Anda di halaman 1dari 13

BAB VIII

PENDIDIKAN ANTI KORUPSI DALAM


MATAKULIAH KEWARGANEGARAAN
Upaya Preventif Mengatasi Korupsi
Melalui Pendidikan Kewarganegaraan

Korupsi merupakan kejahatan yang begitu kejam,


karena telah merampas hak masyarakat, terutama dalam
upaya mewujudkan kesejahteraan umum.
Termaktub jelas dalam Undang-Undang Nomor 31
Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi, bahwa korupsi merupakan tindak pidana
khusus yang sangat merugikan keuangan negara atau
perekonomian negara dan menghambat pembangunan
nasional.
KORUPSI Dikategorikan sebagai kejahatan khusus,
bukan tanpa sebab, karena korupsi hanya bisa
dilakukan oleh oknum individu yang berkuasa,
berpengaruh dan cerdas tapi tidak berakhlak. Sehingga
kriterianya sangat berbeda dengan tindak pidana umum.
Korupsi termasuk pada kejahatan kerah putih (white
collar crime), serta sebagai kejahatan luar biasa (extra
ordinary crime). Sehingga bangsa ini perlu
merumuskan strategi terstruktur, sistematis, efektif dan
menyeluruh sebagai upaya preventif dalam
memberantas tindak pidana korupsi.
Komisi Pemberantasan Korupsi menjelaskan terdapat 9
(Sembilan) nilai antikorupsi yang menjadi landasan
moralitas dalam menjauhi perilaku koruptif.
Nilai tersebut perlu disosialisasikan bahkan
diinternalisasikan kepada masyarakat Indonesia,
khususnya generasi muda. Ada pun ke-9 (Sembilan)
nilai tersebut adalah:
1) inti, meliputi jujur, disiplin, dan tanggung jawab,
2) sikap, meliputi adil, berani, dan peduli, serta
3) etos kerja, meliputi kerja keras, sederhana, dan
mandiri.
Korupsi terjadi akibat rendahnya kompetensi
kewarganegaraan seseorang, serta terdapatnya peluang
untuk melakukan kejahatan korupsi.

Perilaku koruptif apabila sudah dianggap sebagai


fenomena yang biasa, tentu mengindikasikan bangsa ini
telah hilang moralitasnya.
Syamsuddin dalam karyanya yang berjudul “Tindak
Pidana Khusus” (2011) menjelaskan pada umumnya
kejahatan korupsi dilakukan karena:
1) lemahnya kapasitas keagamaan, etika dan moral
pelaku,
2) sanksi tidak tegas dan keras terhadap pelaku korupsi,
3) sistem pemerintahan yang tidak transparan,
4) kebutuhan ekonomi,
5) menejemen pengawasan pemerintah yang tidak
efektif dan efisien,
6) pergeseran moralitas akibat dampak negatif dari
globalisasi
Idealnya segala faktor yang menyebabkan terjadinya
kejahatan korupsi dapat dibentengi melalui nilai-nilai
antikorupsi.
Semangat keadilan berdasarkan Ketuhanan Yang Maha
Esa merupakan bentuk nilai antikorupsi, selain menjadi
benteng pertahanan kokoh individu agar tidak
melakukan kejahatan korupsi, prinsip tersebut juga
menjadi landasan moralitas bagi individu untuk
membantu negara dalam mewujudkan kesejahteraan
sosial di Indonesia secara menyeluruh.
SELESAI

Anda mungkin juga menyukai