Anda di halaman 1dari 6

PENDALAMAN MATERI

(Lembar Kerja Resume Modul)

A. Judul Modul : FIQIH


B. Kegiatan Belajar : BANK,RENTE DAN FEE (KB 3)
C. Nama : GHEA YOGI PRIAWAN
D. Kelompok Kelas : PPG PAI 11
E. Refleksi

BUTIR
NO RESPON/JAWABAN
REFLEKSI
PETA KONSEP

Konsep
(Beberapa
1
istilah dan
definisi) di KB

Konsep Bank dalam Ajaran Islam


Dalam Ensiklopedia Indonesia, bank atau perbankan adalah lembaga keuangan
yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa dalam lalu lintas
pembayaran serta peredaran uang dengan tujuan memenuhi kebutuhan kredit
dengan modal sendiri atau orang lain
Ada dua jenis Bank di Indonesia, yaitu :
- Bank Konvensional adalah Bank yang menjalankan kegiatan usahanya
secara konvensional dan berdasarkan jenisnya terdiri atas Bank Umum
Konvensional dan Bank Perkreditan Rakyat.

1
- Bank Syariah adalah Bank yang menjalankan kegiatan usahanya
berdasarkan Prinsip Syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank
Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.
Bank Syariah
Bank Syariah adalah sebuah Lembaga keuangan yang melakukan
penghimpunan dana nasabah dan menginvestasikannya dengan tujuan
membangkitkan ekonomi masyarakat muslim dan merealisasikan hubungan
kerja sama Islami berdasarkan syariah Islam. Diantara konsep paling penting
adalah menjauhi transaksi ribawi dan akad-akad yang dilarang.
Asas Perbankan Syariah dalam melakukan kegiatan usahanya adalah Prinsip
Syariah, demokrasi ekonomi, dan prinsip kehati-hatian. Adapun yang dimaksud
dengan prinsip syariah adalah prinsip-prinsip yang sejalan dengan tuntunan
ekonomi Islam seperti menghindari riba, gharar (tipuan) dan maysir (judi).
Prinsip-prinsip syariah menghindari bunga bank adalah sebagai berikut:
- wadiah yaitu titipan uang, barang dan surat - surat berharga. Dalam
operasinya bank Islam menghimpun dengan cara menerima deposito
berupa uang, benda dan surat berharga sebagai amanat yang wajib
dijaga keselamatannya oleh bank Islam.
- mudharabah (kerja sama antara pemilik modal dengan pelaksana)
- musyarakah/syirkah (persekutuan). Pihak bank dan pengusaha sama-sama
mempunyai andil (saham) pada usaha patungan.
- murabahah (jual beli barang dengan tambahan harga atas dasar harga
pembelian yang pertama secara jujur)
- Qard hasan (pinjaman yang baik). Bank Islam dapat memberikan
pinjaman tanpa bunga kepada para nasabah yang baik terutama para
nasabah yang memiliki deposito di bank Islam.
- Ijarah, yaitu akad sewa-menyewa antara satu atau dua orang, atau antara
satu lembaga dengan lembaga lain berdasarkan prinsip syariah.
- Hiwalah, yaitu akad perpindahan utang dari si A kepada B atau C yang
tidak bertentangan dengan prinsip syariah.
Islam mendorong praktik bagi hasil yang dilakukan oleh bank syariah serta
mengharamkan riba. Keduanya sama-sama memberi keuntungan bagi pemilik
dana, namun keduanya mempunyai perbedaan yaitu ;

2
Rente atau Bunga Bank
Rente adalah istilah yang berasal dari bahasa Belanda yang berarti bunga.
Bunga adalah sejumlah uang yang dibayar atau tambahan untuk penggunaan
modal. Jumlah tersebut misalnya dinyatakan dengan satu tingkat atau
prosentase modal yang berkaitan dengan itu dan biasa dinamakan suku bunga
modal.
Bank (perbankan) adalah suatu lembaga keuangan yang usaha pokoknya
adalah simpan-pinjam, memberikan kredit dan jasa-jasa dalam lalu lintas
pembayaran serta peredaran uang, dengan tujuan memenuhi kredit dengan
modal sendiri atau orang lain.
Sedangkan secara leksikal, bunga sebagai terjemahan dari kata interest yang
berarti tanggungan pinjaman uang, yang biasanya dinyatakan dengan
persentase dari uang yang dipinjamkan. Bunga bank juga diartikan adalah
kelebihan jasa yang harus dibayarkan kepada bank dari pihak peminjam atau
pihak yang berhutang.
Bunga bank adalah sebuah sistem yang diterapkan oleh bank- bank
konvensional (non Islam) sebagai suatu lembaga keuangan yang mana fungsi
utamanya menghimpun dana untuk kemudian disalurkan kepada yang
memerlukan dana (pendanaan), baik perorangan maupun badan usaha, yang
berguna untuk investasi produktif dan lain-lain.
Hukum Rente atau Bunga Bank
Hukum bunga bank, mantan syekh dan seorang mufti Sayyid
Thantawi menyatakan bahwa bunga deposito berjangka di bank yang
ditetapkan besar persentasenya terlebih dahulu itu tidak haram menurut Islam.
Fatwa ini sejalan dengan apa yang ditulis oleh Rasyid Ridha dalam Tafsit al-
Manar, “Tidak termasuk riba seseorang yang memberikan kepada orang lain uang
untuk diinvestasikan sambil menentukan baginya dari hasil usaha tersebut kadar
tertentu. Karena transaksi semacam ini menguntungkan bagi pemilik dan pengelola
modal. Sedangkan riba yang diharamkan itu merugikan salah satu pihak tanpa alasan
serta menguntungkan pihak lain tanpa usaha.”
Konsep bunga bank terdapat perbedaan sikap para ulama dalam
menghukuminya. terdapat empat kelompok ulama tentang hukum
bunga bank :
- Pertama kelompok muharrimun (kelompok yang menghukuminya haram
secara mutlak).
Abu Zahra, Abu A’la al-Maududi, M. Abdullah al-Araby dan Yusuf Qardhawi,
Sayyid Sabiq, Jaad al-Haqq Ali Jadd al-Haqq dan Fuad Muhammad Fachruddin.
Mereka berpendapat bahwa bunga bank itu riba nasiah yang mutlak
keharamannya oleh karena itu, umat Islam tidak boleh berhubungan dengan
bank yang memakai sistem bunga, kecuali dalam keadaan darurat.
- Kedua, kelompok yang mengharamkan jika bersifat konsumtif.

3
Mustafa A. Zarqa. Beliau berpendapat bahwa riba yang diharamkan adalah
yang bersifat konsumtif seperti yang berlaku pada zaman jahiliyah sebagai
bentuk pemerasan kepada kaum lemah yang konsumtif berbeda yang bersifat
produktif tidaklah termasuk haram.
- Ketiga, muhallilun (kelompok yang menghalalkan) dan
A. Hasan (persis). Beliau berpendapat bahwa bunga
bank (rente) seperti yang berlaku di Indonesia bukan termasuk riba yang
diharamkan karena
tidak berlipat ganda
- keempat, kelompok yang menganggapnya syubhat.
Majlis Tarjih Muhammadiyah dalam muktamar di Sidoarjo 1968
memutuskan bahwa bunga yang diberikan oleh bank kepada para nasabahnya
atau sebaliknya termasuk perkara syubhat (belum jelas keharamannya).

Konsep Riba dalam Ajaran Islam


Secara bahasa, kata riba berarti tambahan. Dalam istilah hukum Islam, riba
berarti tambahan baik berupa tunai, benda, maupun jasa yang mengharuskan
pihak peminjam untuk membayar selain jumlah uang yang dipinjamkan kepada
pihak yang meminjamkan pada waktu pengembalian uang pinjaman, semakin
lama waktu pembayaran semakin besar pula tambahannya. Riba jenis ini
disebut riba nasiah.
Riba nasiah mengandung tiga unsur.
- Pertama, terdapat tambahan pembayaran atau modal yang dipinjamkan.
- Kedua, tambahan itu tanpa resiko kecuali sebagai imbalan dari tenggang
waktu yang diperoleh si peminjam.
- Ketiga, tambahan itu disyaratkan dalam bentuk pemberian piutang dan
tenggang waktu. Bandingkan dengan kasus lain, penambahan yang
dilakukan oleh orang yang berhutang ketika membayar dan tanpa ada
syarat sebelumnya, hal itu dibolehkan, bahkan dianggap perbuatan ihsan
(baik) yang pernah dicontohkan oleh Rasulullah
Fuqaha membedakan mana tambahan yang termasuk riba atau tindakan terpuji.
Menurut mereka tambahan pembayaran hutang yang termasuk riba jika
tambahan tersebut disyaratkan pada waktu aqad. Sedangkan tambahan yang
terpuji itu tidak dijanjikan pada waktu aqad.
Selain riba nasiah dalam kajian fiqh dikenal juga riba dalam bentuk lain yang
disebut dengan riba fadhal. Menurut Ibnu Qayyum, riba fadhal ialah riba yang
kedudukannya sebagai penunjang keharaman riba nasiah.
Tahapan Pengharaman Riba
Adapun tahap-tahap pelarangan riba dalam al-Qur'an dapat dijelaskan sebagai
berikut:
Tahap pertama, bahwa riba akan menjauhkan kekayaan dari keberkahan
Allah, sedangkan shodaqoh akan meningkatkan keberkahan berlipat
ganda (QS. Ar-Rum: 39).
Tahap kedua, pada awal periode Madinah, praktik riba dikutuk dengan
keras, sejalan dengan larangan pada kitab-kitab terdahulu. Riba
dipersamakan dengan mereka yang mengambil kekayaan orang lain
secara tidak benar dan mengancam kedua belah pihak dengan siksa
Allah yang pedih (QS. An-Nisa’: 120-161).

4
Tahap ketiga, keharaman riba dikaitkan pada suatu tambahan yang
berlipat ganda (QS. Ali Imran: 130). Ayat ini turun setelah perang Uhud
yaitu tahun ke-3 Hijriyah.
Tahap keempat merupakan tahap terakhir yang dengan tegas dan jelas
Allah
mengharamkan riba, menegaskan perbedaan yang jelas antara jual beli
dan riba dan menuntut kaum Muslimin agar menghapuskan seluruh
hutang-pihutang yang mengandung riba (QS. Al-Baqarah:278-279)
Yususf Qardhawi dan Sayyid Sabiq memberikan komentar yang senada tentang
bahaya riba dalam konteks kehidupan personal dan sosial. Menurut Yusuf
Qardhawi dalam kitabnya al-halal wa al-haram menyatakan bahwa :
- Dalam praktek riba terdapat kezaliman. dalam bentuk pengambilan
harta orang lain tanpa hak.
- Terkandung potensi secara psikologis yang dapat melemahkan
kreativitas manusia untuk bekerja, sehingga manusia melalaikan
perdagangannya dan aktivitas ekonomi lainnya yang mampu memutus
kreativitas hidupnya.
- Berpotensi besar untuk menghilangkan nilai kebaikan dan keadilan
dalam hutang piutang
- Sangat tidak memiliki nilai kemanusiaan karena di dalamnya terdapat
eksploitasi terhadap kaum lemah
Sayyid Sabiq juga menguraikan dampak negatif yang
diakibatkan oleh riba :
- akan dapat menimbulkan potensi permusuhan
- berpotensi untuk melahirkan mental hidup mewah (pemboros), pemalas
yang tidak mau bekerja dan menimbulkan penimbunan harta tanpa
usaha
- merupakan salah satu cara penjajahan.
Wahbah Zuhaili juga mengungkapkan hikmah keharaman riba yaitu
mengakibatkan kesusahan bagi orang-orang yang membutuhkan, mematikan
unsur-unsur kasih sayang dan rahmat bagi manusia, menghilangkan nilai
tolong-menolong dalam kehidupan, eksploitasi orang kaya terhadap orang
miskin, dan menyebabkan mudharat yang besar bagi masyarakat.

Konsep Fee dalam Ajaran Islam


Fee artinya pungutan dana yang dibebankan kepada nasabah bank untuk
kepentingan administrasi, seperti keperluan kertas, biaya operasional, dan lain-
lain. Pungutan itu pada hakikatnya bisa dikategorikan bunga
- Bagi kelompok ulama yang mengharamkan bunga bank, maka mereka
pun mengharamkan fee, karena berarti itu kelebihan, yaitu dengan
mengambil manfaat dari sebuah transaksi utang piutang. Tegasnya,
mereka menganggap fee adalah riba, meskipun fee itu digunakan untuk
dana operasional.
- Sedangkan ulama yang menghalalkan bunga bank dengan alasan
keadaan bank itu darurat atau alasan lainnya, mereka pun mengatakan
bahwa fee bukan termasuk riba, oleh karena itu hukumnya boleh selain
alasan bahwa tanpa fee, maka bank tidak bisa beroperasi maka
keberadaan sesuatu sebagai alat sama hukumnya dengan keberadaan
asal. Dalam hal ini, hukum fee sama dengan bunga bank, yaitu boleh

5
Daftar materi
pada KB
2 Materi yang belum difami yaitu mengenai riba fadhl
yang sulit
dipahami

Daftar materi
yang sering
mengalami
3 Materi yang sering miskonsepsi tentang fee
miskonsepsi
dalam
pembelajaran

Anda mungkin juga menyukai