Anda di halaman 1dari 12

IMPLEMENTASI PRINSIP HUTANG (QARDH)

PADA PERBANKAN SYARIAH


Alfa Rohmatin
Alfarohmatin88@gmail.com
UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Abstract
Financial institutions are institutions that have an important role in managing people's
funds. as is the case, Islamic banking which provides a wide range of products offered
to the people. This paper will examine one of the products of Islamic financial
institutions, namely Qardh. The discussion of this paper emphasizes the Application of
Qardh Contracts in Islamic Financial Institutions. The results of the study show that the
application of qardh contracts in LKS must follow the pillars and conditions of qardh,
qardh and shigat qardh contracts. LKS as a forum for channeling people's funds. Such
as: zakat, infaq, and shadaqah in the form of Qard. Qardh is a form of loan in Islam that
is done voluntarily without any profit requirements for the lender. That is, the lender
may not take advantage of the loan provided. Qardh can also be done between
individuals, organizations or Islamic banks.
Keywords: Implementation, Qardh, Islamic Bank, LKS
Abstrak

Lembaga Keuangan merupakan lembaga yang memiliki peran penting dalam mengelolah dana
umat. seperti halnya, perbankan Syariah yang menyediakan berbagai macam produk yang
ditawarkan kepada umat. Tulisan ini akan mengkaji salah satu produk lembaga keuangan
syariah yakni Qardh. Pembahasaan tulisan ini menekankan pada Penerapan Akad Qardh dalam
Lembaga Keuangan Syari’ah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan akad qardh dalam
LKS harus mengikuti rukun dan syarat qardh, akad qardh dan shigat qardh. LKS sebagai wadah
dalam menyalurkan dana umat. Seperti: zakat, infaq, dan shadaqah dalam bentuk Qard. Qardh
merupakan suatu bentuk pinjaman dalam islam yang dilakukan secara sukarela tanpa adanya
persyaratan keuntungan bagi pihak pemberi pinjaman. Artinya, pihak pemberi pinjaman tidak
boleh mengambil keuntungan atas pinjaman yang diberikan. Qardh juga dapat dilakukan antara
individu, organisasi, atau bank islam.

Kata kunci : Implementasi, Qardh, Bank Syariah, LKS


A. Pendahuluan

Dalam beragama islam hubungan antara sesama muslim bisa diibaratkan seperti
tubuh manusia. Jika salah satu dari anggota tubuh sakit maka yang lain akan
merasakan sakit. Bahwa hubungan ini dilandasi adanya rasa saling perduli antara umat
muslim. Karena dengan keperdulian antara sesama mewujudkan keadilan dan
ketentraman di kehidupan kita sehari-hari. Kehidupan saling perduli yang
menimbulkan keadilan sudah diajarkan oleh Rasullulah sejak zaman dahulu. Para
sahabat Nabi yaitu kaum muhajirin dan ansor ketika di Madinah, kedua kaum tersebut
berasal dari dua kota dan budaya yang berbeda akan tetapi Rasullulah memerintahkan
mereka untuk saling perduli satu sama lain. Bahkan keperdulian mereka seperti
saudara sedarah karena intensitas keperdulian dalam menolong sesama sahabat.

Di bidang perekonomian islam, terdapat akad dalam membantu orang lain yang
sangat manusiawi sekali, salah satunya yaitu akad qardh. Dimana seseorang
meminjami sesuatu kepada orang lain tanpa mengaharapkan imbalan apapun dari
pinajaman tersebut, artinya orang yang meminjam hanya mengembalikan pinjaman
sesuai apa yang dipinjam tanpa ada tambahan apapun. Dalam hadist: “Tiada orang
muslim yang memberikan utang kepada seorang muslimin dua kali, kecuali
piutangnya bagaikan sedekah satu kali” (HR. Ibnu Majah). Dari hadist diatas adalah
bukti bahwa islam dianggap masyarakat sebagai solusi bukan lagi masalah. Dan
maslahah akad qardh dapat kita rasakan sampai sekarang, bahkan menjadi solusi di
masyarkat dan lembaga keuangan syariah.

Maqashid syariah mempunyai tujuan yaitu mencapai sebuah kemaslahatan dan


mencegah adanya kemudhartan dalam kegiatan ekonomi islam. Teori maqashid syariah
telah diutarakan oleh Rasulluah sejak zaman dahulu, namun kini terus berkembang
dari ulama klasik maupun kontemporer. Maqashid syariah merupakan hal yang sangat
penting dalam perekonomian islam, bahkan inti dari semua analisis ekonomi yang
berkaitan dengan masalah kemiskinan, distribusi kekayaan, pengangguran, dan
pembangunan ekonomi. Oleh karena itu, target dari ekonomi islam adalah
menghilangkan permasalahan ekonomi seperti kemisikinan, pengangguran,
ketidakmerataan pembangunan.

Oleh karena itu melihat dengan kondisi masayrakat saat ini akad qardh bisa
menjadi pembeda antara lembaga keuangan Syariah dan lembaga keuangan
konvensional. Dalam lembaga keuangan Syariah tidak hanya memikirkan profit, tetapi
mengenai nilai-nilai sosial yang diajarkan oleh Rasulullah. Sehingga asumsi masyarakat
umum mengenai lembaga keuangan Syariah sama dengan lembaga keuangan
konvensional akan hilang. Untuk itu penulis mengkaji lebih dalam terkait dengan akad
qardh pada perbankan syariah perspektif maqashid syariah.

B. Pembahasan

1. Pengertian Qardh

Qardh menurut bahasa adalah ‫ اإلق راض – ق رض‬yang artinya pinjaman-peminjaman,


atau Qiradh berarti Al Qith’u (cabang) atau potongan ialah harta yang diberikan
seseorang pemberi qiradh kepada orang yang diqiradhkan untuk kemudian dia
memberikannya setelah mampu, pengalihan hak milik harta atas harta. Jadi al-Qardh
adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau diminta kembali
atau dengan kata lain meminjamkan tanpa mengharapkan imbalan. Dalam literature
fiqhi klasik, qardh dikategorikan dalam aqad tathawwui atau akad saling membantu
dan bukan transaksi komersial.

Qardh dalam arti bahasa berasal dari kata qarada yang sinonimnya qatha’a yang
berarti memotong. Diartikan demikian karena orang yang memberikan utang
memotong sebagian dari hartanya untuk diberikan kepada orang yang menerima utang
(muqtaridh).

Menurut Syafi’i Antonio, qardh adalah pemberian harta kepada orang lain yang
dapat ditagih atau diminta kembali atau dengan kata lain meminjamkan tanpa
mengharap imbalan.

Menurut Bank Indonesia , qardh adalah akad pinjaman dari bank (muqridh)
kepada pihak tertentu (muqtaridh) yang wajib dikembalikan dengan jumlah yang sama
sesuai pinjaman.

Qardh adalah pinjaman uang. Pinjaman qardh biasanya diberikan oleh bank
kepada nasabahnya sebagai fasilitas pinjaman talangan pada saat nasabah mengalami
overdraft. Fasilitas ini dapat merupakan bagian dari satu paket pembiayaan lain, untuk
memudahkan nasabah bertransaksi.

Memberi hutang merupakan kebaikan yang dianjurkan, karena, hal itu berarti
membantu menunaikan hajat orang yang membutuhkan. Semakin kebutuhan itu
mendesak dan amalnya semakin ikhlas karena Allah, maka pahalanya semakin besar.
Memberi hutang ibarat bersedekah dengan setengahnya.

2. Prinsip dasar Qardh


Prinsif Dasar Qardh dalam Islam adalah memberikan bantuan kepada sesama
tanpa adanya persyaratan keuntungan. Artinya, pihak pemberi pinjaman harus ikhlas
dalam memberikan pinjaman dan tidak boleh memperoleh keuntungan dari pinjaman
yang diberikan. Selain itu, Qardh juga harus dilakukan dengan kesepakatan dari kedua
belah pihak dan disertai dengan pengakuan hutang dari pihak penerima pinjaman.

3. Dasar Hukum Qardh

a. Al-Qur’an
QS. Al-Hadiid: 11
‫َم ْن َذ ا اَّلِذ ْي ُيْقِر ُض َهّٰللا َقْر ًضا َحَس ًنا َفُيٰض ِع َفٗه َلٗه َو َلٓٗه َاْج ٌر َك ِر ْيٌم‬
Artinya: Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik,
Maka Allah akan melipat-gandakan (balasan) pinjaman itu untuknya, dan Dia
akan memperoleh pahala yang banyak.

QS. An-Naml; 89

‫َم ْن َج ۤا َء ِباْلَح َس َنِة َفَلٗه َخ ْيٌر ِّم ْنَهۚا َو ُهْم ِّم ْن َفَز ٍع َّيْو َم ِٕىٍذ ٰا ِم ُنْو َن‬
Artinya: Barangsiapa yang membawa kebaikan, Maka ia memperoleh (balasan)
yang lebih baik dari padanya, sedang mereka itu adalah orang-orang yang aman
tenteram dari pada kejutan yang dahsyat pada hari itu.

b. Al-Hadis

‫عن ابن مسعود أن النبي صلى هللا عليه وسلم قال ما من مسلم يقرض مسلما قرضا مرتين اال‬
‫كان كصد فتها مرة‬
Artinya; Ibnu Mas’ud meriwayatkan bahwa Nabi Saw, berkata, “Bukan seorang
muslim (mereka) yang meminjamkan muslim (lainnya) dua kali kecuali yang
satunya adalah (senilai) sedekah (HR. Ibnu Majah no. 2420, Kitab al-Ahkam)

Artinya; Bahwa Rasulullah berkata, “Aku melihat pada waktu malam di-Isra-
kan, pada pintu surge tertulis: sedekah dibalas sepuluh kali lipat dan qardh
delapan belas kali. Aku bertanya, Wahai Jibril, mengapa qardh lebih utama dari
sedekah. Ia menjawab, „karena peminta-minta sesuatu dana ia punya,
sedangkan yang meminjam tidak akan meminjam kecuali karena keperluan.
(HR. Ibnu Majah no. 2421, Kitab al-Ahkam)
c. Ijma’
Para ulama menyatakan bahwa Qardh diperbolehkan. Qardh bersifat mandub
(dianjurkan) bagi muqridh (orang yang mengutangi) dan mubah bagi muqtaridh
(orang yang berutang) kesepakatan ulama ini didasari kebiasaan manusia yang
tidak bisa hidup tanpa pertolongan dan bantuan saudaranya. Tidak ada seorang
pun yang memiliki segala barang yang ia butuhkan. Oleh karena itu, pinjam
meminjam sudah menjadi satu bagian dari kehidupan di dunia ini. Islam adalah
agama yang sangat memperhatikan segenap kebutuhan umatnya.1
d. Kaidah Fikih:
Adapun dasar hukum hutang-piutang (qardh) dalam kaidah fikih mu’amalah
adalah:
‫واأل صل في العقود والمعامالت الصحة حتى يقوم دليل على البطالن والتحريم‬
Artinya: “Hukum asal dalam berbagai perjanjian dan muamalat adalah sah sampai
adanya dalil yang menunjukkan kebatilan dan keharamannya.”
‫ُك ُّل َقْر ٍض َج َّر َم ْنَفَع ًة َفُهَو ِر ًبا‬
Artinya: “Setiap pinjaman yang menarik manfaat (oleh kreditor) adalah sama
dengan riba.”2 Pihak yang meminjami mempunyai pahala sunat. Sedangkan
dilihat dari sudut peminjam, maka hukumnya boleh, tidak ada keberatan dalam
hal itu. Jadi, hukum memberi hutang hukumnya sunat malah menjadi wajib,
seperti mengutangi orang yang terlantar atau yang sangat perlu atau berhajat.3

4. Implementasi Prinsip Hukum Ekonomi Syariah Pada Produk Qardh

a. Prinsip Keadilan
Demi mewujudkan prinsip keadilan, adanya landasan yuridis yang mengatur
mengenai ketentuan akad qardh yakni: Fatwa Dewan Syariah Nasional No.
19/DSN-MUI/IV/2001 dan Peraturan Bank Indonesia Nomor 9/19/PBI/2007. Aturan
hukum tersebut mengatur praktik penerapan qardh dalam produk keuangan secara
umum. Dalam praktiknya peneliti menemukan bahwa Bank Syariah Cabang Palu
menerapkan produk qardh dengan akad mu’awadhah. Maksudnya, praktik
transaksi qardh yang dilakukan itu terikat dengan akad lain yang saling
berkesinambungan. Akad-akad tersebut diantaranya adalah: akad hawalah, rahn
dan ijarah (ujrah).

Kebijakan akad qardh jenis mu’awadhah dilandasi dari penjelasan Otoritas Jasa
Keuangan mengenai qardh yang hadir sebagai pelengkap transaksi lain dengan
menggunakan akad mu’awadhah dalam produk yang bertujuan komersial.
Penggunaan dana pihak ketiga hanya diperuntukkan untuk produk rahn emas,
pembiayaan urusan haji, pengalihan utang, dan anjak piutang.18 Dewan Syariah
Nasional juga mendukung pernyataan tersebut dengan adanya kebijakan terkait

1
Imam Mustofa, Fiqih Mu’amalah Kontemporer (Jakarta: Rajawali Pers, 2016), 132- 133.
2
A. Dzajuli, Kaidah-Kaidah Fiqh (Kaidah Hukum Islam dalam Menyelesaikan Masalah yang Praktis),
(Jakarta, Kencana, 2007), 138.
3
A. Munir dan Sudarsono, Dasar-Dasar Agama Islam (Jakarta: PT. Asdi Mahasatya, 1992), 252
pada Fatwa No. 79/DSN-MUI/2011 yang menjelaskan Akad qardh yang dilakukan
dengan akad-akad mu’awadhah bertujuan untuk mendapatkan keuntungan.

Konsep tersebut menerapkan akad qardh ke dalam produk multi akad atau
hybrid contract dengan mengikat pembiayaan antara bank dengan nasabah.
Peneliti memandang Bank Syariah Cabang Palu mengadakan hukum perjanjian
dengan memberi kekuatan hak pada satu pihak untuk mendapatkan prestasi
sekaligus mengikat pihak lain dalam memberikan prestasi. Hal ini sesuai dengan
definisi perjanjian pada Pasal 1313 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. 20
Kontrak dinyatakan sah apabila terdapat kesepakatan dan sebab halal sebagaimana
yang tercantum pada Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

b. Prinsip Bermuamalah Dalam Urusan Dunia


Berdasarkan dasar prinsip hukum ekonomi secara umum, akad qardh
diaplikasikan dalam produk keuangan demi memenuhi kebutuhan masyarakat saat
bermuamalah dalam urusan dunia. Transaksi dengan menggunakan akad qardh
terjadi apabila kedua belah pihak, yakni nasabah dan Bank Syariah sepakat untuk
melakukan persetujuan bersama. Dalam menjalankan prinsip bermuamalah yang
baik, Bank Syariah menerapkan produk layanan keuangan dan jasa sesuai dengan
yang dibutuhkan oleh masyarakat dengan tetap mengacu pada aturan yang
dikeluarkan oleh Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia, Otoritas Jasa
Keuangan, dan Bank Indonesia.
c. Prinsip Kebaikan (Al-Ihsan)
Prinsip kebaikan dalam hukum ekonomi syariah memiliki tujuan untuk
memberikan pemanfaatan yang lebih kepada orang lain.

1) Jasa Take Over Utang

Menurut Pasal 19 Undang-Undang No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan


Syariah, jasa take over utang merupakan pengalihan utang dari pihak yang
berutang kepada pihak lain yang bersedia menanggung dan membayarkan utang
tersebut.22 Pernyataan yang sama juga terlampir dalam Peraturan Bank Indonesia
No. 9/19/PBI/2007 dan Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 12/DSN-MUI/IV/2002.
Dalam prakteknya, Bank Syariah Cabang Palu tak hanya terbuka melakukan take
over nasabah dengan Bank Konvensional, tapi juga antar sesama Bank Syariah
lainnya.
2) Pembiayaan Urusan Haji
Menurut Dewan Syariah Nasional dalam Fatwa No. 29/DSN-MUI/VI/2002, dana
talangan haji dalam pembiayaan urusan haji merupakan proses pengajuan haji
bagi nasabah yang belum memiliki dana yang cukup, sehingga mendapat
talangan dari lembaga keuangan syariah.23 Tapi, setelah turun di lapangan,
peneliti menemukan fakta dan kebijakan dari Bank Syariah Cabang Palu.
Sebelumnya pihak bank menjalankan proses pembiayaan urusan haji berdasarkan
Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 29/DSN-MUI/VI/2002. Sekarang Bank
Syariah Cabang Palu menjalankan pembiayaan urusan haji dengan bermitra
bersama Pegadaian Syariah. Nasabah yang datang ke Bank Syariah akan
diarahkan menuju lokasi mitra untuk melakukan menyelesaikan kesepakatannya
di sana. Apabila telah mendapat persetujuan dari Pegadaian Syariah, maka Bank
Syariah akan langsung membukakan rekening tabungan haji milik nasabah yang
menjadi salah satu persyaratan untuk mendapatkan pembiayaan urusan haji dan
porsi haji.

d. Prinsip Adat Kebiasaan Dijadikan Hukum

Dalam menjalankan layanan keuangan berbasis islami, prinsip hukum


ekonomi syariah memandang perlunya suatu adat kebiasaan yang dapat
dijadikan pertimbangan hukum. Hal ini bermaksud untuk memberikan kekuatan
dan perlindungan hukum pada masing-masing pihak ketika bermuamalah.
Berdasarkan Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 12/DSN-MUI/IV/2002, bentuk
alternatif pelaksanaan jasa take over utang yang berlaku di Perbankan Syariah
yaitu:
ALTERNATIF III

3) Untuk memperoleh aset secara penuh, nasabah melakukan akad ijarah

dengan LKS sesuai dengan Fatwa DSN-MUI No. 09/DSN-MUI/IV/2002;

4) LKS dapat membantu menalangi kewajiban nasabah dengan prinsip dari


akad qardh sesuai Fatwa DSN-MUI No. 19/DSN-MUI/IV/2001;
5) Penggunaan akad ijarah sebagaimana dimaksud pasal 1 (satu) tidak
boleh dipersyaratkan dan harus terpisah dengan pemberian talangan
qardh.
6) Besar imbalan ijarah tidak boleh didasarkan pada besaran dana talangan

qardh.
Dalam Praktiknya Qardh di Perbankan Syariah banyak di implementasikan pada
produk-produk seperti Produk kerjasama dalam Penyaluran Zakat Produktif dengan
BAZNAS, Dana Talangan Haji, Pembiayaan Usaha, Letter of Credit (L/C) Impor dan
Ekspor Syariah dan lain-lain yang merujuk berdasarkan Fatwa DSN-MUI yang telah
dikeluarkan.

Qardh dalam praktik Perbankan syariah memiliki banyak manfaat tidak hanya
bagi nasabah karena dirasa sangat membantu dan tertolong juga bagi Bank itu sendiri,
Qardh ini tidak akan merugikan Bank Syariah dan justru itulah kelebihan dari Bank
syariah yang dalam operasionalnya berbeda dari Bank Konvensional, tidak hanya
mengejar keuntungan tetapi di dalamnya terdapat unsur sosial tabarruâ atau tolong
menolong.

5. Keuntungan Qardh
Adapun keuntungan Qardh antara lain :

1. Qardh dapat membantu sesama yang membutuhkan tanpa adanya persyaratan


keuntungan.

2. Qardh dapat membantu mengurangi kemiskinan dengan memberikan bantuan


kepada yang membutuhkan.

3. Qardh dapat membantu mendorong solidaritas sosial antara sesama umat Islam.

6. Bentuk Qardh

Bentuk Qardh dapat dilakukan antara individu, organisasi, atau bank Islam.
Berikut adalah beberapa bentuk Qardh yang umum dilakukan :

1. Qardh Hasan: Qardh yang dilakukan tanpa adanya persyaratan keuntungan


atau dengan tingkat keuntungan yang sangat minimal.

2. Qardhul Hasanah: Qardh yang dilakukan dengan tujuan memberikan manfaat


kepada pihak penerima pinjaman.

3. Qardhul Qarz: Qardh yang dilakukan untuk membantu pihak penerima


pinjaman untuk melunasi hutang.

7. Rukun dan Ketentuan Syari’ah Qardh

a. Rukun Qardh
1). Pelaku yang terdiri dari pemberi (muqridh) dan penerima pinjaman
(muqtaridh).
2). Objek akad (berupa uang yang dipinjamkan).
3). Ijab kabul (serah terima).
b. Ketentuan syariah
1) Pelaku harus cakap hukum dan baligh.
2) Objek akad
a) Jelas nilai pinjamanya dan waktu pelunasanya.
b) Peminjam diwajibkan membayar pokok pinjaman pada waktu yang
telah disepakati, tidak boleh diperjanjikan akan ada penambahan atas
pokok pinjamanya. Namun peminjam diperbolehkan memberikan
sumbangan secara sukarela.
c) Apabila memang peminjam mengalami kesulitan keuangan maka
waktu peminjaman dapat diperpanjang atau menghapuskan sebagian
atau seluruh kewajibanya. Namun jika peminjam lalai maka dapat
dikenakan denda.
d) Ijab qabul adalah pernyataan dan ekspresi saling ridha/rela diantara
pihak-pihak pelaku akad yang dilakukan secara verbal atau tertulis.

8. Fatwa DSN tentang Qardh

Ketentuan-ketentuan mengenai perihal Qardh ini diatur dalam fatwa DSN NO:
19/DSN-MUI/IV/2001 tentang qardh yang mengatur hal-hal berikut ini :

a. Ketentuan umum al-Qardh

1) Al-Qardh adalah pinjaman yang diberikan kepada nasabah (muqtaridh)


yang memerlukan.
2) Nasabah al-Qardh wajib mengembalikan jumlah pokok yang diterima
pada waktu yang telah disepakati bersama.
3) Biaya administrasi dibebankan kepada nasabah.
4) Lembaga Keuangan Syariah (LKS) dapat meminta jaminan kepada
nasabah bilamana dipandang perlu.
5) Nasabah al-Qardh dapat memberikan tambahan (sumbangan) dengan
sukarela kepada LKS selama tidak diperjanjikan dalam akad.
6) Jika nasabah tidak dapat mengembalikan sebagian atau seluruh
kewajibanya pada saat yang telah disepakati dan LKS telah memastikan
ketidakmampuanya, LKS dapat :
a) Memperpanjang jangka waktu pengembalian.
b) Menghapus (write off) sebagian atau seluruh kewajibanya.
b. Sanksi
1) Dalam hal nasabah tidak menunjukkan keinginan mengembalikan
sebagian atau seluruh kewajibanya dan bukan karena
ketidakmampuanya, LKS dapat menjatuhkan sanksi kepada nasabah.
2) Sanksi yang dijatuhkan kepada nasabah sebagaimana dimaksud butir 1
dapat berupa dan tidak terbatas pada penjualan barang jaminan.
3) Jika barang jaminan tidak mencukupi, nasabah tetap harus memenuhi
kewajibanya secara penuh.

c. Sumber Dana

Dana al-Qardh dapat bersumber dari :

1) Bagian modal LKS


2) Keuntungan LKS yang disisihkan
3) Lembaga lain atau individu yang mempercayakan penyaluran infaq
lembaga lainya kepada LKS.

d. Ketentuan lain

1) Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibanya atau jika terjadi
perselisihan diantara para pihak, maka penyelesaianya dilakukan melalui
Badan Arbitrasi Syariah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui
musyawarah.
2) Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan jika
dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan, akan diubah dan
disempurnakan sebagaimana semestinya.

Skema Al-Qardh

Dari skema di atas maka dapat digambarkan bahwa LKS hanya sebagai
wadah dalam menyalurkan dana umat, baik berupa zakat, infaq, dan shadaqah
dalam bentuk Qard yakni pinjaman tanpa adanya keuntungan. LKS dalam hal
ini memberikan penilaian yang berhak memperoleh pinjaman qard dan LKS
tidak boleh menarik keuntungan yang diperjanjikan. Dalam qard ini nasabah
wajib mengembalikan dana kepada LKS sebesar pinjaman yang telah diperoleh
dalam artian LKS meneriam kembalian modal dari nasabah.
C. Kesimpulan

Dalam perbankan syari’ah, akad qardh dijalankan untuk fungsi sosial bank.
Dananya diambil dari dana zakat, infak, shadaqah atau diambilkan dari sebagian
keuntungan bank. Qardh merupakan suatu bentuk pinjaman dalam Islam yang
dilakukan secara sukarela tanpa adanya persyaratan keuntungan bagi pihak
pemberi pinjaman. Artinya, pihak pemberi pinjaman tidak boleh mengambil
keuntungan atas pinjaman yang diberikan. Qardh juga dapat dilakukan antara
individu, organisasi, atau bank Islam. Dalam pelaksanaannya, LKS harus mengikuti
rukun dan syarat qardh dan akad qardh.
Daftar Pustaka

Qardh - Pengertian Dan Prinsip Dasar Yang Perlu Diketahui - CBM ID


(citrabajamandiri.com)

Akad Qardh Pada Perbankan Syariah Di Indonesia Perspektif Maqashid Sayriah Dr.
Jasser Auda | Ghozali | Jurnal Masharif Al-Syariah: Jurnal Ekonomi dan Perbankan
Syariah (um-surabaya.ac.id)

Akad Qardh Dalam Lembaga Keuangan Syariah Al-Amwal, Vol. 3, No. 1, Maret 2018

DSN-MUI. (2019). Himpunan Fatwa Perbankan Syariah. Jakarta: Emir.

Hidayatullah, Syarif. (2021). Dasar-Dasar Fikih Muamalat (Hukum Ekonomi Syariah) Dan
Aplikasinya Pada Produk-Produk Bank Syariah. (Kata pengantar oleh.; Hasanudin, ed.;
Abdul Wahab Abd. Muhaimin.). Jakarta: Gaung Persada.

Konsep dan Implementasi Akad Qardh pada Perbankan Syariah (republika.co.id)

Pusat Pengkajian Hukum Islam dan Masyarakat Madani. (2017). Kompilasi Hukum
Ekonomi Syariah. Jakarta: Kencana.

Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R &
Bandung: Alfabeta.

Anda mungkin juga menyukai