Anda di halaman 1dari 11

Proposal Penelitian

Pengaruh Pinjaman Rentenir Tehadap Sosial Ekonomi Masyarakat di Desa Cinta

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latarbelakang Masalah
Manusia sebagai makhluk sosial merupakan fitrah yang diberikan Allah SWT.
Untuk itu manusia akan saling membutuhkan satu sama lain dan tidak dapat hidup sendiri
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam menghadapi kebutuhan ini, sifat manusia
pada umumnya berharap selalu ingin dapat memenuhi semuanya.
Hakikatnya setiap manusia memiliki keinginan yang sama dalam beberapa hal
kebutuhan, namun pencapaiannya yang kadang berbeda. Kemampuan setiap manusia
sangatlah berbeda dan terbatas. Untuk memenuhi kebutuhan hidup setiap manusia harus
bekerja.
Masalah kemiskinan di Indonesia merupakan konsentrasi dalam setiap kebijakan
pemerintahan di negara ini. Namun, hingga saat ini pemerintah belum mampu menekan
angka kemiskinan. Indonesia merupakan negara yang memiliki sumber daya alam
melimpah, akan tetapi kemiskinan di negara ini terus bertambah setiap tahun. Padahal,
kuantitas antara sumber daya alam dengan jumlah penduduk miskin di Indonesia adalah
sama banyaknya.
Pada umumnya masyarakat selalu ingin mendapatkan penghidupan yang layak
setiap harinya. Dalam kehidupan sehari-hari mayarakat selalu berusaha mengerjakan
pekerjaan yang dapat memampukan mereka dalam mencukupi kehidupan mereka.
Kondisi ekonomi yang meningkat hari kehari sangat diharapkan seluruh masyarakat,
sebab dengan kondisi ekonomi yang baik maka setiap kebutuhan keluarga dapat
dipenuhi. Banyak pekerjaan yang sering dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan
ekonomi seperti: bertani, berdagang, dll. Dalam melakukan pekerjaan tersebut, tidak
semua masyarakat memiliki modal yang cukup dalam mengerjakannya. Namun tidak
dapat dipungkiri masyarakat membutuhkan sumber modal untuk dapat mengerjakannya
usaha atau pekerjaan tersebut.
Perdagangan juga memainkan peran penting dalam perolehan harta. Individu dan
masyarakat memperoleh kemakmuran melalui berdagang. Islam juga mengakui bahwa
dengan perdagangan akan mendapatkan keberuntungan dan kebersamaan apabila tidak
keluar dari syarat-syarat yang telah ditentukan oleh Islam yaitu tidak mengandung unsur
riba didalamnya.
Keterbatasan dalam permodalan membuat banyak masyarakat yang memilih
melakukan pinjaman modal untuk merintis usahanya. Dari sinilah peran lembaga
keuangan menjadi penting dalam menyalurkan modal bagi para pengusaha. Namun
banyaknya persyaratan yang berlaku di lembaga keuangan, menurunkan niat sebagian
dari pedagang, terutama golongan usaha mikro.
Sejumlah ketentuan dan disertai bukti-bukti dari penjaminan yang terkadang tidak
dimiliki oleh pengusaha membuat pengusaha dagang memilih untuk mencari
penambahan modal dari perseorangan seperti praktik rentenir. Berbeda dengan lembaga
keuangan formal, praktik pinjaman rentenir memberikan solusi dengan kredit yang
mudah meskipun dengan bunga yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan lembaga
keuangan.
Sulitnya pernyaratan yang diajukan lembaga bank bagi calon debitur,
menyurutkan semangat masyarakat untuk meminjam ke bank. Akhirnya masyarakat
mengambil alternatif lain yang tersedia seperti rentenir. Bagi masyarakat, berhubungan
dengan sumber pembiayaan informal seringkali membuat terlena dan menjadi pilihan
yang menarik karena faktor kemudahan mendapatkan dana secara cepat tanpa birokrasi
dengan asas saling percaya meski berbunga tinggi. Bagi pemodal, situasi ini sebenarnya
menjadi peluang baik untuk memupuk keuntungan.
Dalam masyarakat umum, rentenir memiliki citra buruk sebagai lintah darat yang
mengambil bunga dalam jumlah sangat besar dari pinjaman nasabahnya, akan tetapi
rentenir tetaplah eksis di dalam masyarakat. Mereka tetap menjadi alternatif disaat
kebutuhan finansial sedang meningkat. Bagi rakyat kecil, kredit dari rentenir inilah yang
menguntungkan secara ekonomi, karena ketika mereka meminjam di bank sebagai
lembaga finansial formal, syarat yang dibutuhkan sangatlah rumit.
Masyarakat pedesaan itu sendiri tidak terbiasa dengan budaya administrasi,
sehingga merasa enggan apabila harus mengurus prosedur administrasi yang rumit, yang
belum pernah mereka lakukan sebelumnya. Dengan tingkat penghasilan mereka, kadang-
kadang memerlukan pinjaman dalam waktu cepat untuk memenuhi kebutuhan yang
mendesak. Dalam situasi seperti itu, mereka terpaksa meminjam pada sumber-sumber
kredit informal, yang biasanya melayani pinjaman kapan saja, dimana saja, dan berapa
saja yang diminta peminjam.
Untuk mengurangi keberadaan rentenir ada beberapa program yang diupayakan
untuk membantu kesulitan masyarakat dalam hal kebutuhan keuangan (pinjaman).Salah
satu program tersebut adalah koperasi.Koperasi merupakan salah satu bentuk badan
usaha yang sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia yang pantas ditumbuh
kembangkan sebagai badan usaha penting dan bukan sebagai alternatif terakhir.
Tujuan koperasi dapat ditemukan dalam UU No. 25 / 1992 pasal 3 yang berbunyi:
“koperasi bertujuan memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat
pada umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka
mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan makmur berlandaskan Pancasila dan UUD
1945”.4Begitu juga dengan peran koperasi dalam membangun dan mengembangkan
potensi dan kemampuan ekonomi anggota pada khususnya dan masyarakat pada
umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosial.
Berdasarkan Latar belakang di atas maka penulis bermaksud untuk melakukan
penelitian, dengan judul Pengaruh Pinjaman Rentenir Terhadap Sosial Ekonomi
Masyarakat di Desa Cinta ( Studi objek desa Cinta, Kecamatan Karangtengah
Kabupaten Garut).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan yang akan
dikaji dalam penelitian ini, yaitu sebagaiberikut:
1. Bagaimanakah dampak praktek rentenir terhadap gaya hidup masyarakat desa
Cinta?
2. Apa saja faktor-faktor penyebab penggunaan jasa kredit rentenir di desa Cinta?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui dampak pinjaman rentenir terhadap gaya hidup masyarakat
desa Cinta
2. Untuk mengetahui faktor-faktor dari penggunaan jasa kredit.
D. Manfaat Penulisan
1. Bagi peniliti, Penelitian ini berguna sebagai tambahan wawasan ilmu pengetahuan
yang pada akhirnya dapat berguna ketika peneliti sudah berperan aktif pada
kehidupan masyarakat.
2. Bagi masyarakat, Sebagai sarana informasi kepada masyarakat untuk dapat
mengetahui lembaga yang lebih baik untuk mengambil pinjaman dalam usaha.
3. Bagi akademis, hasil penelitian ini dapat membantu dalam menambah wawasan
dan referensi keilmuan mengenai rentenir.

KERANGKA TEORI

A. Pengertian Rentenir dan Sejarahnya


Konsep rente pertama kali dikembangkan oleh pakar ekonomi klasik David Ricardo, ia
mengamati bahwa tingkat kesuburan tanah berbeda-beda. Petani yang memiliki tanah yang lebih
subur bisa beroprasi dengan biaya rata-rata lebih rendah. Sedangkan petani yang memiliki lahan
kurang subur beroperasi rata-rata dengan biaya yang lebih tinggi. Perbedaan dalam tingkat
kesuburan tanah berpengaruh terhadap sewa tanah. Adapun yang disebut sewa tanah oleh
Ricardo adalah perbedaan antara penerimaan yang diterima petani yang memiliki tanah lebih
susbur dengan penerimaan yang diterima oleh petani marjinal. Yaitu petani yang menggarap
tanah paling tidak subur tetapi tetap bisa beroperasi dimana penerimaannya hanya cukup untuk
menutup ongkos produksi. Ini berarti bahwa sewa tanah terkait erat dengan tingkat
kesuburannya, dan pemilik tanah paling subur akan menikmati sewa tanah tinggi.

Rentenir secara harafiah berasal dari kata Rente yang artinya renten, bunga uang. Kata ini
tidak jauh berbeda dengan makna Riba yang secara bahasa berarti Ziyadah (tambahan) baik
dalam transaksi jual beli maupun pinjam meminjam. Institusi yang memperoleh profit melalui
penarikan bunga disebut sebagai lembaga rente, seperti Bank, koperasi dan lembaga perkreditan
lainnya. Sedangkan individu yang memperoleh provit melalui penarikan bunga disebut dengan
rentenir.

Dale W Adam, menyebutkan rentenir adalah individu yang memberikan kredit jangka
pendek, tidak menggunakan jaminan yang pasti, bunga relative tinggi dan selalu berupaya
melanggengkan kredit dengan nasabah.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia rentenir adalah orang yang memberikan nafkah
dan membungakan uang,/tukang riba/pelepas uang/intah darat.

Rentenir adalah orang yang meminjamkan uang kepada nasabahnya dalam rangka
memperoleh profit malalui penarikan bunga. Dalam hal ini ada tiga bagian penting sebagai bahan
diskusi untuk mempelajari praktek rentenir sebagai fenomena di lingkungan masyarakat.

Pelarangan Riba dalam Islam tidak hanya merujuk pada al-Qur‟an, melainkan juga hadis.
Hal ini sebagaimana posisi umum hadis yang berfungsi untuk menjelaskan lebih lanjut aturan
yang telah digariskan melalui al-Qur‟an, dan pelarangan riba dalam hadis lebih terinci.

Dalam amanat terakhirnya pada tanggal 9 Dzulhijjah tahun 10 Hijriah, Rasulullah saw
masih menekankan sikap islam yang melarang riba, “ingatlah bahwa kamu akan menghadap
Tuhanmu dan Dia pasti akan menghitung amalanmu. Allah telah melarang kamu mengambil
riba, untuk karena itu utang akibat riba harus dihapus. Modal (uang pokok) kamu adalah hak
kamu. Kamu tidak akan menderita ataupun mengalami ketidakadilan.”

B. Alasan Masyarakat Meminjam Dana

Pinjaman merupakan hal klasik yang diperlukan oleh banyak orang dan ditemui di setiap
kehidupan semua orang. Beberapa dari mereka sebetulnyamengambil pinjaman untuk keperluan
investasi dan sebagian yang lain memang menggunakan pinjaman untuk keperluan konsumsi.
Menurut penelitian dari berbagai sumber, sedikitnya ada lima hal yang dapat mendorong calon
nasabah untuk mengajukan Pinjaman yaitu :

1. Income Smooting
Income smooting biasa terjadi karena adanya gap antara pendapatan dan pengeluaran.
Biasanya terjadi pada mereka yang mendapatkan penghasilan pada masa tertentu (tidak
rutin) seperti petani yang tidak akan punya uang sampe musim panen datang padahal
kebutuhan akan uang tetap berjalan dari bulan ke bulan.
2. Cash Flow Injection
Cash Flow Injection adalah kebutuhan akan dana dalam jangka waktu pendek yang biasa
terjadi karena adanya peluang usaha/bisnis lain di luar usaha/ bisnis yang saat ini tengah
dijalani, sehingga diperlukan modal tambahan/dana segar secara cepat dalam waku yang
singkat. Pinjaman yang digunakan untuk keperluan ini biasanya hanya digunakan dalam
waktu singkat sesuai dengan keperluan saat itu.
3. Emergency Relief
Menjadi cadangan keuangan (emergency relief), yaitu untuk mengatasi kebutuhan
mendadak akibat event risk (musibah keluarga, sakit, bencana alam, PHK, mencukupi
biaya pendidikan jangka pendek dan lainnya). Kasus Pinjaman dengan dasar ini menjadi
penting mengingat masyarakat miskin umumnya tidak memiliki tabungan yang memadai
atau asuransi.
4. Asset Building
Menyiapkan dana untuk kebutuhan jangka panjang (asset building). Tujuan pinjaman ini
biasanya digunakan untuk membeli aktiva tetap (peralatan rumah tangga, kendaraan,
hewan ternak, properti dan lainnya) yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Pada saatnya
nanti, aset-aset tersebut dapat dikonversikan kembali menjadi uang.
5. Saving Down
Saving down, yaitu mengkonversi pinjaman (lump sum of money) menjadi tabungan
sebagai dana cadangan. Tujuannya untuk dapat digunakan sewaktu-waktu bagi berbagai
macam keperluan.

C. Indikator Gaya Hidup Sejahtera

1). Definisi Kesejahteraan

Menurut KBBI sejahtera adalah aman sentosa dan makmur, delamat (terlepas dari segala
macam gangguan. Kesejahteraan ialah hal atau keadaan sejahtera, keamanan,keselamatan,
ketentraman, sosial keadaan sejahtera masyarakat.

Menurut Sunarti (2012), Kesejahteraan adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan
sosial, material, maupun spiritual yang diliputi rasa keselamatan, kesusilaan dan ketentraman
lahir batin yang memungkinkan setiap warga negara untuk mengadakan usaha-usaha pemenuhan
kebutuhan jasmani, rohani dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri, rumah tangga serta
masyarakat.

Kesejahteraan adalah sebuah tata kehidupan dan penghidupan sosial. Material maupun
spiritual yang diikuti dengan rasa keselamatan, kesusilaan dan ketentraman diri, rumah tangga
serta masyarakat lahir dan batin yang memungkinkan setiap warga Negara dapat melakukan
usaha pemenuhan kebutuhan jasmanai, rohani dan soial yang sebaik-baiknya bagi diri sendiri,
rumah tangga, serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak-hak asasi (Liony, dkk, 2013).

Kesejahteraan merupakan sejumlah kepuasan yang yang diperoleh seseorang dari hasil
mengkonsumsi pendapatan yang diterima, namun tingkatan dari kesejahteraan itu sendiri
merupakan sesuatu yang bersifat relative karena tergantung dari besarnya kepuasan yang
diperoleh dari hasil mengkonsumsi pendapatan tersebut. Keterkaitan antara konsep kesejahteraan
dan konsep kebutuhan adalah dengan terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan tersebut, maka
seseorang sudah dinilai sejahtera , karena tingkat kebutuhan tersebut secara tidak langsung
sejalan dengan indikator kesejahteraan (Pramata, dkk 2012).

Soetomo (2014: 47) kesejahteraan merupakan suatu kondisi yang mengandung unsur atau
komponen ketertiban, keamanan, keadilan, ketenteraman, kemakmuran dan kehidupan yang
tertata mengandung makna yang luas bukan hanya terciptanya ketertiban dan keamanan tetapi
juga keadilan dalam berbagai dimensi. Kondisi tenteram lebih menggambarkan dimensi
sosiologi dan psikologi dalam kehidupan bermasyarakat. Suatu kehidupan yang merasakan
kenyamanan, terlindungi, bebas dari rasa takut termasuk menghadapi hari esok.

Kesejahteraan adalah suatu kondisi dimana seseorang memiliki kehidupan yang telah
terpenuhi segala kebutuhannya baik kebutuhan primer, sekunder maupun kebutuhan tersiernya.

2). Indikator Sejahtera

a) Kesejahteraan masyarakat memperlihatkan bahwa ukuran hasil pembangunan masyarakat


untuk mencapai kehidupan yang lebih baik meliputi:
 peningkatan kemampuan dan pemerataan distribusi kebutuhan dasar (makanan,
perumahan, kesehatan, dan perlindungan);
 peningkatan tingkat pendidikan, pendapatan, dan tingkat kehidupan yang lebih
baik, serta peningkatan atensi terhadap budaya dan nilai kemanusiaan dan
 memperluas skala ekonomi dan ketersediaan pilihan sosial dari individu dan
bangsa (Todaro dan Stephen C. Smith, 2006)

b). Menurut Badan Pusat Statistik (2002), pendapatan per kapita sering digunakan untuk
mengukur tingkat kesejahteraan ekonomi masyarakat. ingkat kesejahteraan sosial pada
penelitian diukur dengan pedekatan pengamatan terhadap kondisi pendidikan orangtua,
pendapatan, konsumen dan pengeluaran.
c). Kesejahteraan menurut Soetomo (2014: 48) mengandung tiga indikator yaitu:

 Pendidikan, kesehatan, akses pada listrik dan air, penduduk miskin;


 Keadilan ekonomi mengandung indikator yaitu: pendapatan, kepemilikan rumah,
tingkat pengeluaran;
 Keadilan demokrasi mengandung indikator yaitu: rasa aman dan akses informasi.

d). Menurut Kolle (Bintarto, 1989) kesejahteraan dapat dilihat dari beberapa aspek
kehidupan yaitu:

 Dengan melihat kualitas hidup dari segi materi, seperti kualitas rumah, bahan pangan
dan sebagainya.
 Dengan melihat kualitas hidup dari segi fisik, seperti kesehatan tubuh, lingkungan
alam dan sebagainya.
 Dengan melihat kualitas hidup dari segi mental, seperti fasilitas pendidikan,
lingkungan budaya, dan sebagainya.
 Dengan melihat kualitas hidup dari segi spiritual, seperti moral, etika, keserasian
penyesuaian, dan sebagainya.

e). Biro Pusat Statistik

Menurut BPS ada 14 kriteria dalam menentukan keluarga dan rumah tangga kategori
miskin seperti jenis lantai, luas bangunan, fasilitas MCK, dinding, sumber air minum,
sumber penerangan, frekuensi mengkonsumsi daging, jenis bahan bakar memasak, ayam dan
susu, frekuensi membeli pakaian dalam setahun, frekuensi makan tiap hari, kemampuan
berobat, pendidikan kepala keluarga, luas lahan usaha tani, dan tabungan barang yang
mudah dijual dengan nilai paling sedikit Rp. 500.00,-, seperti sepeda motor kredit/non
kredit, kapal, emas, motor, ternak, barang modal lainnya. Jika minimal 9 variabel terpenuhi
maka dikatakan keluarga miskin tidak sejahtera.

f). Menurut BKKBN, tingkat kesejahteraan suatu keluarga dapat dikelompokkan menjadi
lima, yaitu.

1) Keluarga pra sejahtera, ditunjukkan dengan tidak mampu memenuhi salah satu
kebutuhan dasar pada Keluarga Sejahtera I.
2) Keluarga sejahtera I (kebutuhan dasar), ditunjukkan dengan anggota keluarga dapat
memenuhi kebutuhan makan dua kali sehari atau lebih; memiliki pakaian berbeda
untuk di rumah, sekolah maupun bepergian; kondisi tempat tinggal beratap, berlantai
dan dinding yang baik; kemampuan individu membawa anggota keluarga yang sakit
ke sarana kesehatan.
3) Keluarga sejahtera II (kebutuhan psikologis), ditunjukkan dengan anggota keluarga
melaksanakan ibadah sesuai agama; makan daging/ikan/telur paling tidak seminggu
sekali; memperoleh satu stel pakaian baru paling tidak setahun sekali; luas lantai
rumah paling tidak 8 m2 untuk tiap penghuni rumah; keluarga dalam keadaan sehat
dalam tiga bulan terakhir; ada anggota keluarga yang bekerja untuk mendapatkan
penghasilan; seluruh anggota keluarga (usia 10-60 tahun) dapat membaca tulisan
latin; pasangan usia subur dengan anak dua atau lebih menggunakan alat kontrasepsi.

4) Keluarga sejahtera III (kebutuhan pengembangan), ditunjukkan dengan adanya upaya


untuk meningkatkan pengetahuan agama; menabung sebagian pendapatan dalam bentuk
uang maupun barang; kebiasaan makan bersama keluarga paling tidak seminggu sekali
untuk saling berkomunikasi; mengikuti kegiatan masyarakat; mendapatkan informasi
dari surat kabar, majalah, radio, televisi maupun internet.

5) Keluarga sejahtera III Plus (aktualisasi diri), ditunjukkan dengan memberikan


sumbangan materiil secara sukarela dan rutin untuk kegiatan sosial; ada anggota
keluarga yang aktif dalam kepengurusan perkumpulan masyarakat.

C. Studi Terdahulu

Muh. Al Juned, 2014, Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar, Fakultas
Ekonomi Dan Bisnis Islam, dengan Judul Skripsi, Dampak Praktek Rentenir Terhadap Sosial
Ekonomi di Kelurahan Gunung Sari Kec. Rappocini Makassar, Hasil Penelitian, dampak rentenir
terhadap sosial ekonomi sangat merugikan masyarakat karena dalam kegiatannya, rentenir yang
berkembang di kalangan masyarakat Kelurahan Gunung Sari Kecamatan Rappocini banyak
mendapat hambatan khususnya bagi masyarakat yang berpendidikan tinggi.

Akmad, 2016, Intitut AgamaIslam Negeri (IAIN) SyekhNurjati Cirebon, Kementrian


Agama Republik Indonesia, dengan Judul Skripsi, Analisis Dampak Rentenir Terhadap
Pedagang Pasar Tradisional, Hasil Penelitian, mengenai dampak-dampak pinjaman dana rentenir
terhadap pedagang pasar tradisional meliputi dampak positif dan dampak negatif.

Tunerah, 2015, Intitut AgamaIslam Negeri (IAIN) SyekhNurjati Cirebon, Kementrian


Agama Republik Indonesia, dengan Judul Skripsi, Pengaruh Jasa Kredit Rentenir Terhadap
Tingkat Kesejahteraan Masyarakat, Hasil Penelitian, perhitungan product moment diperoleh nilai
0,439 yang berada diantara 0,40 – 0,599 berarti mempunyai memiliki pengaruh yang sedang dan
hasil perhitungan uji determinasi diketahui nilai koefisien determinasi sebesar 0,192 (19%). Hal
ini menunjukan bahwa kredit rentenir memberikan pengaruh terhadap penurunan kesejahteraan
masyarakat sebesar 19%, melalui persamaan regresi Ŷ = 1,247 + 0,207X, sedangkan sisanya
yaitu 81% dipengaruhi oleh faktor lain.

Muhammad Khairi, 2018, UIN Sumatera Utara Medan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Islam, dengan Judul Skripsi,Dampak Pinjaman Rentenir Terhadap Pendapatan Pedagang Pasar
Tradisional di Pasar Pagi Pulo Brayan Bengkel, Hasil Penelitian, menunjukkan bahwa pedagang
meminjam uang kepada rentenir karena proses yang mudah, cepat tidak harus memiliki barang
berharga sebagai jaminan, nominal pinjaman tidak terlalu besar hanya bermodalkan kepercayaan,
dan dapat langsung menerima pinjaman uang dan karena terpaksa.

“Faktor-Faktor Eksistensi Praktik Rente di Pasar Rumbia Lampung Tengah”. Penelitian


ini ditulis oleh Sri Nurhayati. Program Studi Ekonomi Syariah, Jurusan Syariah dan Ekonomi
Islam, IAIN Metro. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Penelitian ini meneliti tentang
hal-hal yang menyebabkan tumbuh dan menjamurnya praktik hutang piutang secara tradisional
atau perorangan yang disebut dengan rentenir.

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Sifat Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research), yaitu suatu penelitian yang
dilakukan di lapangan atau di lokasi penelitian, atau suatu tempat yang dipilih sebagai lokasi
untuk menyelidiki gejala objektif.

Penelitian ini dilakukan secara intensif, terperinci dan mendalam terhadap suatu objek
tertentu dengan mempelajarinya sebagai suatu kasus. Penelitian lapangan memusatkan perhatian
pada suatu kasus secara terperinci mengenai latar belakang sekarang yang dipermasalahkan dan
dikaji dalam penelitian. Penelitian tentang dampak praktik rentenir terhadap kesejahteraan
pedagang ini dilakukan di Dusun Cinta Kec. Karangtemngah Kab.Garut.

Berdasarkan jenis data yang terhimpun, penelitian ini bersifat kualitatif. Penelitian
kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis
atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Penelitian kualitatif adalah penelitian
yang bersifat deskriptif. Secara harfiah, penelitian deskriptif adalah penelitian yang bermaksud
untuk memPenelitian ini mencoba untuk mendeskripsikan dan mengungkap fakta tentang
dampak praktik rentenir terhadap kesejahteraan pedagang dengan terjun langsung ke lapangan
guna mendapat informasi yang akurat.

B. Sumber Data

Menurut Suharsimi Arikunto, yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian ini
adalah subjek dari mana data diperoleh. Dalam penulisan ini penulis menggunakan sumber data
yang berkaitan dengan pokok permasalahhan yaitu sumber data primer, sumber data sekunder
dan sumber data tersier.

1. Sumber Data Primer


Sumber data primer adalah sumber pertama dimana sebuah data dihasilkan. Adapun yang
dimaksud data primer menurut suharismi Arikunto adalah data dalam bentuk verbal atau kata-
kata yang diucapkan secara lisan, gerak gerik atau prilaku yang dilakukan oleh subyek yang
dipercaya, dalam hal ini adalah subjek penelitian (informan) yang berkenaan dengan variabel
yang diteliti. Data ini harus dicari melalui narasumber atau dalam bentuk responden, yaitu orang
yang dijadikan objek penelitian atau orang yang dijadikan sebagai sarana mendapatkan informasi
ataupun data.buat pencandraan (deskripsi) mengenai situasi-situasi atau kejadian-kejadian.

2. Sumber data sekunder

Sumber data sekunder adalah sumber penunjang dan perbandingan yang berkaitan
dengan masalah. Data sekunder ini biasanya telah tersusun dalam bentuk dokumen-dokumen,
misalnya data mengenai keadaan demografis suatu daerah, data mengenai produktivitas suatu
perguruan tinggi dan sebagainya.

3. Sumber Data Tersier

Sumber data tersier adalah sumber data pelengkap yang dibutuhkan dalam penelitian.
Sumber data tersier dapat diperoleh dari Koran, Ensiklipedia dan media Internet.

C. Teknik Pengumpulan Data

1. Wawancara

Wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan seseorang yang
ingin memperoleh informasi dari seseorang lainnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan,
berdasarkan tujuan tertentu. Wawancara secara garis besar dibagi menjadi tiga, yakni wawancara
tak terstruktur, wawancara semiterstruktur dan wawancara terstruktur.

Penelitian ini menggunakan wawancara semiterstruktur, dimana dalam pelaksanaannya


lebih bebas bila dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Tujuann dari wawancara jenis ini
adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, di mana pihak yang diajak
wawancara diminta pendapat, ide-idenya. Dalam melakukan wawancacra, peneliti perlu
mendengarkan secara teliti dan mencatat apa yang dikemukakan oleh informan.

2. Dokumentasi

Teknik ini digunakan untuk mencatat, menyalin, menggandakan data atau dokumen
tertulis lainnya. Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu, dokumen bisa
berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Seperti autobiografi,
memoar, catatan harian, surat-surat pribadi, catatan pengadilan, berita koran, artikel, brosur,
buletin, dan foto-foto. Dokumen yang peneliti gunakan adalah profil Desa Cinta
Kec.Karangtengah, data dari wawancara dengan pedagan yang menggunakan jasa rentenir dan
pelaku praktik rentenir.
D. Teknik Analisis Data

Analisa data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh
dari hasil wawancara dan dokumentasi. Penelitian ini menggunakan teknik analisis data bersifat
kualitatif yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis
atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.

Peneliti menggunakan metode berpikir induktif yang bertolak dari khusus ke umum, yaitu
berangkat dari fakta-fakta yang khusus, peristiwa-peristiwa yang konkret, kemudian dari fakta-
fakta atau peristiwa-peristiwa yang khusus dan konkret itu ditarik generalisasi-generalisasi yang
mempunyai sifat umum. Artinya, jika suatu generalisasi dikenakan pada peristiwa-peristiwa
khusus dari mana generalisasi itu, maka harus ada kecocokan hakekat.

Anda mungkin juga menyukai