Abstract
Financial institutions are institutions that have an important role in managing people's
funds. as is the case, Islamic banking which provides a wide range of products offered
to the people. This paper will examine one of the products of Islamic financial
institutions, namely Qardh. The discussion of this paper emphasizes the Application of
Qardh Contracts in Islamic Financial Institutions. The results of the study show that the
application of qardh contracts in LKS must follow the pillars and conditions of qardh,
qardh and shigat qardh contracts. LKS as a forum for channeling people's funds. Such
as: zakat, infaq, and shadaqah in the form of Qard. Qardh is a form of loan in Islam that
is done voluntarily without any profit requirements for the lender. That is, the lender
may not take advantage of the loan provided. Qardh can also be done between
individuals, organizations or Islamic banks.
Keywords: Implementation, Qardh, Islamic Bank, LKS
Abstrak
Lembaga Keuangan merupakan lembaga yang memiliki peran penting dalam mengelolah dana
umat. seperti halnya, perbankan Syariah yang menyediakan berbagai macam produk yang
ditawarkan kepada umat. Tulisan ini akan mengkaji salah satu produk lembaga keuangan
syariah yakni Qardh. Pembahasaan tulisan ini menekankan pada Penerapan Akad Qardh dalam
Lembaga Keuangan Syari’ah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan akad qardh dalam
LKS harus mengikuti rukun dan syarat qardh, akad qardh dan shigat qardh. LKS sebagai wadah
dalam menyalurkan dana umat. Seperti: zakat, infaq, dan shadaqah dalam bentuk Qard. Qardh
merupakan suatu bentuk pinjaman dalam islam yang dilakukan secara sukarela tanpa adanya
persyaratan keuntungan bagi pihak pemberi pinjaman. Artinya, pihak pemberi pinjaman tidak
boleh mengambil keuntungan atas pinjaman yang diberikan. Qardh juga dapat dilakukan antara
individu, organisasi, atau bank islam.
Dalam beragama islam hubungan antara sesama muslim bisa diibaratkan seperti
tubuh manusia. Jika salah satu dari anggota tubuh sakit maka yang lain akan
merasakan sakit. Bahwa hubungan ini dilandasi adanya rasa saling perduli antara umat
muslim. Karena dengan keperdulian antara sesama mewujudkan keadilan dan
ketentraman di kehidupan kita sehari-hari. Kehidupan saling perduli yang
menimbulkan keadilan sudah diajarkan oleh Rasullulah sejak zaman dahulu. Para
sahabat Nabi yaitu kaum muhajirin dan ansor ketika di Madinah, kedua kaum tersebut
berasal dari dua kota dan budaya yang berbeda akan tetapi Rasullulah memerintahkan
mereka untuk saling perduli satu sama lain. Bahkan keperdulian mereka seperti
saudara sedarah karena intensitas keperdulian dalam menolong sesama sahabat.
Di bidang perekonomian islam, terdapat akad dalam membantu orang lain yang
sangat manusiawi sekali, salah satunya yaitu akad qardh. Dimana seseorang
meminjami sesuatu kepada orang lain tanpa mengaharapkan imbalan apapun dari
pinajaman tersebut, artinya orang yang meminjam hanya mengembalikan pinjaman
sesuai apa yang dipinjam tanpa ada tambahan apapun. Dalam hadist: “Tiada orang
muslim yang memberikan utang kepada seorang muslimin dua kali, kecuali
piutangnya bagaikan sedekah satu kali” (HR. Ibnu Majah). Dari hadist diatas adalah
bukti bahwa islam dianggap masyarakat sebagai solusi bukan lagi masalah. Dan
maslahah akad qardh dapat kita rasakan sampai sekarang, bahkan menjadi solusi di
masyarkat dan lembaga keuangan syariah.
Oleh karena itu melihat dengan kondisi masayrakat saat ini akad qardh bisa
menjadi pembeda antara lembaga keuangan Syariah dan lembaga keuangan
konvensional. Dalam lembaga keuangan Syariah tidak hanya memikirkan profit, tetapi
mengenai nilai-nilai sosial yang diajarkan oleh Rasulullah. Sehingga asumsi masyarakat
umum mengenai lembaga keuangan Syariah sama dengan lembaga keuangan
konvensional akan hilang. Untuk itu penulis mengkaji lebih dalam terkait dengan akad
qardh pada perbankan syariah perspektif maqashid syariah.
B. Pembahasan
1. Pengertian Qardh
Qardh dalam arti bahasa berasal dari kata qarada yang sinonimnya qatha’a yang
berarti memotong. Diartikan demikian karena orang yang memberikan utang
memotong sebagian dari hartanya untuk diberikan kepada orang yang menerima utang
(muqtaridh).
Menurut Syafi’i Antonio, qardh adalah pemberian harta kepada orang lain yang
dapat ditagih atau diminta kembali atau dengan kata lain meminjamkan tanpa
mengharap imbalan.
Menurut Bank Indonesia , qardh adalah akad pinjaman dari bank (muqridh)
kepada pihak tertentu (muqtaridh) yang wajib dikembalikan dengan jumlah yang sama
sesuai pinjaman.
Qardh adalah pinjaman uang. Pinjaman qardh biasanya diberikan oleh bank
kepada nasabahnya sebagai fasilitas pinjaman talangan pada saat nasabah mengalami
overdraft. Fasilitas ini dapat merupakan bagian dari satu paket pembiayaan lain, untuk
memudahkan nasabah bertransaksi.
Memberi hutang merupakan kebaikan yang dianjurkan, karena, hal itu berarti
membantu menunaikan hajat orang yang membutuhkan. Semakin kebutuhan itu
mendesak dan amalnya semakin ikhlas karena Allah, maka pahalanya semakin besar.
Memberi hutang ibarat bersedekah dengan setengahnya.
a. Al-Qur’an
QS. Al-Hadiid: 11
َم ْن َذ ا اَّلِذ ْي ُيْقِر ُض َهّٰللا َقْر ًضا َحَس ًنا َفُيٰض ِع َفٗه َلٗه َو َلٓٗه َاْج ٌر َك ِر ْيٌم
Artinya: Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik,
Maka Allah akan melipat-gandakan (balasan) pinjaman itu untuknya, dan Dia
akan memperoleh pahala yang banyak.
QS. An-Naml; 89
َم ْن َج ۤا َء ِباْلَح َس َنِة َفَلٗه َخ ْيٌر ِّم ْنَهۚا َو ُهْم ِّم ْن َفَز ٍع َّيْو َم ِٕىٍذ ٰا ِم ُنْو َن
Artinya: Barangsiapa yang membawa kebaikan, Maka ia memperoleh (balasan)
yang lebih baik dari padanya, sedang mereka itu adalah orang-orang yang aman
tenteram dari pada kejutan yang dahsyat pada hari itu.
b. Al-Hadis
عن ابن مسعود أن النبي صلى هللا عليه وسلم قال ما من مسلم يقرض مسلما قرضا مرتين اال
كان كصد فتها مرة
Artinya; Ibnu Mas’ud meriwayatkan bahwa Nabi Saw, berkata, “Bukan seorang
muslim (mereka) yang meminjamkan muslim (lainnya) dua kali kecuali yang
satunya adalah (senilai) sedekah (HR. Ibnu Majah no. 2420, Kitab al-Ahkam)
Artinya; Bahwa Rasulullah berkata, “Aku melihat pada waktu malam di-Isra-
kan, pada pintu surge tertulis: sedekah dibalas sepuluh kali lipat dan qardh
delapan belas kali. Aku bertanya, Wahai Jibril, mengapa qardh lebih utama dari
sedekah. Ia menjawab, „karena peminta-minta sesuatu dana ia punya,
sedangkan yang meminjam tidak akan meminjam kecuali karena keperluan.
(HR. Ibnu Majah no. 2421, Kitab al-Ahkam)
c. Ijma’
Para ulama menyatakan bahwa Qardh diperbolehkan. Qardh bersifat mandub
(dianjurkan) bagi muqridh (orang yang mengutangi) dan mubah bagi muqtaridh
(orang yang berutang) kesepakatan ulama ini didasari kebiasaan manusia yang
tidak bisa hidup tanpa pertolongan dan bantuan saudaranya. Tidak ada seorang
pun yang memiliki segala barang yang ia butuhkan. Oleh karena itu, pinjam
meminjam sudah menjadi satu bagian dari kehidupan di dunia ini. Islam adalah
agama yang sangat memperhatikan segenap kebutuhan umatnya.1
d. Kaidah Fikih:
Adapun dasar hukum hutang-piutang (qardh) dalam kaidah fikih mu’amalah
adalah:
واأل صل في العقود والمعامالت الصحة حتى يقوم دليل على البطالن والتحريم
Artinya: “Hukum asal dalam berbagai perjanjian dan muamalat adalah sah sampai
adanya dalil yang menunjukkan kebatilan dan keharamannya.”
ُك ُّل َقْر ٍض َج َّر َم ْنَفَع ًة َفُهَو ِر ًبا
Artinya: “Setiap pinjaman yang menarik manfaat (oleh kreditor) adalah sama
dengan riba.”2 Pihak yang meminjami mempunyai pahala sunat. Sedangkan
dilihat dari sudut peminjam, maka hukumnya boleh, tidak ada keberatan dalam
hal itu. Jadi, hukum memberi hutang hukumnya sunat malah menjadi wajib,
seperti mengutangi orang yang terlantar atau yang sangat perlu atau berhajat.3
a. Prinsip Keadilan
Demi mewujudkan prinsip keadilan, adanya landasan yuridis yang mengatur
mengenai ketentuan akad qardh yakni: Fatwa Dewan Syariah Nasional No.
19/DSN-MUI/IV/2001 dan Peraturan Bank Indonesia Nomor 9/19/PBI/2007. Aturan
hukum tersebut mengatur praktik penerapan qardh dalam produk keuangan secara
umum. Dalam praktiknya peneliti menemukan bahwa Bank Syariah Cabang Palu
menerapkan produk qardh dengan akad mu’awadhah. Maksudnya, praktik
transaksi qardh yang dilakukan itu terikat dengan akad lain yang saling
berkesinambungan. Akad-akad tersebut diantaranya adalah: akad hawalah, rahn
dan ijarah (ujrah).
Kebijakan akad qardh jenis mu’awadhah dilandasi dari penjelasan Otoritas Jasa
Keuangan mengenai qardh yang hadir sebagai pelengkap transaksi lain dengan
menggunakan akad mu’awadhah dalam produk yang bertujuan komersial.
Penggunaan dana pihak ketiga hanya diperuntukkan untuk produk rahn emas,
pembiayaan urusan haji, pengalihan utang, dan anjak piutang.18 Dewan Syariah
Nasional juga mendukung pernyataan tersebut dengan adanya kebijakan terkait
1
Imam Mustofa, Fiqih Mu’amalah Kontemporer (Jakarta: Rajawali Pers, 2016), 132- 133.
2
A. Dzajuli, Kaidah-Kaidah Fiqh (Kaidah Hukum Islam dalam Menyelesaikan Masalah yang Praktis),
(Jakarta, Kencana, 2007), 138.
3
A. Munir dan Sudarsono, Dasar-Dasar Agama Islam (Jakarta: PT. Asdi Mahasatya, 1992), 252
pada Fatwa No. 79/DSN-MUI/2011 yang menjelaskan Akad qardh yang dilakukan
dengan akad-akad mu’awadhah bertujuan untuk mendapatkan keuntungan.
Konsep tersebut menerapkan akad qardh ke dalam produk multi akad atau
hybrid contract dengan mengikat pembiayaan antara bank dengan nasabah.
Peneliti memandang Bank Syariah Cabang Palu mengadakan hukum perjanjian
dengan memberi kekuatan hak pada satu pihak untuk mendapatkan prestasi
sekaligus mengikat pihak lain dalam memberikan prestasi. Hal ini sesuai dengan
definisi perjanjian pada Pasal 1313 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. 20
Kontrak dinyatakan sah apabila terdapat kesepakatan dan sebab halal sebagaimana
yang tercantum pada Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
qardh.
Dalam Praktiknya Qardh di Perbankan Syariah banyak di implementasikan pada
produk-produk seperti Produk kerjasama dalam Penyaluran Zakat Produktif dengan
BAZNAS, Dana Talangan Haji, Pembiayaan Usaha, Letter of Credit (L/C) Impor dan
Ekspor Syariah dan lain-lain yang merujuk berdasarkan Fatwa DSN-MUI yang telah
dikeluarkan.
Qardh dalam praktik Perbankan syariah memiliki banyak manfaat tidak hanya
bagi nasabah karena dirasa sangat membantu dan tertolong juga bagi Bank itu sendiri,
Qardh ini tidak akan merugikan Bank Syariah dan justru itulah kelebihan dari Bank
syariah yang dalam operasionalnya berbeda dari Bank Konvensional, tidak hanya
mengejar keuntungan tetapi di dalamnya terdapat unsur sosial tabarruâ atau tolong
menolong.
5. Keuntungan Qardh
Adapun keuntungan Qardh antara lain :
3. Qardh dapat membantu mendorong solidaritas sosial antara sesama umat Islam.
6. Bentuk Qardh
Bentuk Qardh dapat dilakukan antara individu, organisasi, atau bank Islam.
Berikut adalah beberapa bentuk Qardh yang umum dilakukan :
a. Rukun Qardh
1). Pelaku yang terdiri dari pemberi (muqridh) dan penerima pinjaman
(muqtaridh).
2). Objek akad (berupa uang yang dipinjamkan).
3). Ijab kabul (serah terima).
b. Ketentuan syariah
1) Pelaku harus cakap hukum dan baligh.
2) Objek akad
a) Jelas nilai pinjamanya dan waktu pelunasanya.
b) Peminjam diwajibkan membayar pokok pinjaman pada waktu yang
telah disepakati, tidak boleh diperjanjikan akan ada penambahan atas
pokok pinjamanya. Namun peminjam diperbolehkan memberikan
sumbangan secara sukarela.
c) Apabila memang peminjam mengalami kesulitan keuangan maka
waktu peminjaman dapat diperpanjang atau menghapuskan sebagian
atau seluruh kewajibanya. Namun jika peminjam lalai maka dapat
dikenakan denda.
d) Ijab qabul adalah pernyataan dan ekspresi saling ridha/rela diantara
pihak-pihak pelaku akad yang dilakukan secara verbal atau tertulis.
Ketentuan-ketentuan mengenai perihal Qardh ini diatur dalam fatwa DSN NO:
19/DSN-MUI/IV/2001 tentang qardh yang mengatur hal-hal berikut ini :
c. Sumber Dana
d. Ketentuan lain
1) Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibanya atau jika terjadi
perselisihan diantara para pihak, maka penyelesaianya dilakukan melalui
Badan Arbitrasi Syariah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui
musyawarah.
2) Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan jika
dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan, akan diubah dan
disempurnakan sebagaimana semestinya.
Skema Al-Qardh
Dari skema di atas maka dapat digambarkan bahwa LKS hanya sebagai
wadah dalam menyalurkan dana umat, baik berupa zakat, infaq, dan shadaqah
dalam bentuk Qard yakni pinjaman tanpa adanya keuntungan. LKS dalam hal
ini memberikan penilaian yang berhak memperoleh pinjaman qard dan LKS
tidak boleh menarik keuntungan yang diperjanjikan. Dalam qard ini nasabah
wajib mengembalikan dana kepada LKS sebesar pinjaman yang telah diperoleh
dalam artian LKS meneriam kembalian modal dari nasabah.
C. Kesimpulan
Dalam perbankan syari’ah, akad qardh dijalankan untuk fungsi sosial bank.
Dananya diambil dari dana zakat, infak, shadaqah atau diambilkan dari sebagian
keuntungan bank. Qardh merupakan suatu bentuk pinjaman dalam Islam yang
dilakukan secara sukarela tanpa adanya persyaratan keuntungan bagi pihak
pemberi pinjaman. Artinya, pihak pemberi pinjaman tidak boleh mengambil
keuntungan atas pinjaman yang diberikan. Qardh juga dapat dilakukan antara
individu, organisasi, atau bank Islam. Dalam pelaksanaannya, LKS harus mengikuti
rukun dan syarat qardh dan akad qardh.
Daftar Pustaka
Akad Qardh Pada Perbankan Syariah Di Indonesia Perspektif Maqashid Sayriah Dr.
Jasser Auda | Ghozali | Jurnal Masharif Al-Syariah: Jurnal Ekonomi dan Perbankan
Syariah (um-surabaya.ac.id)
Akad Qardh Dalam Lembaga Keuangan Syariah Al-Amwal, Vol. 3, No. 1, Maret 2018
Hidayatullah, Syarif. (2021). Dasar-Dasar Fikih Muamalat (Hukum Ekonomi Syariah) Dan
Aplikasinya Pada Produk-Produk Bank Syariah. (Kata pengantar oleh.; Hasanudin, ed.;
Abdul Wahab Abd. Muhaimin.). Jakarta: Gaung Persada.
Pusat Pengkajian Hukum Islam dan Masyarakat Madani. (2017). Kompilasi Hukum
Ekonomi Syariah. Jakarta: Kencana.
Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R &
Bandung: Alfabeta.