Pendahuluan
Penggunaan teknologi berbasis internet saat ini, tidak bisa dipungkiri telah
menguasai hampir setiap segi dalam kehidupan masyarakat. dalam proses pemenuhan
kebutuhan manusia, jaringan internet memberikan berbagai kemudahan dengan
kehadiran produk berbasis online. Di antaranya yakni kehadiran pinjaman berbasis
online yang saat ini tengah menjamur di masyarakat.
Banyak kasus yang telah terjadi terkait hadirnya rentenir digital. dilansir dari
Tempo.co terdapat 800 pengaduan yang dilayangkan kepada Lembaga Bantuan
Hukum Jakarta serta terdapat juga 72 pengaduan dari nasabah layanan pinjaman
digital kepada Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia.1 Pengaduan yang paling
sering terjadi adalah tentang bunga yang besar serta teror yang bersumber dari debt
collector. Salah satu contoh kasus yang baru saja dan masih hangat di telinga kita
adalah kasus yang melibatkan seorang guru Taman Kanak-kanak (TK) di kota
Malang yang terjerat pinjaman online hingga 40 Juta di 24 aplikasi dan sempat
berkeinginan bunuh diri dikarenakan diteror oleh debt collector.2 Kasus-kasus seperti
ini, seharusnya menjadi peringatan bagi masyarakat bahwa sangat berbahaya
melakukan pinjaman kepada rentenir. Melakukan pinjaman terhadap rentenir akan
1
majalah.tempo.co/waspadai-rentenir-digital diakses pada tanggal 9 Juni 2021
2
regional.kompas.com/2021/05/18/guru-tk-di-malang… diakses pada tanggal 9 Juni 2021
1
menghasilkan siklus hutang yang tiada habisnya, sehingga orang yang berhutang
semakin lama akan semakin terpuruk perekonomiannya.
Berdasarkan uraian di atas, maka tulisan ini hadir dan akan memaparkan
tentang bagaimana cara implementasi Qardhu Al-Hasan secara optimal melalui
sudut pandang ekonomi syariah dalam perspektif al-Quran dan hadits agar
masyarakat tidak masuk ke dalam jeratan rentenir digital. Hal ini merupakan salah
satu upaya dalam peningkatan taraf kesejahteraan masyarakat melalui produk yang
dihasilkan ekonomi syariah.
Pembahasan
2
Qardhu Al-Hasan
Secara etimologi, Qardhu Al-Hasan dapat di bagi menjadi dua kata yakni
Qardh yang berarti potongan dan kata Hasan yang artinya kebaikan pada orang lain.
Jika ditinjau berdasarkan definisi secara terminologi Al-Bahuti mendefinisikan
Qardh adalah pemberian sejumlah uang kepada orang yang akan menggunakannya,
namun ada kewajiban untuk mengembalikannya.3 Definisi Qardh secara terminologi
ini sejatinya tidak jauh berbeda dengan definisi Qardhu Al-Hasan, yang memiliki
kesamaan sebagai produk pinjaman.
Rentenir Digital
Rentenir berasal dari kata rente yang merupakan istilah dari bahasa Belanda
yang berarti bunga uang. Rentenir adalah orang yang bekerja atau mencari nafkah
dengan membungakan uang.5 Sedangkan pengertian digital merupakan sesuatu sistem
yang berhubungan dengan teknologi. Maka dapat disimpulkan pengertian Rentenir
Digital adalah orang yang bekerja ataupun mencari nafkah dengan membungakan
uang dan memanfaatkan kemajuan teknologi dalam menjalankannya. Kegiatan seperti
3
Imam Mustofa, Fiqih Muamalah Kontemporer, (Jakarta: Rajawali Pers, 2016), h. 167-168
4
Sri Nurhayati, Wasilah, Akuntansi Syariah di Indonesia, (Jakarta: Salemba Empat, 2013), h.263
5
M. Ali Hasan, Masail Fiqhiyah, (Jakarta: RajaGrafindo Persada,2003), h.76
3
ini sejatinya hanya menguntungkan bagi salah satu pihak dan dapat memberatkan
pihak yang lain, terlebih lagi jika dilaksanakan secara online yang mengakibatkan
sulit untuk mendeteksi pelaku kegiatan tersebut
Dalam tafsir jalalain dikatakan bahwa turunnya ayat ini adalah bentuk
penolakan Allah SWT terhadap orang yang mengatakan bahwa jual beli sama seperti
riba dalam soal diperbolehkan.7 Lafadz riba dalam ayat tersebut adalah riba qard atau
riba jahiliah. Riba qardh adalah riba yang terjadi pada transaksi utang-piutang yang
tidak memenuhi kriteria utung muncul bersama resiko (al-qhunmu bil ghurum) dan
hasil usaha muncul bersama biaya (al-kharraj bidh dhaman). Transaksi semisal ini
mengandung pertukaran kewajiban menanggung beban, hanya karena berjalannya
waktu.8
Riba qardh bisa disebut juga dengan riba jahiliah yaitu utang yang di bayar
melebihi dari pokok pinjaman, karena si peminjam tidak mampu mengembalikan
dana pinjaman pada waktu yang ditentukan. Riba jahiliah dilarang karena melanggar
6
Penulisan ayat Al-Quran dan terjemahan yang digunakan pada makalah ini yakni terbitan Kementrian
Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, (Surabaya: Halim, 2014)
7
Jalaluddin Al-Mahali, Jalaluddin As-Suyuthi, Terjemahan Tafsir Jalalain Berikut Asbabun Nuzul,
(Bandung: Sinar Baru Algesindo 2013) Jilid 1, h.159
8
Adiwarman Karim, Bank Islam; Analisis Fikih dan Keuangan, (Jakarta: RajaGrafindo Persada,
2014), edisi ke-3, h.37
4
kaidah kullu qardhim jarra manfa’atin fahua riba’ (setiap pinjaman yang
memberikan manfaat (kepada kreditor) adalah riba).9
Artinya: “Barangsiapa meminjami Allah dengan pinjaman yang baik maka allah
melipatgandakan ganti kepadanya dengan banyak. Allah menahan dan melapangkan
(rezeki) dan kepada-Nyalah kamu dikembalikan.”
9
Adiwarman Karim, Oni Sahroni, Riba, Gharar dan Kaidah-Kaidah Ekonomi Syariah, (Jakarta:
RajaGrafindo Persada, 2015), h.7
5
berlipatganda.10 Berkaitan pula dengan sabda Rasulullah SAW, yang diriwayatkan
oleh Ibnu Mas’ud yang berbunyi:11 “Bukan seorang Muslim(mereka) yang memberi
pinjaman kepada orang muslim yang lain dua kali, kecuali yang satunya adalah
(senilai) sedekah”(HR.Ibnu Majah no.2421, kitab al-Ahkam; Ibnu Hibban dan
Baihaqi)
10
Salim Bahreisy, Said Bahreisy, Terjemah Singkat Tafsir Ibnu Katsier (Surabaya: Bina Ilmu, 1988),
h.444
11
Nurul Huda, dkk, Baitul Mal Wa Tamwil Sebuah Tinjauan Teoretis, (Jakarta: Amzah, 2016), h.129
12
Imam Mustofa, Fiqih…, h. 176
6
4. Apabila digunakan dalam tujuan usaha, jika mendapat keuntungan maka
seluruhnya menjadi hak nasabah, dan apabila terjadi kerugian, maka juga
menjadi tanggung jawab nasabah;
5. Nasabah harus mengembalikan pinjaman sejumlah nominal yang dipinjam ,
tanpa harus memberikan margin atau bunga,
6. Pasal 615 KHES menyebutkan bahwa Nasabah dapat memberikan tambahan
dengan sukarela selama tidak diperjanjikan dalam transaksi.
7. Pasal 616 KHES menyebutkan bahwa jika Nasabah tidak dapat
mengembalikan sebagian atau seluruh kewajibannya pada saat yang telah
disepakati dan pemberi pinjaman LKS telah memastikan
ketidakmampuannya, maka dapat memperpanjang jangka waktu
pengembalian dan menghapus/write off sebagian atau seluruh kewajibannya.
13
Muhammad Syafi’I antonio, Bank Syariah: Dari Teori Ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani, 2001) ,
h.133
7
percepatan pembangunan ekonomi kerakyatan yang berbasis ekonomi syariah Islam
akan menjadi kenyataan.
14
Wahbah al-Zuhaili, al-Fiqih al-Islami wa Adillatuh, (Beirut: Dar Al-Fikr, 2004), V/3786
8
Berikut ini ada beberapa upaya yang dapat dilakukan oleh lembaga keuangan
syariah maupun pemerintah untuk memperkenalkan serta meng-upgrade Qardhu Al-
Hasan agar menjadi benteng umat dalam menghadapi jeratan rentenir digital.
Sosialisasi
9
Regulasi merupakan aturan yang dapat diterapkan dalam pelaksanaan konsep
Qardhu Al-Hasan. Tentunya saat ini penerapan produk ekonomi syariah juga bisa
menggunakan konsep produk digital dan tetap menggunakan aturan yang berasal dar
pemerintah atau lembaga terkait. Aturan yang dibuat adalah dalam konteks
memberikan kemudahan bagi nasabah dalam penyederhanaan mekanisme dan
persyaratan pengajuan permohonan atau pengembalian dana bantuan melalui
ketentuan-ketentuan yang dapat menciptakan saling percaya.
Menurut penulis aturan yang dapat dilaksanakan mengenai hal tersebut, yakni
dalam hal pengajuan permohonan masyarakat atau nasabah dapat menggunakan
layanan digital yang dibuat oleh lembaga keuangan syariah. Namun, saat proses
pencairan dana pinjaman nasabah diharuskan hadir untuk memperjelas pelaksanaan
akad. Dengan demikian proses pengajuan permohonan dapat dilaksanakan secara
sederhana namun tetap mengedepankan prinsip saling percaya.
Tidak sampai disitu saja, pelaksanaan regulasi produk digital ini seharusnya
tidak dibuat hanya untuk produk Qardhu Al-Hasan saja. Namun, diharapkan
pemerintah dapat membuat aturan yang dapat memperketat dan menyempitkan ruang
gerak rentenir digital yang cenderung berbahaya bagi masyarakat. Penggunaan
konsep digital bagi setiap pinjaman harus mendapatkan izin yang jelas dari
pemerintah, Sehingga tidak menyengsarakan masyarakat.
10
sumber dana Qardhu Al-Hasan. Setidaknya terdapat tiga hal yang dapat digunakan
untuk membangun kepercayaan masyarakat, diantaranya.
Kedua, adanya pengelolaan sistem sumber dana dengan jelas, akuntable dan
transparan. Dalam melaksanakan kegiatan mengolah sumber dana ini harus dilakukan
secara terperinci dan mengedepankan transparansi. Terkait hal ini lembaga keuangan
syariah dapat menggunakan teknologi digital dalam menunjukkan bukti transparansi
kepada masyarakat serta juga dapat memanfaatkan kemajuan teknologi sebagai
penentuan sasaran sumber dana tersebut.
Ketiga, perlunya izin yang jelas dari lembaga terkait. Agar pengelolaan
sumber dana memiliki dasar dan aturan hukum serta dapat diawasi proses
pelaksanaannya.
Kesimpulan
11
Produk ini akan memberikan pinjaman dan peminjam hanya berkewajiban
untuk membayar biaya pokoknya saja. hal ini akan membuka potensi peningkatan
kesejahteraan serta menghindarkan masyarakat dari rentenir. Agar upaya
implementasi produk berhasil, maka diperlukan pemanfaatan kemajuan teknologi
dengan memperhatikan hal-hal berikut: (1) sosialisasi; (2) regulasi atau aturan yang
jelas; dan (4) membangun integritas dalam pengelolaan sumber dana Qardhu Al-
hasan.
12
Daftar Pustaka
Muhammad Syafi’I antonio, Bank Syariah: Dari Teori Ke Praktik, (Jakarta: Gema
Insani, 2001).
Nurul Huda, dkk, Baitul Mal Wa Tamwil Sebuah Tinjauan Teoretis, (Jakarta: Amzah,
2016).
Salim Bahreisy, Said Bahreisy, Terjemah Singkat Tafsir Ibnu Katsier (Surabaya:
Bina Ilmu, 1988).
Internet:
13