• PENGADILAN AGAMA
• MAHKAMAH AGUNG
KEKUASAAN PENGADILAN
• Pengadilan agama bertugas dan berwenang
memeriksa, memutus, dan menyelesaikan
perkara-perkara di tingkat pertama antara
orang2 yang beragama Islam di bidang :
1. Perkawinan;
2. Kewarisan, wasiat, dan hibah; yang
dilakukan berdasarkan hukum Islam.
3. Wakaf dan shadaqah
BIDANG PERKAWINAN
Pasal 54
(1) Pengadilan tidak boleh menolak untuk
memeriksa dan memutus suatu perkara
yang diajukan dengan dalih bahwa hukum
tidak atau kurang jelas, melainkan wajib
memeriksa dan memutusnya
PENYELESAIAN SECARA DAMAI
Tahkim:
• An Nisa:35 “maka angkatlah seorang hakam dari keluarga si lelaki dan seorang hakam
dari keluarga si wanita ...”
• Sunnah HR An-Nasa’i bahwa Abu Syuriah menerangkan kepada Nabi Muhammad SAW,
kaumnya telah berselisih dalam suatu perkara, kemudian mereka datang kepadanya dan
dia pun memutuskan perkara itu. Putusan itu diterima oleh kedua belah pihak.
Mendengar itu, Nabi menyambut baik dan menyetujuinya
• Dapat dilaksanakan untuk segala masalah kecuali pidana dan qishash
• Putusan hakim dapat sama ataupun berbeda dari putusan hakam
Musyawarah:
• Termasuk dalam asas hukum acara peradilan agama (mengusahakan perdamaian)
• An Nisa:128 “...dan mengadakan perdamaian itu lebih baik bagi mereka ...”
• Umar bin Khattab “ubahlah pihak2 yang bermusuhan tersebut menjadi pihak2 yang
berdamai, sebab putusan pengadilan dapat menimbulkan rasa dendam yang terpendam
Hukum Acara
Hukum acara yang berlaku: hukum acara perdata
yang berlaku pada pengadilan dalam lingkungan
peradilan umum, kecuali secara khusus diatur
dalam undang-undang ini (Ps 54 UU 7/1989)
Umum: Ps 118-245 HIR dan Ps 142-314 RBg
Khusus/pelengkap: Ps 54-91 UU PA
Pengaturan khusus:
Ps 65-88 UU 7/1989 (perlindungan wanita)
Cerai talak yang datang dari pihak suami
Cerai gugat yang datang dari pihak istri
Cerai dengan alasan zina
Cerai gugat diajukan ke peradilan di wilayah Pgg (Ps
73(1) UU 7/1989)
Ps 86(2) UU 7/1989: masuknya pihak ketiga dalam
pembagian harta
Hukum Acara - 2
Peradilan khusus: bidang perdata Islam tertentu
dan hanya untuk orang Islam di Indonesia. Untuk
itu bisa disebut Peradilan Islam di Indonesia.
Asas dalam proses berperkara menurut syariah:
Orang yang berperkara (cakap atau wakilnya)
Pgg dan Tgg harus hadir dan didengar keterangannya
Pemanggilan para pihak harus secara patut
Perlakuan yang sama
Diusahakan penyelesaian secara damai
Peradilan dilaksanakan secara terbuka kecuali
masalah kehormatan dan masalah keluarga
Hukum Acara - 3
Selain itu, terdapat pula asas:
Kewenangan (absolut dan relatif) badan peradilan tergantung tauliyah
negara
Pada dasarnya masyarakat berhak mendapat layanan keadilan dari
negara secara cuma2
Badan peradilan hanya satu tingkat agar perkara dapat diselesaikan
dengan waktu singkat namun tidak menutup kemungkinan dalam
beberapa tingkat demi tercapainya keadilan
Bila salah satu pihak mendalilkan bahwa ia mempunyai hak, sedangkan
pihak lain yang membantah berkewajiban untuk membuktikannya
Peristiwa yang telah terbukti, dapat menjadi landasan hakim dalam
memutus perkara
Alat bukti (bayyinah) menurut syariah terdiri dari:
Ikrar (pengakuan)
Persaksian
Surat
Persangkaan kuat (qarinah)
Hakim mengadili berdasarkan hukum (tertulis dan tidak tertulis),
terutama didasarkan pada Al Quran dan Sunnah
Kekuasaan Kehakiman
Mahkamah Mahkamah
Agung Konstitusi
Mahkamah
Pengadilan Agama
Syariah
Susunan Peradilan Agama
• Susunan pengadilan: Ps 6-48 UU PA
• Ps 6 UU 7/1989: peradilan agama terdiri dari:
– Pengadilan Agama yang merupakan pengadilan tingkat pertama dan
– Pengadilan Tinggi Agama yang merupakan pengadilan tingkat banding
• Pengadilan Agama:
– Pengadilan tingkat pertama
– Putusan pertama (judex factie)
– Berada di tingkat kabupaten/kota
– Dibentuk dengan Perpres
• Pengadilan Tinggi Agama:
– Pengadilan banding
– Putusan tingkat terakhir (judex factie)
– Berada di tingkat propinsi
– Dibentuk dengan undang-undang
Susunan Peradilan Agama - 2
• Tugas dan kewenangan Mahkamah Agung (UU 48/2009 ttg
Kekuasaan Kehakiman)
– Ps 20 & 23: mengadili pada tingkat kasasi
– Ps 24: memutus perkara peninjauan kembali
• Mahkamah Syar’iyah
– Bukan merupakan pengadilan khusus (penjelasan Ps 27 (1) UU
48/2009)
– Lembaga peradilan dalam wilayah Propinsi NAD yang berlaku untuk
pemeluk agama Islam (Ps 1 angka 7 UU 18/2001 ttg Otonomi Khusus
bagi Prov DI Aceh sebagai Prov NAD
– Ps 27 UU 48/2009: berada dalam salah satu lingkungan peradilan di
bawah MA. Ps 25 UU 18/2001: peradilan syariat Islam di Prov NAD
sebagai bagian dari sistem peradilan nasional
– Kewenangan di bidang muamalah dan jinayah yang diatur dalam
Qanun Provinsi NAD
Mahkamah Agung
Pada tingkat kasasi membatalkan putusan atau
penetapan pengadilan karena:
Tidak berwenang atau melampaui batas
wewenang
Salah menerapkan atau melanggar hukum yang
berlaku
Lalai memenuhi syarat-syarat yang diwajibkan
oleh peraturan perundang-undangan yang
mengancam kelalaian itu dengan batalnya
putusan ybs
(Ps I angka 19 UU 5/2004 ttg perubahan atas UU
14/1985 ttg MA)
Mahkamah Agung
• MA memutus sengketa antara 2 pengadilan atau lebih
menyatakan berwenang/tidak berwenang mengadili atas
perkara yang sama (Ps 56 UU 14/1985)
• MA memutus pada tingkat pertama dan terakhir semua
sengketa tentang kewenangan mengadili (Ps 33 UU 14/1985):
– Antara pengadilan di lingkungan peradilan yang satu dengan
pengadilan di lingkungan peradilan yang lain
– Antara dua pengadilan yang ada dalam daerah hukum
pengadilan tingkat banding yang berlainan dari lingkungan
peradilan yang sama
– Antara dua pengadilan tingkat banding di lingkungan peradilan
yang sama atau antara lingkungan peradilan yang berlainan
• MA memeriksa dan memutus permohonan PK pada tingkat
pertama dan terakhir atas putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum yang tetap
Pejabat Peradilan
• Ketua Pengadilan
• Hakim
• Panitera
• Sekretaris
• Juru Sita
KETUA PENGADILAN
• Ketua dan Wakil Ketua diangkat dan diberhentikan
oleh Ketua MA
• Tugas:
– Mengatur pembagian tugas para hakim
– Membagikan semua berkas perkara dan atau surat-surat
lain yang berhubungan dengan perkara yang diajukan ke
pengadilan kepada majelis hakim untuk diselesaikan
– Menetapkan perkara yang harus diadili
– Mengawasi kesempurnaan pelaksanaan penetapan atau
putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan
hukum tetap
Syarat Ketua/Wakil PA/PTA (UU
50/2009)
Syarat Syarat Ketua PA Syarat Ketua PTA Syarat Wakil
Ketua PA (Ps I angka 6) (Ps I angka 6) Ketua PTA (Ps I
(Ps I angka angka 6)
4) Wakil
Hakim Ketua
PTA PTA Ketua
PTA
Ketua
PA
Hakim
Ketua Hakim Hakim Hakim Hakim
PA
PA PTA PTA PTA PTA
(15
(5 th) (5 th) (3 th) (4 th) (2 th)
th)
Hakim
Ketua Ketua
PA
PA PA
7 th
HAKIM
• Tugas hakim:
– Melaksanakan tugas kekuasaan kehakiman
– Hakim wajib menggali, mengikuti, dan memahami nilai-nilai hukum dan
rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat
• Ps I angka 7 UU 50/2009:
– Ketua dan wakil ketua diangkat dan diberhentikan oleh Ketua MA
– Hakim diangkat oleh Presiden atas usul Ketua MA
– Hakim diberhentikan oleh Presiden atas usul Ketua MA dan/atau KY
melalui Ketua MA
Panitera
Wakil Panitera
Panitera Muda
Panitera Pengganti
JURU SITA
• Juru Sita tidak boleh merangkap
– Wali, pengampu, dan pejabat yang berkaitan
dengan perkara yang di dalamnya ia sendiri
berkepentingan
– Advokat
• Juru Sita PA diangkat dan diberhentikan oleh
Ketua MA atas usul Ketua Pengadilan ybs
• Juru Sita Pengganti diangkat dan diberhentikan
oleh Ketua Pengadilan ybs
Tugas Juru Sita
• Melaksanakan semua perintah yang diberikan
oleh ketua sidang
• Menyampaikan pengumuman-pengumuman,
teguran-teguran, dan pemberitahuan penetapan
atau putusan pengadilan
• Melakukan penyitaan atas perintah Ketua
Pengadilan
• Membuat berita acara penyitaan, yang salinan
resminya diserahkan kepada pihak-pihak yang
berkepentingan
Syarat menjadi Juru Sita/Juru Sita
Pengganti
• WNI
• Beragama Islam
Juru Sita
• Bertakwa kepada Tuhan YME
• Setia kepada Pancasila dan UUD 1945
• Berijazah paling rendah SMU atau yang Juru Sita
sederajat Pengganti
Min 3 th
• Berpengalaman sebagai Juru Sita
Pengganti minimal 3 tahun untuk Juru
Sita. Berpengalaman minimal 3 tahun Pegawai
sebagai pegawai negeri pada PA untuk negeri di PA
Juru Sita Pengganti Min 3 th
Wakil Ketua
Hakim
Hakim
Hakim Pan/Sek
Hakim
Wakil Wakil
Panitera Sekretaris
Juru Sita
P. Pengganti
Pengganti
Tata Usaha
P. Pengganti Personalia Keuangan
Umum
P. Pengganti
H ak im P TA
Typ e title h ere
• Sda
• Berpengalaman sebagai Wakil Panitera
minimal 3 tahun, sebagai Panitera Muda
PTA minimal 5 tahun, atau sebagai
Panitera PA minimal 3 tahun
Susunan Organisasi Panitera
P an itera
W ak il P an itera
P an itera M u d a
P an itera P en g g an ti
SEKRETARIS
J U R U S ITA P E N G G A N TI
(m in . 3 th )
PEGAW AI NEGERI DI PA
(m in . 3 th )
TERIMA KASIH
WASSALAM
BANTUAN HUKUM,
YURISPRUDENSI PERADILAN
AGAMA DAN CONTOH
YURISPRUDENSI
122
Tentang batasan umum dapat dijelaskan bahwa
pemberian bantuan atau nasehat adalah sesuai dengan
hukum sepanjang mengenai hal-hal yang berkaitan dengan
masalah formil. Terutama berkenaan dengan tata cara
berproses di depan sidang pengadilan, hal-hal yang
berkenaan dengan masalah materiil atau pokok perkara
tidak termasuk dalam jangkauan fungsi tersebut.
Masalah formil pemberian bantuan hukum adalah :
1. Membuat gugatan bagi yang buta huruf.
Pasal 120 HIR atau pasal 144 ayat 1 RBG.
Penggugat yang buta huruf dapat mengajukan gugatan
lisan kepada Ketua Pengadilan dan Ketua Pengadilan wajib
mencatatnya.
123
2. Memberi pengarahan tata cara izin “prodeo”
Pasal 237 sampai dengan pasal 245 HIR.
3. Menyarankan penyempurnaan surat kuasa.
Syarat-syarat surat kuasa khusus yang sah adalah :
a. Harus berbentuk tertulis. Ada tiga alternatif yaitu berupa
akta di bawah tangan yang dibuat sendiri oleh pemberi
kuasa dan penerima kuasa. Atau akta yang dibuat oleh
panitera pengadilan yang dilegalisir oleh Ketua Pengadilan
/ Hakim. Atau dapat juga dengan akta otentik yang dibuat
notaris.
b. Harus disebutkan nama para pihak yang berperkara ,
c. Harus ditegaskan tentang hal yang disengketakan secara
jelas.
d. Harus disebut dan dirinci batas-batas tindakan yang dapat
dilakukan penerima kuasa.
124
4. Menganjurkan perbaikan surat gugat,
sepanjang kekurangan yang ada masih menyangkut
masalah formil, h a k i m berwenang memberi bantuan
atau nasehat.
5. Memberi penjelasan alat bukti yang sah
Penjelasan alat bukti yang sah yang diberikan oleh
hakim kepada para pihak yang berperkara, terutama
adalah mengenai keterangan saksi. Saksi yang
ditampilkan dipersidangan harus efektif dan
keterangannya dapat bernilai sebagai alat bukti.
H a k i m menjelaskan tentang syarat formil dan syarat
materiil yang harus dipenuhi oleh seorang saksi. Syarat
formilnya tidak boleh bertentangan dengan pasal 145
HIR atau pasal 172 RBG yaitu kelompok orang-orang
125
yang tidak boleh diajukan sebagai saksi. Sedang syarat
materiil yang harus dipenuhi saksi adalah keterangan yang
diberikan berdasar penglihatan, pendengaran atau
pengalaman langsung dari peristiwa yang disengketakan.
6. Memberi penjelasan cara mengajukan bantahan dan
jawaban
Mengenai cara pengajuan eksepsi (pasal 136 HIR atau
pasal 162 RBG) perlu penjelasan dari hakim, termasuk
jenis-jenis eksepsi yang dapat diajukan.
7. Bantuan memanggil saksi secara resmi
Pada prinsipnya, dalam perkara perdata para pihak sendiri
yang membawa saksi yang diajukan dipersidangan. Namun
adakalanya saksi yang diperlukan tidak bersedia hadir,
padahal kesaksiannya sangat penting dan menentukan.
Pengadilan dapat membantu memanggil saksi secara resmi
126
agar hadir dipersidangan (pasal 139 ayat 1 HIR atau pasal
165 RBG). Bahkan kalau s a k s i dipanggil secara resmi dua
kali berturut-turut belum datang, pengadilan dapat memaksa
hadir melalui kejaksaan atau kepolisian ( Pasal 141 ayat 2 HIR
atau pasal 167 ayat 2 RBG).
8. Memberi bantuan upaya hukum
Diantara para pencari keadilan, ternyata masih banyak yang
tidak mampu dalam segala hal. Namun bantuan tersebut
tidak boleh memihak dan merusakkan asas persamaan hak
dan kedudukan dihadapan hukum.
9. Memberi penjelasan tata cara verzet dan rekonvensi
Dlm praktek, sering terjadi adanya kesalahan prosedur,
misalnya permintaan banding terhadap putusan verstek,
menurut ketentuan pasal 128 dan 129 HIR atau pasal 153
RBG dinyatakan bahwa upaya hukum yang tepat untuk itu
adalah melalui verzet.
127
10. Mengarahkan dan membantu merumuskan perdamaian .
(Ps.130 HIR jo. Ps.154 RBG jo. Ps.39 UU No.Th. 1974 jo. Ps.65 UU No.7 Thn. 1989 jo. Ps.31 PP No. 9 Thn.
1975)
Dalam UU ditegaskan bahwa usaha mendamaikan yang diperankan hakim harus secara aktif. Memberi saran
dan rumusan berdasarkan kehendak bebas dari para pihak , sejak sidang I, sampai putusan dijatuhkan
Dengan berkembangnya profesi pemberi jasa hukum atau ADVOKAT, dan bantuan hukum, kesepuluh
kegiatan tersebut dapat dibantu oleh Advokat dan Pemberi Bantuan Hukum, diluar Pengad, maupun dlam
proses berperkara.
128
Perkataan pencari keadilan itu
mengandung makna konotasi
pihak penggugat. Ditinjau dari
segi hukum perdata, yang
berperkara didepan sidang
pengadilan dan sama-sama
mencari keadilan itu adalah
129
B. Pengertian Yurisprudensi
Dalam kepustakaan hukum Indonesia yang disebut
yurisprudensi adalah kumpulan atau sari keputusan
Mahkamah Agung (dan Pengadilan Tinggi) mengenai
perkara tertentu berdasarkan pertimbangan (kebijak-
sanaan) hakim sendiri yang diikuti sebagai pedoman oleh
hakim lain dalam memutus perkara yang sama atau hampir
sama.
Apa sebabnya hakim di suatu pengadilan
mempergunakan putusan hakim lain dalam menyelesaikan
suatu putusan?
130
1. Karena Mahkamah Agung merupakan badan peradilan
tertinggi yang melakukan pengawasan terhadap
pengadilan-pengadilan (yang lebih rendah) peradilan di
tanah air kita.
2. Selain faktor psikologis, juga faktor praktis yang
menyebabkan hakim yang lebih rendah mengikuti
keputusan hakim yang lebih tinggi. Biasanya untuk
perkara yang sama hakim pada pengadilan yang
kedudukannya lebih tinggi akan “memperbaiki”
putusan hakim pengadilan yang lebih rendah.
3. Hakim salah satu pengadilan mengikuti putusan hakim
lain, karena ia menyetujui pertimbangan yang dimuat
dalam putusan hakim lain itu.
131
Pada tahun 1865, Mahkamah Agung Hindia Belanda
menentukan dalam pertimbangannya bahwa harta warisan
dikuasai oleh hukum pewaris.
133
Pd. tahun anggaran 1992/1993, Badan Pembinaan
Hukum Nasional (BPHN) membentuk satu tim untuk
menginventarisasi, sekaligus menganalisa dan
mengevaluasi yurisprudensi Peradilan Agama selama 27
tahun, dari tahun 1958 sampai dengan tahun 1985.
Dari ke 96 putusan yang memuat enam belas soal
yang dianalisis dan dievaluasi, masih banyak yang perlu
dibina dan ditingkatkan, yi: (1) proses berperkara di sidang
pengadilan. (2) Bentuk putusan yang tidak sesuai dengan
bentuk putusan suatu pengadilan. (3) Bunyi amar putusan
beberapa Pengadilan Agama tingkat pertama tidak
menggambarkan isi gugatan. (4) Dasar hukum yang
dijadikan landasan putusan Pengadilan Agama adalah
berbagai peraturan perundang-undangan pembentukan
peradilan agama secara umum,
134
mulai dari S. 1882:152 sampai dengan Instruksi Direktur
Jenderal Bimbingan Islam Departemen Agama.
(5) Salah satu Pengadilan Agama di Sumatera Barat
mengabulkan permohonan Penggugat yang telah
menjatuhkan talak satu kepada istrinya (Tergugat) di luar
sidang Pengadilan.
(6) Penerapan kaidah hukum yang tidak tepat.
135
BANTUAN HUKUM,
YURISPRUDENSI PERADILAN
AGAMA DAN CONTOH
YURISPRUDENSI
139
Tentang batasan umum dapat dijelaskan bahwa
pemberian bantuan atau nasehat adalah sesuai dengan
hukum sepanjang mengenai hal-hal yang berkaitan dengan
masalah formil. Terutama berkenaan dengan tata cara
berproses di depan sidang pengadilan, hal-hal yang
berkenaan dengan masalah materiil atau pokok perkara
tidak termasuk dalam jangkauan fungsi tersebut.
Masalah formil pemberian bantuan hukum adalah :
1. Membuat gugatan bagi yang buta huruf.
Pasal 120 HIR atau pasal 144 ayat 1 RBG.
Penggugat yang buta huruf dapat mengajukan gugatan
lisan kepada Ketua Pengadilan dan Ketua Pengadilan wajib
mencatatnya.
140
2. Memberi pengarahan tata cara izin “prodeo”
Pasal 237 sampai dengan pasal 245 HIR.
3. Menyarankan penyempurnaan surat kuasa.
Syarat-syarat surat kuasa khusus yang sah adalah :
a. Harus berbentuk tertulis. Ada tiga alternatif yaitu berupa
akta di bawah tangan yang dibuat sendiri oleh pemberi
kuasa dan penerima kuasa. Atau akta yang dibuat oleh
panitera pengadilan yang dilegalisir oleh Ketua Pengadilan
/ Hakim. Atau dapat juga dengan akta otentik yang dibuat
notaris.
b. Harus disebutkan nama para pihak yang berperkara ,
c. Harus ditegaskan tentang hal yang disengketakan secara
jelas.
d. Harus disebut dan dirinci batas-batas tindakan yang dapat
dilakukan penerima kuasa.
141
4. Menganjurkan perbaikan surat gugat,
sepanjang kekurangan yang ada masih menyangkut
masalah formil, h a k i m berwenang memberi bantuan
atau nasehat.
5. Memberi penjelasan alat bukti yang sah
Penjelasan alat bukti yang sah yang diberikan oleh
hakim kepada para pihak yang berperkara, terutama
adalah mengenai keterangan saksi. Saksi yang
ditampilkan dipersidangan harus efektif dan
keterangannya dapat bernilai sebagai alat bukti.
H a k i m menjelaskan tentang syarat formil dan syarat
materiil yang harus dipenuhi oleh seorang saksi. Syarat
formilnya tidak boleh bertentangan dengan pasal 145
HIR atau pasal 172 RBG yaitu kelompok orang-orang
142
yang tidak boleh diajukan sebagai saksi. Sedang syarat
materiil yang harus dipenuhi saksi adalah keterangan yang
diberikan berdasar penglihatan, pendengaran atau
pengalaman langsung dari peristiwa yang disengketakan.
6. Memberi penjelasan cara mengajukan bantahan dan
jawaban
Mengenai cara pengajuan eksepsi (pasal 136 HIR atau
pasal 162 RBG) perlu penjelasan dari hakim, termasuk
jenis-jenis eksepsi yang dapat diajukan.
7. Bantuan memanggil saksi secara resmi
Pada prinsipnya, dalam perkara perdata para pihak sendiri
yang membawa saksi yang diajukan dipersidangan. Namun
adakalanya saksi yang diperlukan tidak bersedia hadir,
padahal kesaksiannya sangat penting dan menentukan.
Pengadilan dapat membantu memanggil saksi secara resmi
143
agar hadir dipersidangan (pasal 139 ayat 1 HIR atau pasal
165 RBG). Bahkan kalau s a k s i dipanggil secara resmi dua
kali berturut-turut belum datang, pengadilan dapat memaksa
hadir melalui kejaksaan atau kepolisian ( Pasal 141 ayat 2 HIR
atau pasal 167 ayat 2 RBG).
8. Memberi bantuan upaya hukum
Diantara para pencari keadilan, ternyata masih banyak yang
tidak mampu dalam segala hal. Namun bantuan tersebut
tidak boleh memihak dan merusakkan asas persamaan hak
dan kedudukan dihadapan hukum.
9. Memberi penjelasan tata cara verzet dan rekonvensi
Dlm praktek, sering terjadi adanya kesalahan prosedur,
misalnya permintaan banding terhadap putusan verstek,
menurut ketentuan pasal 128 dan 129 HIR atau pasal 153
RBG dinyatakan bahwa upaya hukum yang tepat untuk itu
adalah melalui verzet.
144
10. Mengarahkan dan membantu merumuskan perdamaian .
(Ps.130 HIR jo. Ps.154 RBG jo. Ps.39 UU No.Th. 1974 jo. Ps.65 UU No.7 Thn. 1989 jo. Ps.31 PP No. 9 Thn.
1975)
Dalam UU ditegaskan bahwa usaha mendamaikan yang diperankan hakim harus secara aktif. Memberi saran
dan rumusan berdasarkan kehendak bebas dari para pihak , sejak sidang I, sampai putusan dijatuhkan
Dengan berkembangnya profesi pemberi jasa hukum atau ADVOKAT, dan bantuan hukum, kesepuluh
kegiatan tersebut dapat dibantu oleh Advokat dan Pemberi Bantuan Hukum, diluar Pengad, maupun dlam
proses berperkara.
145
Perkataan pencari keadilan itu
mengandung makna konotasi
pihak penggugat. Ditinjau dari
segi hukum perdata, yang
berperkara didepan sidang
pengadilan dan sama-sama
mencari keadilan itu adalah
146
B. Pengertian Yurisprudensi
Dalam kepustakaan hukum Indonesia yang disebut
yurisprudensi adalah kumpulan atau sari keputusan
Mahkamah Agung (dan Pengadilan Tinggi) mengenai
perkara tertentu berdasarkan pertimbangan (kebijak-
sanaan) hakim sendiri yang diikuti sebagai pedoman oleh
hakim lain dalam memutus perkara yang sama atau hampir
sama.
Apa sebabnya hakim di suatu pengadilan
mempergunakan putusan hakim lain dalam menyelesaikan
suatu putusan?
147
1. Karena Mahkamah Agung merupakan badan peradilan
tertinggi yang melakukan pengawasan terhadap
pengadilan-pengadilan (yang lebih rendah) peradilan di
tanah air kita.
2. Selain faktor psikologis, juga faktor praktis yang
menyebabkan hakim yang lebih rendah mengikuti
keputusan hakim yang lebih tinggi. Biasanya untuk
perkara yang sama hakim pada pengadilan yang
kedudukannya lebih tinggi akan “memperbaiki”
putusan hakim pengadilan yang lebih rendah.
3. Hakim salah satu pengadilan mengikuti putusan hakim
lain, karena ia menyetujui pertimbangan yang dimuat
dalam putusan hakim lain itu.
148
Pada tahun 1865, Mahkamah Agung Hindia Belanda
menentukan dalam pertimbangannya bahwa harta warisan
dikuasai oleh hukum pewaris.
150
Pd. tahun anggaran 1992/1993, Badan Pembinaan
Hukum Nasional (BPHN) membentuk satu tim untuk
menginventarisasi, sekaligus menganalisa dan
mengevaluasi yurisprudensi Peradilan Agama selama 27
tahun, dari tahun 1958 sampai dengan tahun 1985.
Dari ke 96 putusan yang memuat enam belas soal
yang dianalisis dan dievaluasi, masih banyak yang perlu
dibina dan ditingkatkan, yi: (1) proses berperkara di sidang
pengadilan. (2) Bentuk putusan yang tidak sesuai dengan
bentuk putusan suatu pengadilan. (3) Bunyi amar putusan
beberapa Pengadilan Agama tingkat pertama tidak
menggambarkan isi gugatan. (4) Dasar hukum yang
dijadikan landasan putusan Pengadilan Agama adalah
berbagai peraturan perundang-undangan pembentukan
peradilan agama secara umum,
151
mulai dari S. 1882:152 sampai dengan Instruksi Direktur
Jenderal Bimbingan Islam Departemen Agama.
(5) Salah satu Pengadilan Agama di Sumatera Barat
mengabulkan permohonan Penggugat yang telah
menjatuhkan talak satu kepada istrinya (Tergugat) di luar
sidang Pengadilan.
(6) Penerapan kaidah hukum yang tidak tepat.
152
PEMBUKTIAN DALAM HUKUM
ISLAM DAN PRAKTIKNYA DI
PENGADILAN AGAMA
INDONESIA
Oleh :
Tim Pengajar Hukum Acara
Perdata Peradilan Agama
FHUI
A. PENGERTIAN
PEMBUKTIAN
Pembuktian menurut istilah bahasa Arab
berasal dari kata “Al-bayinah” yang
artinya “suatu yg menjelaskan.” ibn al-
Qayyim al-Jauziyah dalam kitabnya At-
Turuq al Hukmiyah mengertikan
“bayyinah” sebagai segala sesuatu atau
apa saja yang dapat mengungkapkan
dan menjelaskan kebenaran sesuatu.
Menurut Prof. Dr. Supomo pembuktian
mempunyai arti luas dan arti terbatas.
Dalam arti luas, pembuktian berarti
memperkuat keyakinan kesimpulan
hakim dengan syarat-syarat bukti yang
syah.
Dalam arti terbatas pembuktian itu
hanya diperlukan apabila yang
dikemukakan oleh penggugat itu di
bantah oleh tergugat.
Tingkatan keyakinan hakim tersebut adalah :
1. “Yaqiin” : meyakinkan, yaitu si hakim benar-
benar yakin (terbukti 100%)
2. “Zhaan” : sangkaan yang kuat, yaitu lebih
condong untuk membenarkan adanya
pembuktian (terbukti 75-99%)
3. “Syubhaat” : ragu-ragu (terbukti 50%)
4. “Waham” : sangsi, lebih banyak tidak adanya
pembuktian dari pada adanya (terbukti <
50%), maka pembuktiannya lemah.
Suatu pembuktian diharapkan dapat memberikan
keyakinan hakim pada tingkat yang meyakinkan.
Nabi Muhammad SAW., lebih cenderung
mengharamkan atau menganjurkan untuk
meninggalkan perkara syubhat. Dalam salah satu
hadits sahih, Nabi SAW., menyebutkan :
“… sesungguhnya yg halal itu jelas dan yg haram
itu jelas. Diantara keduanya ada yg syubhat
(perkara yg samar) yg kebanyakan manusia tidak
mengetahuinya. Maka … dan barang siapa yg jatuh
melakukan perkara yg samar itu, maka ia telah
jatuh dalam perkara yg haram…” (riwayat Al-
Bukhori dan Muslim).
Suatu pembuktian memerlukan adanya dalil.
Dalil dalam Hukum Islam dimaksudkan untuk
mendudukkan kebenaran pada kebenaran
materil.
Dalil Hukum
Dalil hukum pada pembuktian ini hanya
diarahkan pada kaedah-kaedah fikih antara lain :
“… bukti-bukti itu dibebankan kepada
penggugat, dan sumpah dibebankan kepada
yang menolak gugatan.”
“…. Perdamaian adalah boleh dalam
suatu perkara, kecuali dalam hal
mendamaikan yang halal dengan yang
haram…”
B. ALAT-ALAT BUKTI YANG DIAKUI
DAN DIGUNAKAN DALAM
PEMBUKTIAN DI PENGADILAN AGAMA
1. Pengertian
2. Tata Cara dan Dasar Hukum
3. Pemeriksaan Tingkat Banding
4. Jangkauan Pemeriksaan Banding
5. Dasar Hkum Pemeriksaan Banding dlm
UU No. 7 Th. 1989 jo. UU No. 3 Th. 2006
A.Upaya Banding
•Terima kasih
Kompetensi Peradilan
Agama
Pertemuan 7
Kewenangan Peradilan Agama
• Menurut M Yahya Harahap, tugas dan
kewenangan peradilan agama:
– Fungsi kewenangan mengadili
– Memberi keterangan, pertimbangan, dan nasihat
tentang hukum Islam kepada instansi pemerintah
– Kewenangan lain oleh atau berdasarkan undang-
undang
– Kewenangan PTA mengadili perkara dalam tingkat
banding dan mengadili sengketa kompetensi
relatif
– Bertugas mengawasi jalannya peradilan.
Kompetensi Peradilan Agama
• Kompetensi relatif:
– Ps 118 HIR atau Ps 142 RBg jo Ps 66 dan Ps 73 UU 7/1989
• Kompetensi absolut:
– Ps 49 UU 7/1989:
• Perkawinan
• Waris
• Wasiat
• Hibah
• Wakaf
• Zakat
• Infaq
• Shadaqah
• Ekonomi syariah
Kompetensi Relatif Peradilan
Agama
• Ps 118 HIR:
– Secara umum, pengadilan yang berwenang mengadili
adalah pengadilan di tempat kediaman Tgg (asas actor
sequitur forum rei)
– Apabila Tgg lebih dari satu, maka gugatan diajukan kepada
pengadilan di tempat salah seorang Tgg
– Apabila tempat tinggal Tgg tidak diketahui maka gugatan
diajukan kepada pengadilan di tempat tinggal Pgg
– Apabila gugatan mengenai benda tidak bergerak maka
gugatan diajukan kepada pengadilan di wilayah hukum
dimana barang tsb terletak
– Apabila ada temapt tinggal yang dipilih dengan akta maka
gugatan diajukan kepada pengadilan yang dipilih dalam
akta tsb
Kompetensi Relatif Peradilan
Agama - 2
• Ps 66 UU 7/1989:
– Cerai talak (suami):
• Ditentukan oleh tempat kediaman termohon
• Pengecualian: di tempat kediaman pemohon bila:
– Termohon meninggalkan tempat kediaman bersama tanpa izin pemohon
– Termohon bertempat tinggal di luar negeri
• Ps 73 UU 7/1989:
– Cerai gugat (istri):
• Ditentukan oleh tempat kediaman Pgg
• Pengecualian:
– Pgg sengaja meninggalkan tempat kediaman bersama tanpa izin Tgg: di tempat
kediaman Tgg
– Pgg bertempat kediaman di luar negeri: di tempat kediaman Tgg
– Suami istri bertempat kediaman di luar negeri: tempat perkawinan
dilangsungkan atau ke PA Jakpus
Kompetensi Absolut Peradilan Agama
Bidang perkawinan:
1. izin beristri lebih dari seorang;
2. Izin melangsungkan perkawinan bagi orang yang belum berusia 21 (dua
puluh satu) tahun, dalam hal orang tua wali, atau keluarga dalam garis
lurus ada perbedaan pendapat;
3. dispensasi kawin;
4. pencegahan perkawinan;
5. penolakan perkawinan oleh Pegawai Pencatat Nikah;
6. pembatalan perkawinan;
7. gugatan kelalaian atas kewajiban suami dan istri;
8. perceraian karena talak;
9. gugatan perceraian;
10.penyelesaian harta bersama;
11.penguasaan anak-anak;
12.ibu dapat memikul biaya pemeliharaan dan pendidikan anak bilamana
bapak yang seharusnya bertanggung jawab tidak mematuhinya;
Kompetensi Absolut Peradilan Agama -
2
13. penentuan kewajiban memberi biaya penghidupan oleh suami kepada bekas
istri atau penentuan suatu kewajiban bagi bekas istri;
14. putusan tentang sah tidaknya seorang anak;
15. putusan tentang pencabutan kekuasaan orang tua;
16. pencabutan kekuasaan wali;
17. penunjukan orang lain sebagai wall oleh pengadilan dalam hal kekuasaan
seorang wali dicabut;
18. penunjukan seorang wall dalam hal seorang anak yang belum cukup umur 18
(delapan belas) tahun yang ditinggal kedua orang tuanya;
19. pembebanan kewajiban ganti kerugian atas harta benda anak yang ada di
bawah kekuasaannya;
20. penetapan asal-usul seorang anak dan penetapan pengangkatan anak
berdasarkan hukum Islam;
21. putusan tentang hal penolakan pemberian keterangan untuk melakukan
perkawinan campuran;
22. pernyataan tentang sahnya perkawinan yang terjadi sebelum Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan dijalankan menurut peraturan
yang lain.
Kompetensi Absolut Peradilan Agama -
3
• Bidang waris
– penentuan siapa yang menjadi ahli waris
– penentuan mengenai harta peninggalan
– penentuan bagian masing-masing ahli waris
– melaksanakan pembagian harta peninggalan tersebut
– penetapan pengadilan atas permohonan seseorang tentang penentuan
siapa yang menjadi ahli waris, penentuan bagian masing-masing ahli
waris.
• Bidang hibah: pemberian suatu benda secara sukarela dan tanpa imbalan
dari seseorang atau badan hukum kepada orang lain atau badan hukum untuk
dimiliki.
Kompetensi Absolut Peradilan Agama -
4
• Bidang wakaf: perbuatan seseorang atau sekelompok orang (wakif) untuk
memisahkan dan/atau menyerahkan sebagian harta benda miliknya untuk
dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan
kepentingannya guna keperluan ibadah dan/atau kesejahteraan umum
menurut syari'ah.
• Bidang zakat: harta yang wajib disisihkan oleh seorang muslim atau
badan hukum yang dimiliki oleh orang muslim sesuai dengan ketentuan
syari'ah untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya.