Anda di halaman 1dari 12

PROSEDUR BERPERKARA

DI PENGADILAN AGAMA
KEWENANGAN PENGADILAN
AGAMA
• KEWENANGAN RELATIF
Kekuasaan pengadilan yang satu jenis dan satu
tingkatan dalam perbedaannya dengan kekuasaan
pengadilan yang sama jenis dan sama tingkatannya.
• KEWENANGAN ABSOLUT
Kekuasaan peradilan yang berhubungan dengan jenis
perkara atau jenis pengadilan atau tingkat pengadilan
dalam perbedaannya dengan jenis perkara atau jenis
pengadilan atau tingkat pengadilan lainnya.
LANJUTAN…
KEWENANGAN ABSOLUT PENGADILAN
AGAMA YAITU: memeriksa, memutus, dan
menyelesaikan perkara di tingkat pertama antara orang-
orang yang beragama Islam dalam bidang:
1. Perkawinan;
2. Waris;
3. Wasiat;
4. Hibah;
5. Wakaf;
6. Zakat;
7. Infak;
8. Sedekah; dan
9. Ekonomi syari'ah. (Pasal 49 UU 3/2006 tentang Perubahan UU Nomor 7 Tahun 1989 tentang
Peradilan Agama)
PROSEDUR BERPERKARA
DI PENGADILAN AGAMA
TAHAP AWAL (PENDAFTARAN s/d
PEMANGGILAN):
1. Mendaftarkan perkara ke MEJA I Pengadilan Agama.
Persyaratan yang harus dilengkapi:
• Surat Pemohonan/Gugatan ke Pengadilan Agama
secara tulisan atau lisan rangkap minimal rangkap 2.
Surat Permohon/Gugatan berisi:
 Identitas para pihak yang terdiri dari Pemohon dan
Termohon atau Penggugat dan Tergugat, meliputi:
Nama disertai bin/binti, umur, pendidikan terakhir,
pekerjaan, alamat lengkap, status dalam perkara
tersebut.
 Posita (fakta hukum dan fakta kejadian)
LANJUTAN…
• Foto copy KTP yang mengajukan
Permohonan/Gugatan;
• Foto copy Buku Nikah/Duplikat bermaterai 10000
stempel cap Pos bukti untuk Pengadilan;
• Surat keterangan Ghaib dari Kelurahan yang
diketahui oleh Camat jika alamat Tergugat/Termohon
tidak diketahui;
• Surat izin atasan bagi PNS dan Pegawai
BUMN/BUMD;
• Surat keterangan tidak mampu dari Kelurahan dan
Ketahui oleh Camat dan/atau surat keterangan sosial
lainnya bagi Permohonan/Gugatan berperkara secara
prodeo;
LANJUTAN…
3. Kasir menyerahkan berkas Permohonan/Gugatan ke
Petugas Meja II untuk kemudian dicatat dalam buku
register;
4. Petugas Meja II menyerahkan berkas kepada Panitera
melalui Wakil Panitera untuk disampaikan kepada
Ketua Pengadilan Agama;
5. Ketua Pengadilan Agama menunjuk Majelis Hakim
yang akan penyelesaikan perkara yang bersangkutan.
(Selambat-lambatnya 10 hari setelah perkara didaftarkan);
6. Majelis Hakim menunjuk Panitera Pengganti dan Juru
Sita Pengganti.;
7. Penetapan Hari Sidang oleh Majelis Hakim. (Selambat-
lambatnya 7 hari setelah mempelajari berkas perkara);
8. Pemanggilan para pihak oleh Juru Sita Pengganti.
LANJUTAN…
TAHAP KEDUA (PERSIDANGAN) dalam sidang
tertutup untuk umum:
1. MEDIASI (UPAYA DAMAI)
Dilakukan jika keduabelah pihak yang berperkara hadir
dipersidangan dan akan berlangsung sepanjang
persidangan. Jika upaya mediasi tidak tercapai,
persidangan akan dilanjutkan ke tahap selanjutnya.
2. PEMBACAAN SURAT
PERMOHONAN/GUGATAN
3. REPLIK DAN DUPLIK
Tahap jawab-menjawab antara Pemohon/Penggugat
dengan Termohon/Tergugat secara lisan maupun tulisan
yang berisikan bantahan atau sanggahan terhadap apa
LANJUTAN…
4. PEMBUKTIAN
Proses membuktikan dan meyakinkan hakim tentang
kebenaran peristiwa yang menjadi dasar gugatan dengan
menggunakan bukti-bukti yang diatur oleh UU, meliputi;
Surat (165-169 HIR), Saksi (169-172 HIR),
Persangkaan (173 HIR), Pengakuan (174-176 HIR),
Sumpah (177 HIR).
5. KESIMPULAN KEDUA BELAH PIHAK TENTANG
PERKARA YANG DIAJUKAN MELALUI LISAN ATAU
TULISAN
6. MUSYAWARAH MAJELIS HAKIM (SECARA TERTUTUP DAN
RAHASIA)

7. PUTUSAN, dibacakan dalam sidang terbuka untuk umum


yang terdiri dari:
• Putusan sela
BERACARA SECARA PRODEO
• Memenuhi segala persyaratan yang telah disebutkan di
atas.
• Persidangan perkara prodeo:
Sidang Prodeo; untuk menentukan dikabulkan atau
tidaknya perkara prodeo tersebut dan Majelis Hakim yang
ditunjuk menuangkannya dalam bentuk putusan sela.
 Perkara dikabulkan; perkara yang diajukan oleh
bersangkutan akan dilanjutkan/diselesaikan
sebagaimana proses yang disebutkan di atas, dengan
membebankan biaya perkara kepada Negara.
 Perkara tidak dikabulkan; Pihak yang berperkara
diperintahkan untuk membayar panjar biaya perkara
dalam jangka waktu 14 hari, jika tidak,
Permohonan/Gugatan yang bersangkutan akan dicoret
TAHAP KETIGA (PENYELESAIAN
PERKARA) PADA MEJA III PENGADILAN:
1. Pengambilan Salinan Putusan/Penetapan
2. Pengambilan Akta Cerai
3. Pengarsipan Berkas Perkara
TAHAP KEEMPAT (UPAYA HUKUM):
Upaya hukum adalah upaya yang diberikan oleh undang-
undang kepada seseorang atau badan hukum untuk dalam
hal tertentu melawan putusan hakim. Upaya Hukum
terbagi 2, yaitu:
1. Upaya Hukum Biasa; untuk putusan yang belum
berkekuatan hukum tetap , terdiri dari; BANDING,
dan KASASI.
2. Upaya Hukum Luar Biasa; untuk putusan yang telah
berkekuatan hukum tetap, terdiri dari;
DERDENVERZET, dan PENINJAUAN
KEMBALI.

NB: Upaya Hukum ini tidak harus dilaksanakan dan/atau


dilewati oleh pihak yang bersangkutan. Upaya
TAHAP KELIMA (EKSEKUSI):
Menjalankan pelaksanaan terhadap bentuk-bentuk hukum
yang dipersamakan UU sebagai putusan yang telah
memperoleh kekuatan hukum yang tetap.

MACAM-MACAM:
• Putusan yang menghukum salah satu pihak untuk
membayar sejumlah uang.
• Putusan yang menghukum salah satu pihak untuk
melakukan suatu perbuatan.
• Putusan yang menghukum salah satu pihak untuk
mengosongkan suatu benda tetap.
• Eksekusi riil dalam bentuk penjualan lelang.

Anda mungkin juga menyukai