Akad jual beli adalah suatu kesepakatan antara penjual dan pembeli. Dalam agama Islam, aktivitas
perdagangan yang dilakukan tanpa adanya akad, maka kegiatan jual beli dianggap tidak sah.
rukun akad jual beli adalah suatu hal yang wajib terpenuhi sebelum Anda melakukan proses transaksi
untuk menentukan tingkat keabsahannya. Berikut adalah beberapa contoh dari rukun dalam kegiatan
jual beli.
Dalam akad, harus ada penjual dan pembeli agar aktivitas perdagangan bisa dilakukan secara sah. Selain
itu, akan lebih baik jika akad dilakukan tatap muka secara langsung untuk mencegah rasa ketidakpuasan
atau salah paham yang bisa muncul.
2. Objek
Objek akad dapat berbentuk barang ataupun jasa yang bisa diterima nilainya dan terjamin halal.
Misalnya, akad jual beli rumah, baju dan makanan.
3. Pengucapan Akad
Pengucapan akad berisikan tentang pernyataan bahwa penjual menyetujui kesepakatan dari pembeli
dan bersedia untuk memberikan barang yang dijual untuk ditukar dengan alat transaksi seperti uang
atau harta lain.
Selain rukun, setidaknya ada tiga syarat utama yang harus dipenuhi akad jual beli dalam Islam. Ketiga
syarat tersebut antara lain.
Dalam akad, semua pihak yang terlibat baik penjual maupun pembeli harus ikhlas dalam melakukan
transaksi. Wajib hukumnya untuk menegaskan bahwa tidak ada pihak yang terpaksa dalam aktivitas
tersebut. Kalau ada salah satu pihak yang merasa tidak ikhlas, maka kegiatan jual beli dapat dianggap
tidak sah.
Kegiatan jual beli hanya bisa terealisasikan untuk orang yang telah memenuhi syarat sah menggunakan
hartanya dalam akad. Beberapa contoh syarat tersebut antara lain:
- Kegiatan jual beli wajib dilakukan oleh orang yang memiliki akal.
- Bukan merupakan hamba sahaya para saudagar dan telah merdeka atas keinginannya sendiri.
Dalam contoh akad jual beli, objek yang diperjualbelikan harus bersifat halal dan tidak dilarang
oleh agama Islam.
Pembiayaan dengan prinsip jual-beli ditujukan untuk memiliki barang, sedangkan yang menggunakan
prinsip sewa ditujukan untuk mendapatkan jasa. Prinsip bagi hasil digunakan untuk usaha kerjasama
yang ditujukan guna mendapatkan barang dan jasa sekaligus.
Dalam perbankan syariah ada beberapa bentuk pembiayaan yang diterapkan dalam bank syariah yaitu:
1. Pembiayaan Murabahah dan Isthisna’
Murabahah adalah akad jual beli barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan (marjin)
yang disepakati oleh penjual dan pembeli. Akad ini merupakan salah satu bentuk natural certainty
contracts, karena dalam murabahah ditentukan berapa required rate of profit-nya (keuntungan yang
ingin diperoleh). Murabahah dapat dilakukan berdasarkan pesanan atau tanpa pesanan.
Dalam murabahah berdasarkan pesanan, bank melakukan pembelian barang setelah ada pemesanan
dari nasabah, dan dapat bersifat mengikat atau tidak mengikat nasabah untuk membeli barang yang
dipesannya (bank apat meminta uang muka pembelian kepada nasabah). Dalam murabahah
berdasarkan pesanan yang bersifat mengikat, pembeli tidak dapat membatalkan pesanannya.
Berdasarkan sumber dana yang digunakan, pembiayaan murabahah secara garis besar dapat dibedakan
menjadi tiga kelompok yaitu:
a. Pembiayaan murabahah yang didanai dengan URIA (UnRestricted Investment Account = investasi
tidak terikat).
b. Pembiayaan murabahah yang didanai dengan RIA (Restricted Investment Account = investasi terikat).
Pembiayaan istisna’ adalah merupakan transaksi jual beli cicilan seperti transaksi murabahah muajjal.
Namun, berbeda dengan jual-beli murabahah dimana barang diserahkan di muka sedangkan uangnya
dibayar cicilan, dalam jual-beli istishna’ barang diserahkan dibelakang walaupun uangnya juga sama-
sama dibayar secara cicilan.
Transaksi Ijarah adalahhak untuk memanfaatkan barang/jasa dengan membayar imbalan tertentu.
Menurut fatwa dewan syari’ah nasional, ijarah adalah akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu
barang atau jasa dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa/upah, tanpa diikuti dengan
pemindahan kepemilikan barang itu sendiri. Dengan demikian, dalam akad ijarah tidak ada perubahan
kepemilikan barang itu sendiri. Dengan demikian, dalam akad ijarah tidak ada perubahan kepemilikan,
tetapi hanya perpindahan hak guna saja dari yang menyewakan kepada penyewa.
Ijarah muntahia bittamlik(IMBT) merupakan rangkaian dua buah akad, yakni akad al-Bai’dan akad ijarah
muntahia bittamlik (IMBT). Al-Bai’ merupakan akad jual-beli, sedangkan IMBT merupakan kombinasi
antara sewamenyewa (ijarah) dan jual beli atau hibah di akhir masa sewa. Dalam ijarah muntahia
bittamlik, pemindahan hak milik barang terjadi dengan salah satu dari dua caraberikut ini:
a. Pihak yang menyewakan berjanji akan menjual barang yang disewakan tersebut pada akhir masa
sewa.
b. Pihak yang menyewakan berjanji akan menghibahkan barang yang disewakan tersebut pada akhir
masa sewa
3. . Pembiayaan Mudharabah Mudharabah adalah akad yang telah dikenal oleh umat muslim sejak
zaman nabi, bahkan telah dipraktikkan oleh bangsa Arab sebelum turunya Islam. Ketika Nabi
Muhammad Saw. Berprofesi sebagai pedagang, ia melakukan akad mudharabah dengan khadijah.
Dengan demikian, baik menurut Alquran, Sunnah, maupun Ijma. Faktor-faktor yang harus ada (rukun)
dalam akad mudharabah adalah:
d. Nisbah keuntungan
bentuk semula.
lancar.
untuk keperluan lain. berdasarkan penggunaanya, modal kerja dapat diklasifikasikan menjadi 2 (dua)
golongan, yaitu:
a. Modal kerja permanen, berasal dari modal sendiri atau dari pembiayaan jangka panjang. Sumber
pelunasan modal kerja permanen
penyusutan.
a. Kas, kas perusahaan harus dipelihara dalam jumlah yang cukup agar
b. Piutang dagang, merupakan salah satu strategi mengantisipasi persaingan dengan tujuan untuk
menjaga keberlangsungan hubungan
dengan pelanggan.
c. Persediaan (stock) bahan baku, jumlah persediaan/stock bahan baku
stock).
dan pengendapannya cukup lama. Oleh karena itu, perlu disusun proyeksi
arus kas (projected cash flow) yang mencakup semua komponen biaya
dan pendapatan sehingga akan dapat diketahui berapa dana yang tersedia
sumbernya.
produksi dan harga terendah, pada tingkat mana proyek dapat beroperasi tanpa membahayakan
kelangsungan hidupnya (laba/rugi = 0).
dengan proyek yang lain dasar ukuran total profit, average profit,
c. Analisis rasio,
Dalam penilaian penanaman modal pada proyek investasi, ukuranukuran yang digunakan terutama
adalah:
d) Assets management
e) Inventory turn-over
f) Receivable turn-over
c) Earning fluctuations
d) Industry comparisons
a) Earning projections
d) Performance models
d. Analisis Risiko
Analisis sensitivitas yaitu menilai risiko yang terjadi di luar perhitungan. Analisis probabilitas yaitu
penilaian yang didasarkan pada per -
sebagai berikut:
dinilai mampu, maka marjin/bagi hasil selama masa pembangunan harus dibayat efektif oleh nasabah.
3. Pembiayaan konsumtif syariah
4. Pembiayaan sindikasi
berskala besar dan akan lebih memberi manfaat apabila disalurkan untuk
perguruan tinggi, pendirian rumah sakit dan bersalin dan koperasi unit desa
dengan syariah. Dalam pembiayaan berdasarkan take over ini, bank syariah
macam, yaitu:
3) Murabahah,
6) Musyarakah,
4) Musyarakah,
Akad Bagi Hasil Sebetulnya ada dua macam akad bagi hasil pada perbankan syari’ah, yaitu akad
mudharabah dan akad musyarakah. Keda akad ini hamper sama satu sama lain dan dalam praktiknya
diperbankan hanya terletak pada komposisi permodalan usaha. Pada dasarnya mudharabah adalah
kerjasama usaha dimana salah satu pihak berperan sebagai pemodal dari suatu usaha dan pihak yang
lain berperan sebagai pengelola dari usaha tersebut. Sementara itu, musyarakah adalah kerja sama
usaha dimana semua pihak ikut berperan dalam permodalan
Akad Dan Aspek Legalitas Dalam bank syariah, akad yang dilakukan memiliki konsekuensi duniawi dan
ukhrawi karena akad yang dilakukan berdasarkan hokum islam. Seringkali nasabah berani melanggar
kesepakatan/ perjanjian yang telah dilakukan bila perjanjian tersebut memiliki pertanggungjawaban
hingga yaumul qiyamah nanti. Setiap akad dalam perbankan syariah, baik dalam hal barang, pelaku
transaksi, maupun ketentuan lainnya, harus memenuhi ketentuan akad, seperti hal – hal berikut;
1. Rukun
a. Penjual
b. Pembeli
c. Barang
d. Harga
- Barang dan jasa harus halal sehingga transaksi atas barang dan jasa yang haram menjadi batal demi
hokum syariah.
- Barang yang ditransaksikan harus sepenuhnya dalam kepemilika. Tidak boleh dijual sesuatu yang
belum dimiliki atau dikuasai seperti yang terjadi pada transaksi short sale dalam pasar modal
. Lembaga Penyelesaian Sengketa Berbeda dengan bank konvensional, jika pada perbankan terdapat
perbedaan atau perselisihan antara bank dan nasabahnya, kedua belah pihak tidak menyelesaikannya di
peradilan negeri, tetapi menyelesaikannya sesuai tata cara dan hukum materi syariah.
Lembaga yang mengatur hokum materi dan atau berdasarkan prinsip syariah di Indonesia dikenal
dengan nama Bada Rbitrase Muamalah Indonesia atau BAMUI yang didirikan secara bersama oleh
Kejaksaan Republik Indonesia dan Majelis Ulama Indonesia
Distribusi dan Operasional Dana Bank Syari’ah Dalam menjalankan perbankan syari’ah, strategi
penggunaan dana yang dihimpun harus dipersiapkan sebaik mungkin sesuai dengan tujuannya yaitu : a.
Mencapai tingkat proftabilitas yang cukup dengan tingkat resiko yang rendah. b. Mempertahankan
kepercayaan masyarakat dengan menjaga polisi likuiditas dengan aman. Alokasi penggunaan dana bank
syri’ah menurut Arifn ( 2003 ), pada dasarnya dibagi dalam dua bagian dari aktiva yaitu : 1) Earning asset
( aktiva yang menghasilkan ) adalah berupa investasi dalam bentuk :
a) Pembiayaan yang berdasarkan prinsip bagi hasil ( mudhorobah )
d) Pembiayaan yang berdasarkan prinsip sewa ( ijarah dan ijarah wa iqtina’/ ijarah muntahiah bi tamlik )
e) Surat-surat berharga syari’ah dan investasi lainnya. 2) Non Earning asset ( aktiva yang tidak
menghasilkan ) berupa : 1) Aktina yang berbentuk tunai ( cash asset ) 2) Pinjaman ( qard ) 3) Penanaman
dana dalam aktiva tetap dan inventari