KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Konseptual
1. Hakikat Gadai
a. Pengertian Gadai
tambahan dari jaminan pokok yang lain. Hal demikian terjadi karena
1
Purwahid Patrik dan Kashadi, Hukum Jaminan, (Fakultas Hukum Undip, Semarang,
2003), h. 15
9
10
persetujuan dan hak itu hilang jika gadai itu lepas dari kekuasaan
jaminan gadai itu, jika yang berhutang tak mau membayar hutangnya.
Jika hasil penjualan barang jaminan gadai itu lebih besar daripada
kepada penggadai.3
1150, gadai merupakan suatu hak yang diperoleh kreditur atas suatu
2
Enang hidayat, Kaidah Fikih Muamalah, (Bandung: PT REMAJA
ROSDAKARYA),h.262
3
Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2004), h. 254.
11
4
Rachmadi Usman, Hukum Jaminan Keperdataan. (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), h.105
12
utang debitur.5
rāhn dan dapat juga dinamai al-habsu. Secara etimologis (bahasa), arti
secara hak dan dapat diambil kembali sejumlah harta yang diserahkan
sesudah ditebus.7
5
Salim, Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia, (Jakarta:Raja Grafindo Persada,
2004), h.34
6
Abdul Ghofur Anshori, Gadai Syariah di Indonesia (Yogyakarta: Gajhah Mada
University Press, 2011) h. 88.
7
Zainuddin Ali, Hukum Gadai Syariah (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), h. 1
8
Zainuddin Ali, Hukum Gadai Syariah (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), h. 3
9
Adrian Sutedi, Hukum Gadai Syariah, (Penerbit Alfabeta, Bandung : 2011), h.20
13
pengertian gadai (rahn) yang diberikan oleh para ahli hukum Islam
sebagai berikut:
1) Al-Quran
ayat 283:
10
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori Praktik, (Bulan Gema insani
14
2) Hadits
ِw هww ْيwَ لw َعwُ هَّللاwىwَّ لw صwَ wي َّ ِwبwَّنwلw اw َأ َّنw اwَ هw ْنw َعwُ هَّللاwي َ wض ِ w َرwَ ةw شwَ ِئw اw َعwنwْ wَع
w اw ًعwرwْ w ِدwُ هwwَw نwَ هw َرw َوw ٍلwجwَ َأw ىwَ ِإ لwي ٍّ w ِدwوwُ هwَ يwنwْ w ِمw اw ًمw اw َعwَ طw ىw َرwَ تw ْشw اw َمwَّ لw َسwَو
)wىwرwاwخwبwلw اwهwاwوw (رw ٍدw يw ِدw َحwنwْ wِم
Artinya: “Dari 'Aisyah radliallahu 'anha bahwa Nabi shallallahu
'alaihi wasallam pernah membeli makanan dari orang
Yahudi yang akan dibayar Beliau pada waktu tertentu
di kemudian hari dan Beliau menjaminkannya (gadai)
dengan baju besi ( HR. Imam al-Bukhori No: 1926 ).
ِهwwwwwْلَّى هَّللا ُ َعلَيwwwwwص َ َأبِي هُ َري عن
َ ِ و ِل هَّللاwwwww َر ُس ا َلwwwwwَق َرةwwwwwْ
ُ َربw َّدرِّ ي ُْشw َولَبَ ُن ال,اwwً يُرْ َكبُ بِنَفَقَتِ ِه ِإ َذا َكانَ َمرْ هُونw ُرw ْهwَّظwلwا َو َسلَّ َم
15
ةُ (رواهw َ َربُ النَّفَقw رْ َكبُ َويَ ْشwwَ َو َعلَى الَّ ِذي ي,اwwًبِنَفَقَتِ ِه ِإ َذا َكانَ َمرْ هُون
)مسلم
Artinya: “Tunggangan (kendaraan) yang digadaikan boleh
dinaiki dengan menanggung biayanya dan binatang
ternak yang digadaikan dapat diperah susunya dengan
menanggung biayanya. Bagi yang menggunakan
kendaraan dan memerah susu wajib menyediakan
biaya perawatan dan pemeliharaan”. (Shahih
Muslim) 11
لَّ َمw صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسَ ض َي هَّللا ُ َع ْنهُ َأنَّهُ َم َشى ِإلَى النَّبِ ِّي ِ ن َعنَسْ َر ْ ع َ
لَّ َمw ِه َو َسwلَّى هَّللا ُ َعلَ ْيw ص
َ ْد َرهَنَ النَّبِ ُّيw َنِ َخ ٍة َولَقw ير َوِإهَالَ ٍة َس
ٍ بِ ُخب ِْز َش ِع
ُ ِم ْعتُهw ْد َسwَِدرْ عًا لَهُ بِ ْال َم ِدينَ ِة ِع ْن َد يَهُو ِديٍّ َوَأ َخ َذ ِم ْنهُ َش ِعيرًا َأِل ْهلِ ِه َولَق
ٍّر َواَلwُع بُ اw ص َ لَّ َمw ِه َو َسwلَّى هَّللا ُ َعلَ ْيwص ِ يَقُو ُل َما َأ ْم َسى ِع ْن َد
َ آل ُم َح َّم ٍد
)ع َحبٍّ َوِإ َّن ِع ْن َدهُ لَتِ ْس َع نِس َْو ٍة (رواه البخارى ُ صا َ
Artinya: “Dari Anas ra, bahwa dia pernah di sore hari bersama
Nabi saw dengan hidangan roti terbuat dari gandum
dan sayur yang sudah basi. Sungguh Nabi saw telah
menggadaikan baju besi beliau kepada seorang Yahudi
untuk mendapatkan makanan di Madinah lalu dengan
itu beliau mendapatkan gandum untuk keluarga beliau.
Dan sungguh aku mendengar beliau bersabda:
“Tidaklah ada satu malampun yang berlalu pada
keluarga Muhammad dimana ada satu sha’ dari
gandum atau satu sha’ biji-bijian”. Padahal beliau
memililki sembilan isteri”. (HR. Bukhari).
3) Ijmak Ulama
hadits di atas.12
gadai yang harus dipenuhi. Secara bahasa rukun adalah yang harus
dilakukan.
1) Rukun Gadai
(al-Dain), karena tidak akan terjadi gadai dan tidak akan mungkin
12
M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam (Fiqih Muamalat) (Jakarta:
PT.Raja Grafindo Persada, 2004), Edisi 1 cet ke-2, h.255
17
tersebut adalah :
dipinjamkan
gadai)
13
HM.Dumairi Nor, dkk, Ekonomi Syariah Versi Salaf, (Jawa Timur, Sidogiri, 2008) h.
111
14
M. Abdul Majdid dkk.,Kamus Istilah Fikih, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1994), h. 290
18
b) Akad Gadai
gadai.
gadai (murtahin).
Malibary:
15
Al-Faqih Abul Walid, Muhammad ibn Ahmad dan Muhammad ibn Rusyd, Bidayatul al-Mujtahid
al-Muqasid, (Beirut: Dar al-Jiih, 1990), h. 204
16
Zainuddin Ali, Hukum Gadai Syari’ah, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), h. 20-21.
19
2) Syarat Gadai
rahn meliputi:
Chairuman Hasibu, Suhrawardi, Hukum Perjanjian Dalam Islam, Jakarta, 2009, hlm. 143.
18
20
b) Syarat Marhun Bih (utang) syarat dalam hal ini adalah wajib
dilunasi dengan agunan tersebut, dan utang itu harus jelas dan
tertentu.
syaratnya batal.19
a) Syarat Aqid, baik rahin dan murtahin adalah harus ahli tabarru’
yaitu orang yang berakal, tidak boleh anak kecil, gila, bodoh
dan orang yang terpaksa. Seperti tidak boleh seorang wali.
b) Marhun Bih (utang)
Dada Muttaqien, Aspek Legal Lembaga Keuangan Syariah, (Yogyakarta: Safira Insani Press,
19
dengan sesuatu yang lain, karena apa yang diserahkan oleh pihak
20
Amin Ma’ruf, Mengatasi Masalah Dengan Pegadaian Syariah, (Jakarta:
Renaisan,2005) h.25.
21
Chuzaimah T. Yanggo, Hafiz Anshori, Problamatika Islam Kontemporer, (Jakarta,
Pustaka Firdaus), 2004, hlm. 79
22
kerjakan”.23
22
Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa-Adilatuhu, Beirut, Damaskus, 1997, hlm. 107.
23
Departemen Agama, RI, Al-qur‟an dan Terjemahnya, Op. Cit., hlm. 49.
23
apabila agunan telah dikuasai oleh murtahin maka akad râhn itu
24
Andrian Sutedi, Hukum Gadai Sariah, Op. Cit., hlm. 28
24
mengikat kedua belah pihak. Karena itu status hukum barang gadai
gadaikan barang ini dengan uang pinjaman dari anda sebesar 10 juta
e. Berakhirnya Gadai
marhun akan lebih kecil dari pada utang rahin yang harus dibayar,
25
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syari’ah: Wacana Ulama dan Cendekiawan,
(Jakarta: Bank Indonesia dan Tazkia Institute, 2001), h. 21
25
pembelinya boleh murtahin sendiri atau yang lain, tetapi dengan harga
yang umum berlaku pada waktu itu dari penjualan marhun tersebut.
pembayaran kekuranganya.
membayar utangnya.
macam:27
26
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persado), h.108.
27
Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, (Beirut: Dar Kitab al-Arabi,1971), Jilid III Juz III, h. 132
26
4) Adanya utang
diantranya:
baligh, sehingga apabila dilakukan oleh anak kecil maka tidak sah
kekuasaan râhin, barang itu utuh tidak terbagi bagi, bukan barang
bahwa segala sesuatu yang yang dapat diterima atau dijual, dapat
digadaikan.28
28
Abi Abdillah Muhammad bin Idris As- Syafi’i, Al- Umm, Jilit III, (Bairut : Dar al Kutub,
tth), h.169
27
sifatnya oleh kedua belah pihak, dan marhun harus dalam bentuk
Sedangkan dalam
penelitian saya praktik
gadai di kp pacet
babakan tidak sah
Masyarakat karena barang yang di
Kecamatan Tapos gadaikan masih dalam
Kota Depok”. keadaan kredit yang
mana masih belum
sepenuhnya milik
orang yang
menggadaikan
2. Gadai Menurut
Ulama Syafi’iyah
2. Ruang Lingkup Ulama Syafi’iyah
Fikih Muamalah Mendefinisikan Rahn
Ruang lingkup fikih 2. Kaidah Fikih adalah menjadikan
muamalah mencakup Muamalah
suatu barang yang
adab dan akhlak serta Kaidah fikih muamalah
biasa dijual sebagai
kebendaan yang halal merupakan kumpulan
hukum universal yang jaminan utang dipenuhi
atau haramnya
dibuat oleh para ulama dari harganya, bila
yang berguna untuk yang berutang tidak
3. Prinsip Dasar memudahkan kita ketika sanggup membayar
Fikih Muamalah menyelesaikan utangnya.
Mendatangkan
permasalahan hukum 3. Dasar Hukum Gadai
kemaslahatan dan
muamalah (jual beli, - Al-Qur’an
menghindari
kemudharatan bagi waris, hibah, wakaf, dll.) - Hadis
manusia dalam kehidupan sehari- - Ijmak
hari. - Qiyas