PENDAHULUAN
Korupsi dalam hal keuangan tentu saja sangat merugikan negara. Kwik Kian Gie,
mantan Ketua Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), mengatakan lebih
dari Rp. 300 triliun dana dari penggelapan pajak, kebocoran APBN, maupun hasil
penggelapan sumberdaya alam, menguap masuk ke saku para koruptor. 2 Korupsi akan
menambah kesenjangan akibat memburuknya distribusi kekayaan. Bila sekarang
kesenjangan antara si kaya dan si miskin sudah sedemikian parahnya, maka korupsi akan
semakin menambah parah kesenjangan tersebut, karena uang terdistribusi secara tidak
sehat.
Pada awal pemerintahan mantan Presiden Soeharto dimasa kekuasaannya berjanji untuk
memberantas korupsi. Tidak saja good goverment, tetapi juga clean goverment, merupakan
salah satu motto kerjanya. Namun pada kenyataannya, selama 32 tahun berkuasa, Soeharto
meninggalkan kekuasaannya ditengah-tengah hingar bingar korupsi, kolusi, dan nepotisme
(KKN), dan nama Soeharto terkait dalam praktek tersebut.
Baru saja terlewati, ketika masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono atau yang
sering kita kenal dengan SBY mendapat pekerjaan rumah terkait Skandal Bank Century.
Susilo Bambang Yudhoyono berjanji akan menyelesaikan masalah tersebut, bahkan ia
mempunyai slogan “Katakan tidak pada korupsi” untuk anggota partainya. Namun pada
kenyataannya, banyak anggota partainya yang terkait dengan kasus korupsi di negara ini.
Bahkan yang baru ramai pada sekarang ini kasus korupsi anggaran daerah di DKI Jakarta
yang menjadi polemik dalam masyarakat belum menemui titik terang.
1
Kenyataan tersebut menjadi sebuah ironi. Tindakan kejahatan yang senantiasa
menghadang di setiap saat dan maraknya krisis moral : korupsi, kolusi, nepotisme (KKN)
merupakan kenyataan di tengah eksistensi umat Islam yang mayoritas di negara kita.
Korupsi tidak hanya dilakukan oleh golongan atas saja, namun juga sampai pada golongan
bawah. Apakah ada yang salah dengan keberagaman umat Islam Indonesia? Pertanyaan ini
wajib mengemuka mengingat Islam secara tegas mencanangkan konsep keadilan,
kejujuran, keadilan, dan konsisten mengutuk korupsi, kolusi, dan nepotisme. Sebagaimana,
firman Allah di dalam Q.S Al Baqarah ayat 188 :
Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu
dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada
hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu
dengan (jalan berbuat) dosa, Padahal kamu mengetahui.3
Untuk mengatasi semua permsalahan tentang korupsi di Negara kita membentuk suatu
lembaga Komite Pemberantasan Korupsi atau yang sering disebut dengan KPK. Lembaga
ini sudah banyak menangkap para koruptor dan menjebloskannya ke dalam penjara.
Pemberantasan korupsi menurut KPK terbagi menjadi dua macam,
Tindakan represif dan preventif. Perumusan klasifikasi pemberantasan korupsi tersebut
terkait dengan wacana dan kesadaran moral bahwa untuk memberantas korupsi yang sudah
menggurita ke segala aspek kehidupan masyarakat negeri ini selain melalui mekanisme
hukum (represif), juga membangun filosofi baru berupa penyemaian nalar dan nilai-nilai
baru antikorupsi melalu pendidikan formal. Hal ini dilakukan karena pendidikan dianggap
sebagai alternatif yang bersifat preventif.
Menurut Kementrian Pendidikan Nasional, korupsi merupakan fenomena sosial yang
bersifat kompleks, sehingga sulit didefinisakan secara tepat ruang lingkupnya.4 Sedangkan
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia menjelaskan bahwa korupsi adalah berbuatan
busuk, palsu, dan suap.5 Dengan demikian korupsi merupakan berbuatan buruk yang bisa
menyebabkan kerugian dalam segala bidang.
Korupsi tidak hanya terjadi dalam dunia politik dan ekonomi saja, namun juga dalam
dunia pendidikan, dalam seleksi penerimaan mahasiswa baru banyak sekali perjokian
dengan harapan bisa diterima di Perguruan Negeri. Ketika anak-anak disekolah sedang
melaksanakan ujian mereka juga melakukan tindakan korupsi dengan mencontek. Selain
itu tindakan korupsi dilakukan dengan memberikan uang pelicin untuk melancarkan suatu
urusan.
2
Untuk mengatasi semua tindakan korupsi maka perlu adanya pendidikan antikorupsi
dalam dunia pendidikan. Pola pendidikan yang sistematik akan membuat remaja mengenal
secara dini tentang hal-hal yang berkenaan dengan korupsi, termasuk sanksi yang akan
diterima jika melakukan tindakan korupsi tersebut.
Pendidikan merupakan proses belajar dan penyesuaian individu- individu secara terus
menerus terhadap nilai-nilai budaya dan cita-cita masyarakat, suatu proses dimana bangsa
menyiapkan generasi mudanya untuk menjalankan kehidupan dan memenuhi tujuan hidup
secara efektif dan efisien. Ki Hajar Dewantara menyatakan bahwa pendidikan adalah upaya
untuk memajukan budi pekerti, pikiran dan jasmani remaja selaras dengan alam dan
masyarakatnya.
Karena kampus merupakan aspek penting, maka perlu mengembangkan materi kurikulum
berbasiskan pada internalisasi nilai- nilai Islami sejak dini dalam membentuk kesadaran
antikorupsi. Karena kurikulum di negara kita sudah gemuk, maka pendidikan antikorupsi
bisa saja diselipkan dalam seluruh muatan materi mata pelajaran, yang salah satunya pada
muatan materi Pendidikan Kewarganegaraan ditingkat SMP, yang bahkan dalam materi
pelajaran ini ada bab khusus yang membahas tentang pendidikan antikorupsi. Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi menjelaskan
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dimaksudkan untuk meningkatkan kesadaran,
3
wawasan, perilaku, sikap antikorupsi, kolusi, dan nepotisme. Pokok bahasan yang ada dalam
muatan materi pendidikan antikorupsi mencakup nilai-nilai Islami. Nilai-nilai Islami itu
terdiri dari aspek kejujuran, kepedulian, keadilan, tanggung jawab dan amanah,kerja keras,
ikhlas, istiqamah, kedisiplinan dan sabar.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana internalisasi nilai-nilai dalam pendidikan antikorupsi ?
C. Tujuan
Internalisasi nilai-nilai dalam pendidikan antikorupsi pada muatan materi Pendidikan
Anti Korupsi.
4
BAB II
TINJAUAN TEORI
6
mengoptimalkan semua potensi yang dimilikinya.
3. Motivator, dosen memilki kemampuan dalam membangkitkan spirit, etos kerja, dan
potensi dalam diri peserta didik. Cara yang ditempuh misalnya dengan mengadakan
kompetisi / lomba, pentas seni, cerita biografi orang sukses, mengadakan berbagai
program yang bersifat praktis.
4. Dinamisator , seorang dosen tidak hanya mampu membangkitkan semangat, tetapi
juga menjadi lokomotif yang benar-benar mendorong ketercapaian tujuan dengan
kecepatan, kecerdasan, dan kearifan.
5. Evaluator, dalam evaluasi dibutuhkan suasana kebersamaan dan kekeluargaan,
sehingga kritik yang membangun akan terjadi. Dengan demikian dalam proses ini
tidak boleh saling menyalahkan, balas dendam,atau sikap negatif lainnya.
Pelaksanaan pendidikan karakter di kampus tidak dapat berdiri sendiri sebagai mata
kuliah tersendiri. Kebijakan pemerintah yang ditetapkan dalam pelaksanaan pendidikan
karakter di kampus ini, selanjutnya diinternalisasikan dalam beberapa aspek penting.
a. Pendidikan karakter diinternalisasikan dalam pembelajaran
Kegiatan pembelajaran bertujuan menjadikan peserta didik menguasai kompetensi
( materi ) yang ditargetkan dan menjadikan peserta didik mengenal, menyadari atau
peduli, dan menginternalisasikan nilai-nilai dalam perilaku. Secara substanstif
pendidikan karakter di sekolah terkait langsung dengan mata pelajaran pendidikan
agama dan Pendidikan pancasila dan Kewarganegaraan. Internalisasi pendidikan
karakter dalam mata pelajaran nilai-nilai karakter pendidik dan tenaga kependidikan ,
serta nilai-nilai karakter pembinaan peserta didik. Manajemen yang diterapkan dalam
pendidikan karakter harus bersifat partisipatif, demikratis, elaborative, dan eksploratif.
b. Pendidikan karakter diinternalisasikan dalam ekstrakurikuler
Kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran dan
konseling, untuk membantu pengembangan peserta didik sesuai dengan kebutuhan,
potensi, bakat, dan minat melalui kegiatan yang secara khusus dilaksanakan oleh
pendidik dan tenaga kependidikan yang berkemampuan dan berwenang di kampus.
Visi ekstrakurikuler adalah berkembangnya minat, bakat, potensi , menumbuhkan
kemandirian, kebahagiaan peserta didik yang berguna untuk diri sendiri, keluarga, dan
masyarakat. Kegiatan ekstrakurikuler belum diakui sebagai komponen pendidikan yang
mampu mewujudkan tujuan pendidikan nasional, ekstrakurikuler baru dianggap
sebagai pelengkap kegiatan intrakurikuler. Pelaksanaan ekstrakuriukuler yang didesain
secara professional mampu menjadi wahana efektif bagi lahir dan berkembangnya
7
bakat remaja, membentuk karakter pemenang, mandiri pada diri remaja. Oleh sebab itu
ekstrakurikuler harus didesain secara menarik, kreatif, menyenangkan dan mudah.
Agar tujuan pendidikan karakter sampai tujuannya, maka langkah-langkah pendidikan
karater sangat perlu diperhatikan. Karakter dikembangkan melalui tahap pengetahuan
(knowing), pelaksanaan ( acting ), dan kebiasaan (habit ).
8
c. Pendidikan Anti Korupsi di kampus
Salah satu persoalan dalam pendidikan karakter bangsa yang sangat mendasar
dan membudaya adalah persoalan korupsi. Berkaitan dengan kenyataan masih
terjadinya korupsi di beberapa aspek bidang kehidupan kenegaran maupun
bermasyarakat, maka diperlukan upaya untuk mengantisipasi atau paling tidak
mengurangi terjadinya korupsi oleh semua pihak. Korupsi berasal dari bahasa Latin
“corruption” atau “corruptus” yang berarti kebusukan, keburukan, kebejatan,
ketidakjujuran, dapat disuap, tidak bermoral, penyimpangan dari kesucian. Di
Malaysia dipakai kata resuah, dari bahasa Arab “risywah” yang artinya korupsi.
Secara terminologis risywah (suap) berarti pemberian yang diberikan kepada hakim
atau lainnya untuk memenangkan perkaranya dengan cara yang tidak dibenarkan ,
atau untuk memperoleh kedudukan . Semua ulama sepakat mengharamkan risywah
yang terkait dengan pemutusan hukum, perbuatan ini termasuk dosa.
Korupsi menurut Dinas Pendidikan dan Kebudayaan RI Dirjen Pendidikan
Tinggi, berasal dari kata korup yang berarti busuk, suka menerima suap / sogok,
memakai kekuasaan untuk kepentingan sendiri. Dengan demikian korupsi berarti
perbuatan busuk seperti penggelapan uang, penerimaan uang sogok, dan sebagainya.
Pelakunya disebut koruptor, yaitu orang yang melakukan korupsi.
Pendidikan merupakan media dalam melahirkan generasi yang utuh, yaitu
generasi yang antara sikap dan pemikiran tidak terpisahkan. Dengan demikian
pendidikan harus diarahkan pada tataran moral action, agar peserta didik tiak hanya
berhenti pada kompetensi saja, tetapi memiliki kemauan (will) dan kebiasaan (habit)
dalam mewujudkan nilai-nilai dalam kehidupan sehari-hari. Nilai-nilai yang harus
diupayakan terwujud dalam kehidupan sehari-hari sebagai habit tersebut antara lain
nilai-nilai yang terkandung dalam pendidikan anti korupsi, yaitu nilai jujur, peduli,
mandiri, tanggung jawab, sederhana, berani, dan adil.
Pendidikan anti korupsi adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
proses belajar mengajar yang kritis terhadap nilai-nilai anti korupsi. Dengan
demikian pendidikan anti korupsi tidak sekedar menekankan pada aspek kognitif
atau pengetahuan semata, namun juga menekankan pada pembentukan karakter
(afektif ), dan kesadaran moral dalam melawan perilaku korupsi. Menurut
Muhammad Nuh dalam bukunya Agus Wibowo (2013 : 38 ) pendidikan antikorupsi
bertujuan untuk menciptakan generasi muda yang bermoral baik dan berperilaku
anti koruptif. Hal ini senada dengan pendapat Haryono Umar yang disetir juga oleh
9
Agus Wibowo ( 2013: 38 ), yang menyatakan bahwa pendidikan antikorupsi untuk
membangun karakter teladan agar remaja tidak melakukan korupsi sejak dini.
mental antikorupsi harus diterapkan sejak dini, selanjutnya dalam bebrapa tahun
ke depan akan tumbuh generasi-generasi yang anti korupsi. Untuk mencapai hal
tersebut, maka pengajaran pendidikan antikorupsi lebih tepat menggunakan
pendekatan yang sifatnya terbuka, dialogis, diskursif sehingga mampu merangsang
kemampuan intelektual remaja dalam membentuk rasa keingintahuan, sikap kritis,
dan berani berpendapat.
11
No Nilai Deskripsi
1 Kejujuran Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan
dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya
dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan
2 Kepedulian Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi
bantuan pada orang lain dan masyarakatyang
membutuhkan
3 Kemandirian Sikap dan perilaku yang tidak mudah pada orang
lain dalam menyelesaikan tugas-tugas
4 Kedisipilinan Tindakan yang menunjukkan periaku tertib dan
patuh pada perbagai ketentuan dan peraturan
5 Tanggungjawab Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan
tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia
lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat,
lingkungan (alam, sosial,budaya), negara, dan
Tuhan yang Maha Esa
6 Kerja keras Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-
sungguhdalam menatasi berbagai hambatan belajar
dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan
sebaik-baiknya
7 Kesederhanaan Bersahaja, sikap dan perilku yang tidak berlebihan,
tidak banyak seluk beluknya, tidak banyak pernik ,
lugas, apa adanya, hemat sesuai kebutuhan, dan
rendah hati
8 Keberanian Mempunyai sifatyang mantap dan rasa percaya diri
proporsional.
12
13
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Implementasi nilai-nilai pendidikan antikorupsi dalam mata kuliah. Telah
mengimplementasikan nilai-nilai pendidikan anti korupsi dalam proses pembelajarannya,
dengan cara mencantumkan nilai-nilai yang akan dikembangkan dan diwujudkan dalam
proses pembelajaran di dalam rencana pelaksanaan pembelajaran.
Pendidikan anti korupsi adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan proses
belajar mengajar yang kritis terhadap nilai-nilai anti korupsi. Dengan demikian
pendiidkan anti korupsi tidak sekedar menekankan pada aspek kognitif atau pengetahuan
semata, namun juga menekankan pada pembentukan karakter (afektif ), dan kesadaran
moral dalam melawan perilaku korupsi. Menurut Muhammad Nuh dalam bukunya Agus
Wibowo (2013 : 38 ) pendidikan antikorupsi bertujuan untuk menciptakan generasi
muda yang bermoral baik dan berperilaku anti koruptif. Hal ini senada dengan pendapat
Haryono Umar yang disetir juga oleh Agus Wibowo ( 2013: 38 ), yang menyatakan
bahwa pendidikan antikorupsi untuk membangun karakter teladan agar remaja tidak
melakukan korupsi sejak dini.
Antikorupsi harus diterapkan sejak dini, selanjutnya dalam bebrapa tahun ke depan
akan tumbuh generasi-generasi yang anti korupsi. Untuk mencapai hal tersebut, maka
pengajaran pendidikan antikorupsi lebih tepat menggunakan pendekatan yang sifatnya
terbuka, dialogis, diskursif sehingga mampu merangsang kemampuan intelektual remaja
dalam membentuk rasa keingintahuan, sikap kritis, dan berani berpendapat.
Menurut Biyanto, dalam bukunya Agus Wibowo (2013:41), terdapat beberapa alasan
pentingnya pendidikan anti korupsi. Alasan tersebut adalah dunia pendidikan memilki
seperangkat pengetahuan untuk memberikan pencerahan terhadap berbagai
kesalahahaman dana upaya pemberantasan korupsi, lembaga pendidikan memiliki
jaringan yang kuat di seluruh tanah air, sehingga pendidikan anti korupsi dapat bersifat
masif, dan pelaku korupsi pada umumnya adalah orang pintar, sehingga lembaga
pendidikan bertugas tidak hanya melahirkan orang pintar tapi sekaligus orang yang
berhati mulia.
15
B. Saran
pendidikan anti korupsi harus ada disetiap kampus dan menjadi alternative antisapatif
dalam membentuk kesadaran anti korupsi remaja di kampus melalui upaya integasi dalam
pembelajaran.
16
DAFTAR PUSTAKA
Asmani Jamal Makruf. 2018. Buku panduan Internalisasi Pendidikan Karakter di Sekolah.
Diva Press:Yogyakarta
17
18
19
20