HASIL PEMBELAJARAN
9
Di akhir bab ini, Anda harus mampu menjelaskan :
1. Pengertian akad salam
2. Jenis akad salam
3. Landasan hukum, rukun dan ketentuan akad salam
4. Berakhirnya akad salam
5. Perlakuan akuntansi (psak 103)
6. Definisi dan penggunaan istishna’
7. Ketentuan syar’i, rukun transaksi, dan pengawasan syariah transaksi istishna’ dan istishna’
paralel
8. Rukun transaksi istishna’
9. Rukun transaksi istishna’ paralel
10.Pengawasan syariah transaksi istishna’ dan istishna’ paralel
11.Alur transaksi istishna’ dan istishna’ paralel
12.Cakupan standar akuntansi istishna’ paralel
13.Tekhnis perhitungan dan penjurnalan transaksi istishna’
Landasan Hukum
Sumber hukum akad salam, sebagai berikut:
Al-Quran
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu’amalah tidak secara tunai
untuk waktu yang ditentukan, hendaknya kamu menuliskannya dengan
benar….” (Q.S 2:282)
“Hai orang-orang yang beriman penuhilah akad-akad itu….(Q.S 5:1)
Al hadits
“Barang siapa melakukan salam, hendaknya ia melakukannya dengan takaran
yang jelas dan timbangan yang jelas pula, untuk jangka waktu yang diketahui.”
(HR. Bukhari Muslim)
“Tiga hal yang didalamnya terdapat keberkahan: jual beli secara tangguh
muqaradhah (mudharabah), dan mencampur gandum dengan tepung untuk
keperluan rumah, bukan untuk dijual.” (HR. Ibnu Majah)
AKUNTANSI AKUNTANSI
PEMBELI PEMBELI
AKUNTANSI AKUNTANSI
PEMBELI PENJUAL
Ketentuan Salam
Ketentuan akad salam syariah, terdiri:
1. Pelaku, adalah cakap hukum dan baligh
31 Maret 2007
Barang dikirim oleh penjual Utang Salam 100.000 Aset Salam 100.000
1.Barang yang dikirim sesuai akad Penjualan 100.000 Piutang Salam 100.000
b. Jika pembeli tidak menerima Perubahan dilakukan secara teknis Perubahan dilakukan secara teknis
Penjual diberikan operasional operasional
tambahan waktu
Utang Salam 100.000 Piutang lain-lain 100.000
Pembeli membatalkan Utang lain-lain 100.000
pesanan dan penjual Utang lain-lain 100.000 Piutang Salam 100.000
melunasi Kas 100.000 Kas 100.000
Piutang Lain-lain 100.000
Pembeli membatalkan
pesanan dan pembeli
memiliki jaminan Dilakukan secara of balance sheet
Saat terima jaminan Piutang 20.000 Dilakukan secara of balance sheet
Saat jaminan dijual Utang Salam 100.000 Kas 120.000
(asumsi jaminan Aset 120.000 Piutang salam
dijual oleh pembeli Kas 20.000 100.000
Rp.120.000) Piutang 20.000 Utang 20.000
Utang 20.000
Kas 20.000
Utang Salam 100.000
Aset 80.000 Piutang 20.000
Saat jaminan dijual, Utang 20.000 Kas 80.000
(asumsi jaminan Utang 20.000 Piutang Salam 100.000
dijual oleh pembeli Kas 20.000 Kas 20.000
Rp.80.000) Piutang 20.000
Jika pihak penjual lalai sehingga Kerugian 5.000 Dana kebajikan-Kas 5.000
dikenakan denda, sebesar Rp.5.000 Kas 5.000 Dana kebajikan-Kas 5.000
Denda tersebut dibayar secara
tunai
Transaktor
Transaktor terdiri atas pembeli dan penjual. Kedua transaktor disyaratkan
memiliki kompetensi berupa akil baligh dan kemampuan memilih yang optimal
seperti tidak gila, tidak sedang dipaksa, dan lain-lain yang sejenis. Adapun untuk
transaksi dengan anak kecil, dapat dilakukan dengan izin dan pantauan walinya.
Terkait dengan penjual, DSN mengharuskan agar penjual menyerahkan barang
lebih cepat dari waktu yang disepakati dengan syarat kualitas dan jumlah barang
sesuai dengan kesepakatan dan ia tidak boleh menuntut tambahan harga. Dalam
hal pesanan sudah sesuai dengan kesepakatan, hukumnya wajib bagi pembeli
untuk menerima barang istishna’ dan melaksanakan semua ketentuan dalam
kesepakatan istishna’. Akan tetapi, sekiranya pada barang yang dilunasi terdapat
cacat atau barang tidak sesuai dengan kesepakatan, pemesan memiliki hak khiyar
(hak memilih) untuk melanjutkan atau membatalkan akad.
Objek Istishna’
Rukun objek akad transaksi jual beli istishna’ meliputi barang yang
diperjualbelikan dengan harga barang tersebut. Terkait dengan barang istishna’,
DSN dalam fatwanya menyertakan bahwa ada beberapa ketentuan yang harus
dipenuhi. Ketentuan tersebut antara lain:
a. Harus jelas spesifikasinya
b. Penyerahannya dilakukan kemudian
c. Waktu dan tempat penyerahan barang harus ditetapkan berdasarkan kesepa-
katan
d. Pembeli (mustashni’) tidak boleh menjual barang sebelum menerimanya.
e. Tidak boleh menukar barang, kecuali dengan barang sejenis sesuai kesepaka-
tan.
f. Memerlukan proses pembuatan setelah akad disepakati.
g. Barang yang diserahkan harus sesuai dengan spesifikasi pemesan, bukan
barang massal
Terkait dengan alat pembayaran, DSN mensyaratkan alat bayar harus
diketahui jumlah dan bentuknya di awal akad. Ketentuan harga barang pesanan
tidak dapat berubah selama jangka waktu akad. Ketentuan harga barang pesanan
tidak dapat berubah selama jangka waktu akad. Alat bayar dapat berupa uang,
barang, atau manfaat. Pembayaran harus dilakukan sesuai dengan kesepakatan.
Pembayaran itu sendiri, tidak boleh dalam bentuk pembebasan utang.
Sifat kontrak Mengikat Mengikat secara asli Salam mengikat semua pihak sejak
secara asli (thabi’i) semula, sementara istishna’ dianggap
(thabi’i) mengikat berdasarkan pandangan
para fuhaqa demi kemaslahatan serta
tidak bertentangan dengan aturan
syariah
Kontrak Salam paralel Istishna’ paralel Baik salam paralel maupun istishna’
paralel paralel sah asalkan kedua kontrak
secara hukum adalah terpisah
Dalam laporan keuangan, beban pra akad disajikan dalam neraca pada
bagian aset lancar dengan perlakuan seperti memperlakukan beban dibayar di
muka. Akan tetapi, karena rekening ini bersifat sementara, biasanya saldo
rekening ini adalah nol dan tidak disajikan pada laporan keuangan.
Penandatanganan Akad Dengan Pembeli (bank sebagai penjual)
Pada saat akad ditandatangani antara bank dengan pembeli, tidak ada jurnal yang
harus dibuat untuk mengakui adanya jual beli istishna’. Akan tetapi, adanya
kesepakatan jual beli istishna’ ini menyebabkan pengeluaran-pengeluaran pra
akad diakui sebagai biaya istishna’. Berdasarkan PSAK 104 paragraf 26 dinyata-
kan bahwa biaya pra akad diakui sebagai beban tangguhan dan diperhitungkan
sebagai biaya istishna’ jika akad disepakati.
Misalkan kasus dr Ursila dengan Bank Berkah Syariah di atas, transaksi
istishna’ jadi disepakati pada tanggal 10 februari, maka jurnal pengakuan beban
pra akad menjadi biaya istishna’ adalah sebagai berikut.
Pembuatan Akad Istishna’ Paralel dengan Pembuat Barang (Bank sebagai Pembeli)
Seperti halnya saat akad istishna’ paralel disepakati dengan pembuat barang,
tidak ada jurnal yang harus dibuat terkait dengan kesepakatan jual beli istishna’.
Jurnal dilakukan jika terdapat transaksi pembayaran dilakukan berdasarkan
tingkat penyelesaian, sehingga pada saat akad tidak ada kas yang harus dikeluar
kan oleh bank syariah. Berdasarkan PSAK 104 paragraf 29 disebutkan bahwa
biaya perolehan istishna’ paralel terdiri atas:
1. Biaya perolehan barang pesanan sebesar tagihan produsen atau kontraktor
kepada entitas;
2. Biaya tidak langsung, yaitu biaya overhead termasuk biaya akad dan pra akad;
dan
3. Semua biaya akibat produsen atau kontraktor tidak dapat memenuhi kewaji-
bannya, jika ada.
Biaya perolehan istishna’ paralel diakui sebagai aset istishna’ dalam penye-
lesaian pada saat diterimanya tagihan dari produsen atau kontraktor sebesar
jumlah tagihan.
Jurnal sejenis juga dilakukan pada saat penerimaan tagihan dan pembayaran
kedua (penyelesaian 50%) dan ketiga (penyelesaian 100%).
Misalkan, tagihan kedua diterima pada tanggal 15 Mei dan diikuti dengan
pembayaran oleh bank pada tanggal 22 Mei 20XA. Tagihan ketiga diterima tanggal
25 Juni 20XA. Jurnal untuk transaksi tersebut adalah sebagai berikut.
Penyajian
Berdasarkan PSAK 104, penyajian rekening yang terkait dengan transaksi
istishna’ dan istishna’ paralel antara lain:
1. Piutang Istishna’, yang timbul karena pemberian modal usaha istishna’ oleh
bank syariah
2. Piutang, yang timbul karena penjual tidak dapat memenuhi kewajibannya
dalam transaksi istishna’
3. Utang Istishna’, Timbul karena bank menjadi penjual barang istishna’ yang
dipesan oleh nasabah pembeli.
Pengungkapan
Hal-hal yang harus diungkap dalam catatan atas laporan keuangan tentang
transaksi istishna’ dan istishna’ paralel antara lain:
1. Rincian piutang istishna’ dan utang istishna’ berdasarkan jumlah, jangka
waktu,jenis valuta, kualitas piutang, dan penyisihan kerugian piutang istishna’
2. Piutang istishna’ dan utang istishna’ kepada penjual (pemasok) yang memiliki
hubungan istimewa.
3. Besarnya modal usaha istishna’, baik yang dibiayai sendiri oleh bank maupun
yang dibiayai secara bersama dengan bank atau pihak lain.
4. Jenis dan kuantitas barang pesanan
RANGKUMAN
Akad salam merupakan akad jual beli dengan uang muka dan pengiriman di
belakang. Walaupun barang baru diserahkan dikemudian hari namun harga,
spesifikasi, karakteristik, kualitas, kuantitas, dan waktu penyerahannya sudah
ditentukan ketika akad terjadi, sehingga tidak ada riba. Hal inilah yang mem-
bedakan salam dengan transaksi ijon.
Salam merupakan transaksi yang diizinkan oleh syariah Islam sesuai
dengan tuntunan al-quran dan as-sunah serta harus mengikuti rukun dan keten-
tuan yang telah dibuat.
Selain akad salam biasa ada juga akad salam paralel. Salam paralel meru-
pakan akad salam di mana barang tidak dimiliki oleh penjual dan penjualnya
PERTANYAAN
1. Jelaskan apa pengertian akad salam?
2. Sebutkan apa jenis-jenis akad salam?
3. Apa landasan hukum, rukun dan ketentuan akad salam, jelaskan?
4. Jelaskan kapan berakhirnya akad salam?
5. Uraikan apa perlakuan akuntansi (psak 103)?
6. Jelaskan apa definisi dan penggunaan istishna’?
7. Jelaskan rukun transaksi istishna’?
8. Apa yang disebut dengan rukun transaksi istishna’ paralel?
9. Bagaimanakah pengawasan syariah transaksi istishna’ dan istishna’ paralel?
10. Jelaskan alur transaksi istishna’ dan istishna’ paralel?
11. Apa saja cakupan standar akuntansi istishna’ paralel?
12. Bagaimanakah tekhnis perhitungan dan penjurnalan transaksi istishna’?