Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH KEPANITERAAN & KEJURUSITAAN

“proses beracara dipengadilan agama”


Dosen Pengampu: Fatihani Baso M.H.

DISUSUN OLEH :

ADHE IRMAWATI LEOBISA/19020103014

NUR RAHMI YUSNAINI/19020103007

OKSA DATU RISAL /19020103008

FITRAH INDRIATY/19020103010

SAHRING 19020103015

HUKUM TATA NEGARA


FAKULTAS SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KENDARI
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan seru sekalian alam. Shalawat dan salam semoga
dilimpahkan-Nya kepada Nabi Muhammad SAW yang diutus sebagai rahmat bagi sekalian alam,
berserta keluarga dan para sahabatnya serta para pengikutnya yang setia sampai hari kemudian.
            Makala ini kami buat dengan maksud untuk menunaikan tugas kami mengenai prosedur
beracara di pengadilan agama Hemat saya usaha penyusunan dalam makalah ini akan memberi
banyak manfaat dan memperluas ilmu pengetahuan.
            Akhirnya, hanya kepada Allah SWT kami mohon, semoga usaha ini merupakan usaha
yang murni bagi-Nya dan berguna bagi kita sekalian sampai hari kemudian.
            Dan tak lain yang kami harapkan adalah syafaat, berkah darimu ya Muhammad. Semoga
kita selalu dalam lindungan Illahi Rabbil Izzati, dan mampu meneladani kemulia anakhlaqmu
yang teruntai di dalam sunnah-nabawiyahmu. Aamiin Ya Rabbal Aalamiin.

Kendari , 21 Oktober 200021   


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menentukan dalam pasal
24 ayat (2) bahwa Peradilan Agama merupakan salah satu lingkungan peradilan yang berada di
bawah Mahkamah Agung bersama badan peradilan lainnya di lingkungan Peradilan Umum,
Peradilan Tata Usaha Negara, dan Peradilan Militer, merupakan salah satu badan peradilan
pelaku kekuasaan kehakiman untuk menyelenggarakan hukum dan keadilan bagi rakyat pencari
keadilan perkara tertentu antara orang-orang yang beragama Islam.
Pengadilan Agama, yang merupakan Pengadilan Tingkat Pertama bertugas dan
berwenang memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara-perkara ditingkat pertama antara
orang-orang yang beragama Islam dibidang perkawinan, kewarisan, wasiat dan hibah yang
dilakukan berdasarkan hukum Islam, serta wakaf dan shadaqah, sebagaimana diatur dalam Pasal
49 Undang-undang Nomor 50 Tahun 2009 tentang Peradilan Agama.Pengadilan Agama Sumber
yang merupakan Pengadilan Tingkat Pertama bertugas dan berwenang memeriksa, memutus, dan
menyelesaikan perkara-perkara di tingkat pertama antara orang-orang yang beragama Islam di
bidang: perkawinan, waris, wasiat, hibah, wakaf, zakat, infaq, shadaqah dan ekonomi syariah
sebagaimana diatur dalam pasal 49 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang Perubahan
atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama.

B. Rumusan masalah
1. Bagaimana prosedur beracara dipengaadilan agama?
2. Menjelaskan tentang Verzet dalam sengketa di pengadilan agama!
3. Menjelaskan tentang prosedur pengajuan banding, penyelesaian perkaraa daaan
pengajuan kasasi!
BAB II
PEMBAHASAN

A. PROSEDUR BERACARA DI PENGADILAN AGAMA

Pertama :

Pemohon / Penggugat datang menghadap ke Pengadilan Agama dengan membawa surat


gugatan atau permohonan. 
Kedua :

Pemohon / Penggugat menghadap petugas Meja I dan menyerahkan surat gugatan atau
permohonan, 5 (lima) rangkap.
Ketiga :

Petugas Meja I (dapat) memberikan penjelasan yang dianggap perlu berkenaan dengan
perkara yang diajukan dan menaksir panjar biaya perkara yang kemudian ditulis dalam Surat
Kuasa Untuk Membayar (SKUM). Besarnya panjar biaya perkara diperkirakan harus telah
mencukupi untuk menyelesaikan perkara tersebut, didasarkan pada pasal 182 ayat (1) HIR
atau pasal 90 Undang Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2006 Tentang Perubahan
Atas Undang Undang Nomor : 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama. 

Catatan :

Bagi yang tidak mampu dapat diijinkan berperkara secara prodeo (cuma-cuma).
Ketidakmampuan tersebut dibuktikan dengan melampirkan surat keterangan dari Lurah atau
Kepala Desa setempat yang dilegalisasi oleh Camat.

Bagi yang tidak mampu maka panjar biaya perkara ditaksir Rp. 0,00 dan ditulis dalam Surat
Kuasa Untuk Membayar (SKUM), didasarkan pasal 237 – 245 HIR.

Dalam tingkat pertama, para pihak yang tidak mampu atau berperkara secara prodeo.
Perkara secara prodeo ini ditulis dalam surat gugatan atau permohonan bersama-sama
(menjadi satu) dengan gugatan perkara. Dalam posita surat gugatan atau permohonan
disebutkan alasan penggugat atau pemohon untuk berperkara secara prodeo dan dalam
petitumnya.
Keempat :

Petugas Meja I menyerahkan kembali surat gugatan atau permohonan kepada Pemohon /
Penggugat disertai dengan Surat Kuasa Untuk Membayar (SKUM) rangkap 3 (tiga).  
Kelima :

Pemohon / Penggugat menyerahkan kepada pemegang kas (KASIR) surat gugatan atau
permohonan tersebut dan Surat Kuasa Untuk Membayar (SKUM).
Keenam :

Pemegang kas menandatangani Surat Kuasa Untuk Membayar (SKUM), membubuhkan


nomor urut perkara dan tanggal penerimaan perkara dalam Surat Kuasa Untuk Membayar
(SKUM) dan dalam surat gugatan atau permohonan.
Ketujuh :

Pemegang kas menyerahkan asli Surat Kuasa Untuk Membayar (SKUM) kepada Pemohon /
Penggugat sebagai dasar penyetoran panjar biaya perkara ke bank.
Kedelapan :

Pemohon / Penggugat datang ke loket layanan bank dan mengisi slip penyetoran panjar biaya
perkara. Pengisian data dalam slip bank tersebut sesuai dengan Surat Kuasa Untuk Membayar
(SKUM), seperti nomor urut, dan besarnya biaya penyetoran. Kemudian Pemohon /
Penggugat menyerahkan slip bank yang telah diisi dan menyetorkan uang sebesar yang tertera
dalam slip bank tersebut kepada teller Bank.
Kesembilan :

Setelah Pemohon / Penggugat menerima slip bank yang telah divalidasi dari petugas layanan
bank, Pemohon / Penggugat menunjukkan slip bank tersebut dan menyerahkan  Surat Kuasa
Untuk Membayar (SKUM) kepada pemegang kas.
Kesepuluh :

Pemegang kas setelah meneliti slip bank kemudian menyerahkan kembali kepada Pemohon /
Penggugat. Pemegang kas kemudian memberi tanda lunas dalam Surat Kuasa Untuk
Membayar (SKUM) dan menyerahkan kembali kepada pihak berperkara asli dan tindasan
pertama Surat Kuasa Untuk Membayar (SKUM) serta surat gugatan atau permohonan yang
bersangkutan.
Kesebelas :

Pemohon / Penggugat menyerahkan kepada petugas Meja II surat gugatan atau permohonan 
serta tindasan pertama Surat Kuasa Untuk Membayar (SKUM).
Keduabelas :

Petugas Meja II mendaftar/mencatat surat gugatan atau permohonan dalam register


bersangkutan serta memberi nomor register pada surat gugatan atau permohonan tersebut
yang diambil dari nomor pendaftaran yang diberikan oleh pemegang kas.
Ketigabelas :

Petugas Meja Kedua menyerahkan kembali 1 (satu) rangkap surat gugatan atau permohonan
yang telah diberi nomor register kepada pihak berperkara.
PENDAFTARAN SELESAI

Pihak/pihak-pihak berperkara akan dipanggil oleh jurusita/jurusita pengganti untuk


menghadap ke persidangan setelah ditetapkan Susunan Majelis Hakim (PMH) dan hari sidang
pemeriksaan perkaranya (PHS).

B.VERZET

Verzet adalah Perlawanan Tergugat atas Putusan yang dijatuhkan secara Verstek.

Tenggang Waktu untuk mengajukan Verzet / Perlawanan :


dalam waktu 14 hari setelah putusan diberitahukan (pasal 129 (2) HIR. Sampai hari ke 8
setelah teguran seperti dimaksud Pasal 196 HIR ; apabila yang ditegur itu datang menghadap.
Kalau tidak datang waktu ditegur sampai hari ke 8 setelah eksekutarial (pasal 129 HIR).
(Retno Wulan SH. hal 26)

Perlawanan terhadap Verstek, bukan perkara baru

Perlawanan merupakan satu kesatuan yang tidak terpisah dengan gugatan semula. Oleh
karena itu, perlawanan bukan gugatan atau perkara baru, tetapi tiada lain merupakan bantahan
yang ditujukan kepada ketidakbenaran dalil gugatan, dengan alasan putusan verstek yang
dijatuhkan, keliru dan tidak benar. Putusan MA No. 494K/Pdt/1983 mengatakan dalam proses
verzet atas verstek, pelawan tetap berkedudukan sebagai tergugat dan terlawan sebagai
Penggugat(Yahya Harahap,Hukum acara Perdata, hal 407).

Pemeriksaan Perlawanan (Verzet)

Pemeriksaan berdasarkan gugatan semula. Dalam Putusan MA No. 938K/Pdt/1986, terdapat


pertimbangan sebagai berikut : 

Substansi verzet terhadap putusan verstek, harus ditujukan kepada isi pertimbangan putusan
dandalil gugatan terlawan / penggugat asal. Verzet yang hanya mempermasalahkan alasan
ketidakhadiran pelawan/tergugat asal menghadiri persidangan, tidak relevan, karena forum
untuk memperdebatkan masalah itu sudah dilampaui. Putusan verzet yang hanya
mempertimbangkan masalah sah atau tidak ketidakhadiran tergugat memenuhi panggilan
sidang adalah keliru. Sekiranya pelawan hanya mengajukan alasan verzet tentang masalah
keabsahan atas ketidakhadiran tergugat memenuhi panggilan, PN yang memeriksa verzet
harus memeriksa kembali gugatan semula, karena dengan adanya verzet, putusan verstek
mentah kembali, dan perkara harus diperiksa sejak semula. 

Surat Perlawanan sebagai jawaban tergugat terhadap dalil gugatan.Berdasarkan Pasal 129
ayat (3) HIR, perlawanan diajukan dan diperiksa dengan acara biasa yang berlaku untuk acara
perdata. Dengan begitu, kedudukan pelawan sama dengan tergugat. Berarti surat perlawanan
yang diajukan dan disampaikan kepada PN, pada hakikatnya sama dengan surat jawaban yang
digariskan Pasal 121 ayat (2) HIR. Kualitas surat perlawanan sebagai jawaban dalam proses
verzet dianggap sebagai jawaban pada sidang pertama. (Yahya Harahap,Hukum acara
Perdata, hal 409 – 410).

PROSEDUR PENGAJUAN BANDING

1 Permohonan banding harus disampaikan secara tertulis atau lisan kepada Pengadilan
Agama Sumber dalam tenggang waktu :
2 a.14 (empat belas) hari, terhitung mulai hari berikutnya dari hari pengucapan putusan, 
pengumuman/pemberitahuan putusan kepada yang berkepentingan;
3 b. 30 (tiga puluh) hari bagi Pemohon yang tidak bertempat di kediaman di wilayah
hukum pengadilan agama yang memutus perkara tingkat pertama. (Pasal 7 UU No. 20
Tahun 1947).
4 Membayar biaya perkara banding (Pasal 7 UU No. 20 Tahun 1947, Pasal 89 UU No. 7
Tahun 1989).
5 Panitera memberitahukan adanya permohonan banding (Pasal 7 UU No. 20 Tahun
1947)
6 Pemohon banding dapat mengajukan memori banding dan Termohon banding dapat
mengajukan kontra memori banding (Pasal 11 ayat (3) UU No. 20 Tahun 1947)
7 Selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari setelah permohonan diberitahukan kepada
pihak  lawan, panitera memberi kesempatan kepada kedua belah pihak untuk melihat
surat-surat berkas perkara di Pengadilan Agama Sumber Pasal 11 ayat (1) UU No. 20
Tahun 1947).
8 Berkas perkara banding dikirim ke Pengadilan Tinggi Agama Jawa Barat oleh
Pengadilan Agama Sumber selambat-lambatnya dalam waktu 1 (satu) bulan sejak
diterima perkara banding.
9 Salinan putusan banding dikirim oleh Pengadilan Tinggi Agama Jawa Barat ke
Pengadilan  Agama Sumber untuk disampaikan kepada para pihak.
10 Pengadilan Agama Sumber menyampaikan salinan putusan kepada para pihak. 9.
Setelah  putusan memperoleh kekuatan hukum tetap maka panitera :
11 a. Untuk perkara cerai talak :
1) Memberitahukan tentang Penetapan Hari Sidang penyaksian ikrar talak dengan
memanggil    Pemohon dan Termohon.
12 2) Memberikan Akta Cerai sebagai surat bukti cerai selambat-lambatnya dalam waktu
7 (tujuh)    hari.
13 b. Untuk perkara cerai gugat :
Memberikan Akta Cerai sebagai surat bukti cerai selambat-lambatnya dalam waktu 7
(tujuh)    hari.

C.PROSES PENYELESAIAN PERKARA

1. Berkas perkara banding dicatat dan diberi nomor register;


Ketua Pengadilan Tinggi Agama Jawa Barat membuat Penetapan Majelis Hakim yang
2.
akan memeriksa berkas;
3. Panitera menetapkan panitera pengganti yang akan membantu majelis;
4. Panitera pengganti menyerahkan berkas kepada ketua majelis;
5. Panitera pengganti mendistribusikan berkas perkara ke Majelis Hakim Tinggi;
6. Majelis Hakim Tinggi memutus perkara banding;
Salinan putusan dikirimkan kepada kedua belah pihak melalui Pengadilan Agama
7. Sumber.

PROSEDUR PENGAJUAN KASASI

1 Mengajukan permohonan kasasi secara tertulis atau lisan melalui Pengadilan Agama
Sumber dalam tenggang waktu 14 (empat belas) hari sesudah penetapan/putusan
Pengadilan Tinggi Agama Jawa Barat diberitahukan kepada Pemohon (Pasal 46 ayat (1)
UU No. 14 Tahun 1985 yang telah diubah dengan UU No. 5 Tahun 2004). 
2 Membayar biaya perkara kasasi (Pasal 46 ayat (3) UU No. 14 Tahun 1985 yang telah
diubah dengan UU No. 5 Tahun 2004). 
3 Panitera Pengadilan Agama Sumber memberitahukan secara tertulis kepada pihak
lawan, selambat- lambatnya 7 (tujuh) hari setelah permohonan kasasi terdaftar. 
4 Pemohon kasasi wajib menyampaikan memori kasasi dalam tenggang waktu 14 (empat
belas) hari setelah permohonannya didaftar (Pasal 47 ayat (1) UU No. 14 Tahun 1985
yang telah diubah dengan UU No. 5 Tahun 2004). 
5 Panitera Pengadilan Agama Sumber memberitahukan dan menyampaikan salinan
memori kasasi kepada pihak lawan dalam waktu selambat-lambatnya 30 (tiga puluh)
hari sejak diterimanya memori kasasi (Pasal 47 ayat (2) UU No. 14 Tahun 1985 yang
telah diubah dengan UU No. 5 Tahun 2004). 
6 Pihak lawan dapat mengajukan surat jawaban terhadap memori kasasi kepada
Mahkamah Agung selambat- lambatnya dalam tenggang waktu 14 (empat belas) hari
sejak tanggal diterimanya salinan memori kasasi (Pasal 47 ayat (3) UU No. 14 Tahun
1985 yang telah diubah dengan UU No. 5 Tahun 2004). 
7 Panitera Pengadilan Agama Sumber mengirimkan berkas kasasi kepada Mahkamah
Agung selambat- lambatnya dalam tenggang waktu 30 (tiga puluh) hari sejak
diterimanya memorikasasi dan jawaban memori kasasi (Pasal 48 UU No. 14 Tahun
1985 yang telah diubah dengan UU No. 5 Tahun 2004). 
8 Panitera Mahkamah Agung mengirimkan salinan putusan kepada Pengadilan Agama
Sumber untuk selanjutnya disampaikan kepada para pihak. Setelah putusan
disampaikan kepada para pihak maka Panitera Pengadilan Agama Sumber; 
9 Memberitahukan tentang Penetapan Hari Sidang penyaksian ikrar talak dengan
memanggil kedua belah pihak.  Memberikan Akta Cerai sebagai surat bukti cerai
selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari.
BAB III

PENUTUP

A.KESIMPULAN

Pihak/pihak-pihak berperkara akan dipanggil oleh jurusita/jurusita pengganti untuk


menghadap ke persidangan setelah ditetapkan Susunan Majelis Hakim (PMH) dan hari sidang
pemeriksaan perkaranya (PHS).

Dalam waktu 14 hari setelah putusan diberitahukan (pasal 129 (2) HIR. Sampai hari ke 8
setelah teguran seperti dimaksud Pasal 196 HIR ; apabila yang ditegur itu datang menghadap.
Kalau tidak datang waktu ditegur sampai hari ke 8 setelah eksekutarial (pasal 129 HIR).

Mengajukan permohonan kasasi secara tertulis atau lisan melalui Pengadilan Agama
Sumber dalam tenggang waktu 14 (empat belas) hari sesudah penetapan/putusan Pengadilan
Tinggi Agama Jawa Barat diberitahukan kepada Pemohon (Pasal 46 ayat (1) UU No. 14 Tahun
1985 yang telah diubah dengan UU No. 5 Tahun 2004). 

Anda mungkin juga menyukai