan sebagai akun pengurandari akun asset istishna dalam
penyelesaian.
j. Pada saat penerimaan tagihan.
- Piutang istishna’ yang berasal dari transaksi istihna’ sebesar jumlahyang belum dilunasi
oleh pembeli akhir.
- Termin istishna’ yang berasal dari transaksi istihna’ sebesar jumlahtagihan termin
penjual kepada pembeli akhir.
a. Pembeli mengakui asset istishna’ dalam penyelesaian sebesar jumlahtermin yang ditagih
oleh penjual dan sekaligus mengakui utang istishna’kepada penjual.
b. Asset istisnha’ yang diperoleh melalui transaksi istishna’ dengan pembayaran tangguh lebih
dari satu tahun diakui sebesar: biaya perolehantunai. Selisih antara harga beli yang
disepakati dalam akad istishna’tangguh dan biaya perolehan tunai diakui sebagai beban
istishna’ tangguh.Beban istishna’ tangguhan diamortisasi secara proporsional sesuai
dengan porsi pelunasan utang istishna’
c. Jika pembeli menolak menerima barang pemesanan karena tidak sesuaidengan spesifikasi
dan tidak memperoleh kembali seluruh jumlah uangyang telah dibayarkan kepada penjual,
maka jumlah yang belum diperolehkembali diakui sebagai piutang jatuh tempo kepada
penjual dan jikadiperlukan dibentuk penyisihan kerugian piutang.
d. Jika pembeli menerima barang pemesanan yang tidak sesuai denganspesifikasi, maka
barang pesanan tersebut diukur dengan nilai yang lebihrendah antara nilai wajar dan biaya
perolehan. Selisih yang terjadi diakuisebagai kerugian pada periode berjalan.
- Utang istishna’ sebesar dari tagihan dari produsen kontraktor yang belum dilunasi.
Ijarah Wa Iqtina’ : Akad sewa-menyewa suatu barang antara bank dengan nasabah
dimana nasabah diberi kesempatan untuk membeli obyek sewa pada akhir akad atau dalam dunia
usaha dikenal dengan finance lease. Harga sewa & harga beli ditetapkan bersama diawal
perjanjian. Obyek sewa yg ditransaksikan antara lain meliputi; peralatan, alat-alat transportasi,
dan alat-alat berat.
Rukun Ijarah
1. Pelaku Ijarah: Baligh, Cakap Hukum
2. Obyek akad Ijarah, yaitu: manfaataset/ma’jur dan pembayaran sewa; atau manfaat jasa dan
pembayaran upah.
2
https://www.academia.edu/47776402/MAKALAH_AKAD_ISTISHNA
3. Pernyataan/sighat ijab qabul berupa pernyataan dari kedua belah pihak yangberkontrak,
baik secara verbal atau dalam bentuk lain. kedua belah pihak harus saling rela, tidak terpaksa
dalam melakukan akad.
Ketentuan Syariah
4. Biaya perbaikan obyek ijarah adalah tanggungan pemilik, tetapi pengeluarannya dapat
dilakukan oleh pemilik secara langsung atau dilakukan oleh penyewa atas persetujuan
pemilik.
a. Jika perbaikan rutin yang dilakukan oleh penyewa dengan persetujuan pemilik maka diakui
sebagai beban pemilik.
c. Dalam ijarah muntahiya bittamlik melalui penjualan secara bertahap, biaya perbaikan
obyek ijarah yang dimaksud dalam huruf (a) dan (b) ditanggung pemilik maupun penyewa
sebanding dengan bagian kepemilikan masing-masing atas obyek ijarah.
Perpindahan kepemilikan obyek ijarah dalam ijarah mutahiyah bittamlik dengan cara:
b. Penjualan sebelum berakhirnya masa, sebesar sisa cicilan sewa atau jumlah yang
disepakati, maka selisih antara harga jual dan jumlah tercatat obyek ijarah diakui sebagai
keuntungan atau kerugian:
c. Penjualan setelah selesai masa akad, maka selisih antara harga jual dan jumlah tercatat
obyek ijarah diakui sebagai keuntungan atau kerugian:
1. Selisih antara harga jual dan jumlah tercatat sebagian obyek ijarah yang telah dijual
diakui sebagai keuntungan atau kerugian:
2. Bagian obyek ijarah yang tidak dibeli penyewa diakui sebagai asset tidak lancar atau
asset lancar sesuai dengan tujuan penggunaan asset tersebut.
Penyajian, pendapatan ijarah disajikan secara neto setelah dikurangi beban-beban yang
terkait, misalnya beban penyusutan, beban pemeliharaan dan perbaikan, dan sebagainya.
a. Penjelasan umum isi akad yang signifikan yang meliputi tetapi tidak terbatas pada:
1. Beban sewa: diakui selama masa akad pada saat manfaat atas asset telah diterima.
Untuk pengakuan sewa diukur sebesar jumlah yang harus dibayar atas manfaat yang telah
diterima.
2. Biaya pemeliharaan obyek ijarah yang disepakati dalam akad menjadi tanggungan penyewa
diakui sebagai beban pada saat terjadinya.
3. Jika perbaikan tidak rutin atas obyek ijarah yang dilakukan oleh penyewa diakui pada saat
terjadinya. Jurnal:
4. Dalam ijarah muntahiyah bittamlik melalui penjualan obyek ijarah secara bertahap, biaya
pemeliharaan obyek ijarah yang menjadi beban penyewa akan meningkat sejalan dengan
peningkatan kepemilikan obyek ijarah.
5. Jurnal atas biaya pemeliharaan yang menjadi tanggungan pemberi sewa tapi dibayarkan
terlebih dahulu oleh penyewa.
a. Hibah, maka penyewa mengakui asset dan keuntungan sebesar nilai wajar obyek ijarah yang
diterima:
b. Pembelian sebelum masa akad berakhir, maka penyewa mengakui asset sebesar pembayaran
sisa cicilan sewa atau jumlah yang disepakati:
c. Pembelian setelah masa akad berakhir, maka penyewa mengakui asset sebesar pembayaran
yang disepakati:
*pembelian obyek ijarah secara bertahap, maka penyewa mengakui asset sebesar biaya perolehan
obyek ijarah yang diterima.
d. Pengungkapan, penyewa mengungkapkan dalam laporan keuangan terkait transaksi ijarah dan
ijarah muntahiyah bittamlik, tetapi tidak terbatas, pada:
1. Penjelasan umum isi akad yang signifikan yang meliputi tetapi tidak terbatas pada:
a. Total pembayaran
b. Keberadaan wa’ad pemilik untuk pengalihan kepemilikan dan mekanisme yang digunakan
(jika ada)
2. Keberadaan transaksi jual dan ijarah dan keuntungan atau kerugian yang diakui (jika ada
transaksi jual dan ijarah).