(https://www.kemenkeu.go.id)
Pembiayaan Ultra Mikro (UMi) merupakan program tahap lanjutan dari program bantuan sosial menjadi kemandirian usaha yang menyasar
usaha mikro yang berada di lapisan terbawah, yang belum bisa difasilitasi perbankan melalui program Kredit Usaha Rakyat (KUR). UMi
memberikan fasilitas pembiayaan maksimal Rp10 juta per nasabah dan disalurkan oleh Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB).
Pemerintah menunjuk Badan Layanan Umum (BLU) Pusat Investasi Pemerintah (PIP) sebagai coordinated fund pembiayaan UMi.
Pembiayaan UMi disalurkan melalui LKBB. Saat ini lembaga yang menyalurkan pembiayaan UMi antara lain: PT Pegadaian (Persero), PT
Bahana Artha Ventura, serta PT Permodalan Nasional Madani (Persero). Sumber pendanaan berasal dari APBN, kontribusi pemerintah
daerah dan lembaga-lembaga keuangan, baik domestik maupun global.
Tahun 2018, UMi ditargetkan untuk menyentuh 800.000 pelaku usaha mikro yang tidak bankable. Simak kisah tiga penerima kredit UMi yang
terbantu dan dapat berdaya memperbaiki taraf hidupnya.
Jalan Yuyun Sumiyati sebagai seorang pedagang makanan ringan, olahan ikan dan ayam segar sesungguhnya bukanlah jalan yang mulus.
Harus diakui, para pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) seperti ibu rumah tangga berusia 39 tahun dengan tiga orang anak di
Depok ini kerap menghadapi kendala dalam mengakses berbagai program pendanaan perbankan.
Untuk Yuyun, UMi seolah adalah jawaban atas doa dan kerja kerasnya. Ia kemudian mendapat pinjaman modal sebesar Rp2 juta. “Untuk
mereka yang biasa berdagang besar, mungkin uang sebesar itu tidak ada artinya. Tapi itu berarti sekali untuk saya. Apalagi bunganya juga
rendah,” tuturnya.
Dengan usahanya itu, Yuyun kini menjadi salah satu pintu rezeki bagi keluarganya. Suaminya yang seorang pekerja konstruksi bangunan,
menjadi sedikit terbantu dengannya. Mulai dari menyekolahkan anak-anak yang kini telah ada di bangku SMA, sampai membantu biaya
pengobatan mata salah satu anaknya. Selain itu, Yuyun yang juga seorang penggerak komunitas Marawis ini, bercita-cita bisa membeli
peralatan lengkap Marawis.
“Saya, mah, harus tetap semangat terus. Insya Allah ikhtiar, pasti ketemu,” pungkasnya penuh keyakinan.
Siti Khadijah, ibu dari 4 orang anak ini awalnya berjualan sayur-mayur dan kebutuhan dapur. Namun, usahanya kurang berkembang karena
banyaknya pesaing dan konsumen yang lebih memilih membeli masakan matang daripada menyiapkan makanan sendiri. Akhirnya, ia dan
suaminya memutuskan untuk menjual nasi uduk di malam hari. Namun, mereka perlu pinjaman modal tetapi mereka termasuk kelompok
yang tidak bankable dalam mengajukan pinjaman ke bank.
[ILM] - #UangKita Berdaya…
Berdaya…
Siti Khadijah dan suaminya akhirnya mendapatkan pinjaman awal dari Koperasi Mitra Dhuafa atau Komida sebesar Rp1 juta yang kemudian
terus bertambah seiring perkembangan usahanya. Komida merupakan salah satu penyalur kredit Ultra Mikro (UMi) melalui pengawasan PT
Bahana Artha Ventura (BAV) yang berkoordinasi ke PIP di bawah naungan Direktorat Jenderal Perbendaharaan Kementerian Keuangan.
Karena letaknya yang strategis di pinggir jalan Desa Mampir, tepat di belakang tempat wisata Taman Buah Mekar Sari, Bogor, lokasi
berjualan Siti Khadijah menjadi persinggahan bagi orang yang lalu lalang sepulang kerja dari pukul 16.00 sampai pukul 23.00. Nasi uduk
menjadi penambal lapar sebelum melanjutkan perjalanan menuju rumah. Penghasilan bersih yang ia dapatkan saat ini mencapai Rp
300.000/ harinya.
“Alhamdulillaah… Puji syukur selalu kupanjatkan kepada Allah atas berkah nikmat-NYA selama ini untuk keluargaku. Berkat-NYA, saat ini
kami sudah bisa membangun rumah baru, memiliki kendaraan dan anak-anakku telah lulus sekolah. Suamiku pun akhirnya berhenti menjadi
guru honorer dan membantu mengembangkan usaha kami,” ucapnya.
3. Nini Komalasari: UMi Mampukan Saya Menyekolahkan Adik dan Membayar Kontrakan
Usaha Nini Komalasari di bilangan Tomang Pulo, Tambora, Jakarta Barat pada awalnya sama sekali tidak bisa dibilang besar sebelum
mendapatkan pinjaman melalui pembiayaan Ultra Mikro (UMi) dari pemerintah. Dahulu, ia hanya berdagang gorengan dan sosis bakar
dengan gerobak yang ia pinjam dari mertuanya. Semuanya berubah pada 2017 lalu saat ia dan sejumlah pelaku usaha mikro lainnya
berkelompok hingga dapat mengakses dana UMi.
Dari pinjaman ini, ibu dua anak berusia 21 tahun tersebut mampu membuka warung sendiri, membeli etalase serta menambah
dagangannya seperti mi instan dan aneka minuman. Omzetnya bisa meraup untung hingga Rp500 ribu per hari.
“Setiap hari saya bisa memperoleh hasil Rp200 ribu. Kalau sedang ramai bahkan bisa mencapai Rp500 ribu,” tutur Nini yang kini bisa
menyekolahkan adiknya dan membayar kontrakan untuk keluarganya.
Pada periode pinjaman pertama, Nini memperoleh pinjaman sebesar Rp2 juta. Uang ini ia kembalikan dengan lancar dalam waktu 25
minggu saja. Memiliki catatan baik, ia kemudian berhak untuk pinjaman periode dua sebesar Rp2,5 juta.
Lembaga Penyalur Perbankan dan Lembaga Keuangan Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB)
Tenor Pinjaman Jangka Panjang (>1 tahun) Jangka pendek (<52 minggu)
Lembaga Penyalur
Kreasi UMi (PT Pegadaian)
Keuntungan :
Keuntungan :
1. Mengadopsi Pola Grameen Bank
2. Wanita prasejahtera secara berkelompok
3. Pinjaman modal serta binaan untuk membuka usaha
4. Displin hadir dalam setiap pertemuan dengan kelompok dan mengangsur pinjaman
Keuntungan :
1. Lembaga Linkage
2. Komida
3. AKR
4. Sidogiri
5. BMT BUS
https://hai.djpbn.kemenkeu.go.id/
Daftar Pertanyaan/FAQ
Warga Negara Indonesia yang memiliki usaha dengan kategori mikro, anda boleh menjadi debitur UMI. Dengan catatan:
2.Punya surat keterangan usaha atau sejenisnya.
Bisa. Yang penting telah terdaftar dan memiliki NIK Elektronik. Cukup meminta surat keterangan pengganti e-KTP di instansi terkait
3 Apakah yang dimaksud dengan tidak sedang punya hutang dengan lembaga keuangan/koperasi?
Seorang debitur ketika akan menjadi debitur UMI, ia tidak sedang punya hutang. Dengan demikian diharapkan ia fokus dan mudah dalam
melakukan pencicilan. Ini juga sekaligus melatih debitur UMI untuk melakukan manajemen utang.
Bagaimana membuktikannya? Bagi penyalur yang canggih, mereka umumnya terkoneksi dengan sistem informasi debitur, tetapi bagi penyalur
yang tidak punya koneksi tersebut, cukup gunakan surat pernyataan dari debitur bahwa ia tidak punya utang. Tanggung jawab ada pada debitur
tersebut.
5 Apakah penyalur tahu, apabila kita mempunyai hutang UMi dengan lembaga keuangan/koperasi lainnya?
Pasti Tahu. Karena penyalur dan pemerintah mempunyai Sistem Informasi Kredit Program (SIKP) yang akan menjadi database penerima UMi.
Dengan SIKP, seorang debitur pada saat yang sama tidak akan menerima fasilitas pembiayaan ganda. Apakah itu UMI atau KUR.
Tidak banyak, dengan NIK elektronik, pemerintah bermaksud agar pengguna kredit UMi terdata dan diakui dalam sistem. Dengan surat
keterangan usaha, diharapkan pengguna tahu bahwa untuk dapat berusaha, ada dokumen yang dipersyaratkan agar bisa terdata dalam sistem.
Selain itu, kedua hal tersebut sekaligus menjadi insentif penghargaan bagi warga negara yang taat dalam melaksanakan aturan kependudukan
dan keusahaan.
8 Apakah BLU PIP menyalurkan UMi secara langsung ke pelaku usaha mikro?
Tidak. BLU PIP hanya sebagai koordinator dana yang akan menyalurkan UMi ke Lembaga Penyalur. Selanjutnya Lembaga Penyalur yang akan
menyalurkan ke pelaku usaha mikro.
Penyalur UMI adalah lembaga keuangan bukan bank yang telah lulus uji kecakapan dari PIP
Anda bisa saja menjadi penyalur linkage dari penyalur utama. Jika anda menjadi linkage, anda akan menyalurkan pinjaman dari penyalur
utama. Hubungan anda dengan penyalur utama adalah hubungan bisnis ke bisnis. Pemerintah tidak menetapkan syarat untuk menjadi
lembaga linkage, hanya menetapkan institusi apa saja yang boleh menjadi linkage yaitu:
a.lembaga keuangan mikro,
c.Koperasi
12 Sebenarnya uang yang diterima debitur UMi itu uang siapa ya? Uang pemerintah atau penyalur?
Uang yang diterima debitur UMI adalah uang penyalur. Bukan uang pemerintah. Sebab jika debitur UMI tersebut gagal bayar, pemerintah tetap
menagih kepada penyalur. Karena akad perjanjiannya adalah antara pemerintah dengan penyalur. Bukan antara pemerintah dengan debitur
UMI.
1. Konsep pembiayaan UMi adalah pertama-tama, dibentuk kelompok terlebih dahulu. Maksud dibentuk kelompok adalah memfasilitasi
masyarakat yang tidak memiliki agunan. Karena ketiadaan agunan, maka diimbangi dengan pendampingan yang intensif dan tanggung
renteng.
2. Setelah meningkat skala usahanya, debitur kelompok diharapkan telah mandiri dan memiliki sedikit aset yang dapat dijaminkan. Pada saat
itulah debitur tersebut boleh lepas dari kelompok dan boleh mengambil skema individu yang mensyaratkan jaminan sebagai tanda
kemandirian.
Prasyarat (/toc/) |
Hubungi Kami (/hubungi-kami)
Ikuti Kami