HASIL PENELITIAN
sangat umum diketahui oleh banyak orang. Maka bila di sambung akan
Cipendawa adalah pecahan dari desa cikanyere dan desa cipanas dan
2. 1987-1994 A. Koko
47
48
6. 2009-2014 Oman
sampai dengan 2.563 meter di atas permukaan laut yang dibagi menjadi 2
produksi padi maupun hortikultura. Sebagian besar dari luas yang ada
Tabel 2
Mata Pencaharian Penduduk
pinjaman kepada orang lain yang lebih mampu dari mereka. Hal ini
1
Wawancara dengan Anwar, Pemberi gadai, Cianjur, 12 Oktober 2022
50
Cipendawa. Yang menjadi Murtahin di desa ini adalah mereka yang secara
mereka tidak ada jalan lain selain meminjam kepada Murtahin, karena hal ini
yang lebih mudah dilakukan. Apalagi barang yang akan di gadaikannya masih
dalam status angsuran atau kreditan, sehingga barang tersebut tidak bisa
pengamatan saya praktik gadai ini dilakukan antar sesama teman, saudara,
atau juga antar tetangga. Mereka dalam pembelian motor ini dilakukan
dengan cara kredit dari pihak toko (dealer) akan tetapi karena ada sesuatu
masalah yang mungkin untuk kebutuhan rumah tangga, atau butuh uang
mengatakan bahwa:
mengatakan bahwa :
barang dan uang yang digadaikan. Untuk batas waktu, terkadang kami
8
Wawancara dengan Bambang, Pemberi gadai, Cianjur, 15 Oktober 2022
9
Wawancara dengan Anwar Murtadho, Pemberi Gadai, Cianjur, 15 Oktober 2022
10
Wawancara dengan Eman Sulaeman, Pemberi Gadai, Cianjur, 20 Oktober 2022
54
mengatakan bahwa:
mengatakan bahwa
mengatakan bahwa:
barang gadai kembali kepadanya, maka akadnya fasid (rusak) atas orang
11
Wawancara dengan Maman, Penerima gadai, Cianjur, 21 Oktober 2022
12
Wawancara dengan Bambang, Pemberi gadai, Cianjur, 21 Oktober 2022
13
Wawancara dengan Anwar, Pemberi Gadai, Cianjur, 23 Oktober 2022
14
Wawancara dengan Sulaeman, Penerima Gadai, Cianjur, 12 Oktober 2022
55
digadaikan (motor) akan tetapi tidak ada kejelasan siapa yang akan
Kebutuhan terhadap dana dapat terjadi kapan saja dan oleh siapa
atau utang piutang adalah persoalan yang tidak bisa dilepaskan dari
15
Moh. Zuhri, dkk, Fikih Empat Mazhab (Cet. I; Semarang: CV. Asy-Syifa, 1994), h. 641-
642
56
bisnis.16
barang jaminan yang lebih dikenal dengan istilah gadai (Rahn) yang mana
Gadai pada dasarnya adalah suatu hak kebendaan atas benda bergerak
milik orang lain dan bertujuan tidak untuk memberi kenikmatan atas benda
gadai merupakan suatu hak yang diperoleh kreditur atas suatu barang
16
Abdul Ghofur, Ali Murtadho dkk, Menuju Lembaga Keuangan Yang Islami dan
Dinamis, (Semarang: Rafi Sarana Perkasa, 2012), hlm. 115
17
Frieda Husni Hasbullah, Hukum Kebendaan Perdata, Hak-Hak Yang Memberi
Kenikmatan Jilid I,Jakarta, Ind-Hill-Co, 2005), hal 22
57
kebendaan bergerak tertentu milik debitur atau seseorang lain atas nama
digadaikan.18
dan dapat juga dinamai al-habsu. Secara etomologis (bahasa), arti rāhn
18
Rachmadi Usman, Hukum Jaminan Keperdataan. (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), h. 105
19
Salim, Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia, (Jakarta:Raja Grafindo Persada,
2004), h 34
20
Abdul Ghofur Anshori, Gadai Syariah di Indonesia (Yogyakarta: Gajhah Mada
University Press, 2011) h. 88.
58
jaminan secara hak dan dapat diambil kembali sejumlah harta dimaksud
sesudah ditebus.21
bila pihak yang menggadaikan tidak membayar utang pada waktu yang
telah ditentukan.22
menuntut haknya.23
21
Zainuddin Ali, Hukum Gadai Syariah (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), h.1
22
Ibid, h.3
23
Adrian Sutedi, Hukum Gadai Syariah, (Penerbit Alfabeta, Bandung : 2011), h. 20
59
ِh هhhhْh يhَ لh َعhُ هَّللاhىhَّ لhhhص hَ hي َّ ِhبhَّنhلh اh َأ َّنh اhَ هh ْنh َعhُ هَّللاhي
َ hhhض ِ hرhَ hَ ةhhhش hَ ِئh اh َعhنhْ hَع
hنhْ h ِمh اh ًعhرhْ h ِدhُ هhَ نhَ هh َرh َوh ٍلh َأ َجh ىhَ ِإ لhٍّh يh ِدh وhُ هhَ يhنhْ h ِمh اh ًمh اh َعhَ طh ىh َرhَ تh ْشh اh َمhَّ لh َسhوhَ
)hىhرhاhخhبhلh اhهhاhوh (رh ٍدh يh ِدhح hَ
Dari 'Aisyah radliallahu 'anha bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
pernah membeli makanan dari orang Yahudi yang akan dibayar Beliau pada
waktu tertentu di kemudian hari dan Beliau menjaminkannya (gadai) dengan
baju besi (HR. Imam al-Bukhori No: 1926).
ُرh الظَّ ْه لَّ َمh ِه َو َسh لَّى هَّللا ُ َعلَ ْيh ص
َ ِ و ِل هَّللاh َر ُس ا َلhhَق َ َرةh َأبِي هُ َر ْي عن
َانhh َربُ بِنَفَقَتِ ِه ِإ َذا َكhh َّد ِّر ي ُْشhh َولَبَ ُن ال,اhhًانَ َمرْ هُونhhرْ َكبُ بِنَفَقَتِ ِه ِإ َذا َكhhُي
ُ َو َعلَى الَّ ِذي يَرْ َكبُ َويَ ْش َربُ النَّفَقَة,َمرْ هُونًا
“Tunggangan (kendaraan) yang digadaikan boleh dinaiki dengan
menanggung biayanya dan binatang ternak yang digadaikan dapat diperah
susunya dengan menanggung biayanya. Bagi yang
menggunakan kendaraan dan memerah susu wajib menyediakan biaya
perawatan dan pemeliharaan”. (Shahih Muslim)25
لَّ َمh ِه َو َسhلَّى هَّللا ُ َعلَ ْيhص َ ى ِإلَى النَّبِ ِّيhهُ َأنَّهُ َم َشhض َي هَّللا ُ َع ْن ِ عن انس َر
صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ِدرْ عًا َ ير َوِإهَالَ ٍة َسنِخَ ٍة َولَقَ ْد َرهَنَ النَّبِ ُّي ٍ بِ ُخب ِْز َش ِع
و ُل َماhhُ ِم ْعتُهُ يَقh ْد َسhَي َوَأ َخ َذ ِم ْنهُ َش ِعيرًا َأِل ْهلِ ِه َولَق ٍّ لَهُ بِ ْال َم ِدينَ ِة ِع ْن َد يَهُو ِد
ٍّع َحب ُ اh ص َ ٍّر َواَلh ُع ب َ صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم
ُ اh ص َ آل ُم َح َّم ٍد ِ َأ ْم َسى ِع ْن َد
َوِإ َّن ِع ْن َدهُ لَتِ ْس َع نِس َْو ٍة
“Dari Anas ra, bahwa dia pernah di sore hari bersama Nabi saw dengan
hidangan roti terbuat dari gandum dan sayur yang sudah basi. Sungguh Nabi
saw telah menggadaikan baju besi beliau kepada seorang Yahudi untuk
mendapatkan makanan di Madinah lalu dengan itu beliau mendapatkan
gandum untuk keluarga beliau. Dan sungguh aku mendengar beliau
bersabda: “Tidaklah ada satu malampun yang berlalu pada keluarga
Muhammad dimana ada satu sha’ dari gandum atau satu sha’ biji-bijian”.
Padahal beliau memelilki sembilan isteri”. (HR. Bukhari).
25
Ibnu Hajar Al-atsqalani, Bulughul Maram, (Beirut: Dar El-Fiker, 1994, No.879) h.149
61
Kaidah pertama
penelitian saya itu sudah sesuai dikarenakan barang yang akan digadaikan
yaitu merupakan sebuah sepeda motor yang mana sepeda motor tersebut
Kaidah kedua
akad yaitu antara rahin dan murtahin, dalam penelitian saya ini telah sesuai
karena rahin dan murtahin telah memenuhi syarat yaitu baligh dan berakal.
Kaidah ketiga
26
Enang hidayat, Kaidah Fikih Muamalah, (Bandung : PT REMAJA ROSDAKARYA),h.261
62
Sesuai dengan kaidah tersebut bahwa kejadian praktik gadai yang saya
teliti sesuai karena barang yang di gadaikan adalah sebuah sepeda motor yang
Kaidah keempat
صالِحًا لِ ْلبَي ِْع َموْ جُوْ دًا َو ْقتَ ال َع ْق ِد َو َمااًل َم ْتقُوْ ًما َو َم ْعلُوْ ًما
َ َُكلُّ َش ْي ٍء َكان
َُو َم ْق ُدوْ رًا لِتَ ْسلِي ٍْم يَجُوْ ُز َر ْهنُه
“setiap sesuatu yang pantas untuk diperjualbelikan dan ada ketika akad
terjadi serta termasuk harta yang berharga dan dapat diserah-terimakan,
maka boleh digadaikannya”.
digadaikan harus jelas ketika akad terjadi. Apakah berkaitan dengan jelas
berhubungan dengan identitas lainnya. Oleh karena itu, tidak sah hukumnya
mengadaikan mobil yang sedang dicuri atau dirampas oleh orang lain, burung
yang sedang terbang. Semua itu karena tidak dapat diserah terimakan ketika
menjelaskan merek mana yang akan digadaikan, maka hukumnya tidak sah
pula. Alasan ketidak bolehan itu semua karena dapat berpotensi menimbulkan
jaminan motor kredit itu tidak sah dikarenakan ada salah satu identitas yang
tidak ada ketika akad terjadi yaitu Buku Pemilik Kendaraan Bermotor
(BPKB) yang tidak bisa diserahterimakan pada saat akad terjadi dan jika
27
Enang hidayat, Kaidah Fikih Muamalah, (Bandung : PT REMAJA
ROSDAKARYA),h.262
63
Kaidah kelima
ُص ُح َر ْه ُن َد ْي ٍن َولَوْ ِم َّم ْن هُ َو َعلَ ْي ِه اِل َنَّه ِ َُكلُّ َما َجازَ بَ ْي ُعهُ َجازَ َر ْهنُهُ فَاَل ي
َغي ِْر
َم ْق ُدوْ ٍر َعلَى تَ ْسلِ ْي ِم ِه
Dain tidak sah dijadikan sebagai marhun kendati yang menjadi murtahin
adalah pihak yang berhutang itu sendiri, sebab status dain adalah berada
dalam tanggungan (fi dzimmah), yang tidak dimiliki rahin secara fisik (ain)
melainkan secara padanan (mitslun-nya), sehingga keberadaannya tidak
dikuasai untuk diserahkan (ghair maqdur ala taslim).28
yaitu praktik gadai dengan jaminan barang kredit tidak sesuai dengan hukum
ekonomi syariah karena sesuai dengan kaidah yang di atas bahwa barang
dilakukan oleh masyarakat sekitar Karena ingin meminjam secara cepat dan
kredit.
yaitu pihak pertama adalah yang memiliki motor sedangkan pihak kedua atau
yang memiliki uang. Antara kedua pihak tersebut saling mengikat diri pada
suatu perjanjian, sehingga praktik gadai ini juga biasanya terjadi karena
28
Laskar pelangi, Metodologi Fikih Muamalah, (Kediri : Lirboyo press), h 116
64
Oleh sebab itu, dalam penggadaian ini sering terjadi dengan adanya
hutang uang dengan menjamin sebuah sepeda motor. Adapun praktek gadai
ini memerlukan adanya syarat-syarat yang harus dipenuhi baik pihak pertama
maupun pihak kedua. Sesuai dengan teori bahwa menurut ulama fiqih
a. Syarat yang terkait dengan orang yang berakad adalah cakap bertindak
b. Syarat Marhun Bih (utang) syarat dalam hal ini adalah wajib
c. Syarat marhun (agunan) syarat agunan menurut ahli fiqih adalah harus
dapat dijual dan nilainya seimbang dengan besarnya utang, agunan harus
harus jelas dan dapat ditunjukkan, agunan milik sah debitor, agunan tidak
terkait dengan pihak lain, agunan harus merupakan harta yang utuh dan
manfaatnya.
a) Syarat Aqid, baik rahin dan murtahin adalah harus ahli tabarru’ yaitu
orang yang berakal, tidak boleh anak kecil, gila, bodoh dan orang
yang terpaksa. Seperti tidak boleh seorang wali.
b) Marhun Bih (utang)
1) Harus merupakan hak yang wajib dikembalikan kepada
murtahin.
2) Merupakan barang yang dapat dimanfaatkan, jika tidak dapat
dimanfaatkan, maka tidak sah.
3) Barang tersebut dapat dihitung jumlahnya.
c) Marhun (Barang)
1) Harus berupa harta yang dapat dijual dan nilainya seimbang
dengan Marhun Bih.
2) Marhun harus mempunyai nilai dan dapat dimanfaatkan.
3) Harus jelas dan spesifik.
4) Marhun itu sah dimiliki oleh rahin.
5) Merupakan harta yang utuh, tidak bertebaran dalam beberapa
tempat.
6) Shighad (Ijab dan Qabul) syaratnya adalah shighad tidak boleh
diselingi dengan ucapan yang lain ijab dan qabul dan diam
terlalu lama pada transaksi. Serta tidak boleh terikat waktu. 29
adalah sebuah kendaraan sepeda motor, tetapi sepeda motor tersebut masih
menolong antar sesama, juga karena melihat sepeda motor yang dijadikan
disukai oleh penerima gadai maka penerima gadai berani dengan harga
29
Amin Ma’ruf, Mengatasi Maslah Dengan Pegadaian Syariah, (Jakarta: Renaisan,2005)
h,25.
66
tinggi. Biasanya dilihat dari segi fisik barang yaitu pengeluaran baru,
Selain itu juga ada syarat uang yaitu nominal yang harus dibayar
Motor kreditan itu dengan kata lain adalah motor yang belum selesai
angsurannya. selama motor itu belum dibayar lunas, maka motor tersebut
dengan jaminan motor kredit tersebut sah-sah saja, karena tidak ada pihak
gadai dengan jaminan motor kredit kurang begitu tahu tentang status
para pelaku utang piutang dengan jaminan. motor kredit ditanya motor ini
milik siapa pak? Mereka menjawab ini motor milik saya sendiri tetapi
masih kredit.
suatu barang sangat terkait dengan akad sebelumnya, yakni akad utang
piutang (al-Dain), karena tidak akan terjadi gadai dan tidak akan mungkin
seseorang menggadaikan benda atau barangnya kalau tidak ada utang yang
dimilikinya. Utang piutang itu sendiri adalah hukumnya mubah bagi yang
sesama.
gadai dengan jaminan barang kredit motor di Kp. Pacet Babakan Desa
Cipendawa Kec. Pacet belum sesuai dengan hukum Islam khususnya pada
ma’qud alaih (barang yang digadaikan), karna masih belum milik sempurna.
Seperti halnya dalam syarat gadai bahwa barang gadai tidak boleh ada
tanggungan dengan pihak lain atau milik sempurna. Praktik gadai yang terjadi
dengan menggunakan barang kredit ini jelaslah sangat tidak sesuai dengan syariat
Islam karena terdapat unsur penipuan. Hal ini akan mengakibatkan kerugian bagi
murtahin, dan sudah tentu barang tersebut tidak boleh menjadi barang jaminan
karena syarat menggadai barang adalah barang gadai tersebut harus benar-benar
milik rahin.
68
tersebut bahwa praktik gadai dengan jaminan motor kredit ini sebaiknya
juga saudara jadi tali silaturrahim antar sesama bisa berantakan dan
sebagai berikut:
30
Hasil wawancara dengan Bapak KH Dadang Faried, selaku Tokoh Masyarakat, pada
tanggal 29 Oktober 2022.
31
Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan Ilustrasi,
(Ekonisia, Yogyakarta: 2003), h. 160
69
tiga bagian:
b) Akad Gadai
dalam hal transaksi baik dalam jual beli, sewa menyewa, gadai maupun
transaksi gadai. Demikian juga dalam hak dan kewajiban bagi pihak-pihak
a) Aqid (Orang Yang Berakad). Aqid adalah orang yang melakukan akad
hal yaitu marhun (barang yang digadaikan) dan marhun bih (dain) atau
32
M. Abdul Majdid dkk.,Kamus Istilah Fikih, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1994), h. 290
33
Al-Faqih Abul Walid, Muhammad ibn Ahmad dan Muhammad ibn Rusyd, Bidayatul al-
Mujtahid al-Muqasid, (Beirut: Dar al-Jiih, 1990), h. 204
70
masuknya siqhot dari rukun rahn.34 Dengan demikian praktik gadai dengan
hukum gadai yaitu adanya dua belah yang bersepakat, adanya akad, serta
ada barang yang menjadi jaminan gadai. Namun adakalanya praktik yang
jaminan adalah motor yang masih kredit atau masih ada tanggungan
mendata dari praktik gadai yang terjadi di Kp. Pacet Babakan. Mereka
34
Zainuddin Ali, Hukum Gadai Syari’ah, (Sinar Grafika: Jakarta, 2008), h. 20-21.
71
bagi pihak pemegang gadai, jadi menurut penulis hal tersebut tidak sah
karena tidak memenuhi syarat gadai, yaitu barang yang digadaikan belum
barang gadai kembali kepadanya, maka akadnya fasid (rusak) atas orang
pun penerima gadai tidak boleh mengambil manfaatnya barang gadai, bila
35
Moh. Zuhri, dkk, Fikih Empat Mazhab (Cet. I; Semarang: CV. Asy-Syifa, 1994), h.641-
642