Anda di halaman 1dari 14

HUKUM KELUARGA

Pencegahan
dan
Pembatalan
Perkawinan
PENCEGAHAN DAN
PEMBATALAN PERKAWINAN
• Persamaan :
Pencegahan maupun pembatalan terjadi
akibat para pihak tidak memenuhi syarat-
syarat untuk melangsungkan perkawinan.

• Perbedaan
Pencegahan → dilakukan sebelum
perkawinan dilangsungkan
Pembatalan → dilakukan setelah
perkawinan dilangsungkan
PENCEGAHAN
PERKAWINAN
Menurut Undang-Undang No.1 Tahun 1974 (Pasal 13 s/d 21)
• Pencegahan perkawinan dapat dilakukan, apabila ada pihak
yang tidak memenuhi syarat-syarat untuk melangsungkan
perkawinan.

• Pihak yang dapat mencegah perkawinan


o Para keluarga dalam garis keturunan lurus ke atas dan ke
bawah;
o Saudara ;
o Wali nikah ;
o Wali ;
o Pengampu dari salah seorang calon mempelai ;
o Pihak-pihak yang berkepentingan.
PENCEGAHAN
PERKAWINAN
• Alasan Pencegahan
o Salah seorang dari calon mempelai berada di bawah
pengampuan (dapat menyebabkan kesengsaraan bagi calon
mempelai yang lain)
o Apabila salah seorang dari calon mempelai masih terikat dalam
suatu perkawinan, atau tidak dipenuhinya syarat pasal 3 ayat (2)
dan pasal 4 UU1/1974.
o Apabila tidak memenuhi persyaratan-persyaratan perkawinan
(intern relatif/absolut, ekstern).

• Pencegahan diajukan ke Pengadilan Negeri (beragama selain Islam)


atau Pengadilan Agama (beragama Islam) di daerah hukum di mana
perkawinan akan dilangsungkan.
• Pegawai pencatat perkawinan menyampaikan mengenai
permohonan pencegahan perkawinan ini kepada kedua calon
mempelai.
• Pencegahan perkawinan ini dapat dicabut dengan putusan
pengadilan atau ditarik kembali oleh orang yang melakukan
pencegahan perkawinan.
PENCEGAHAN
PERKAWINAN
Menurut KUHPerdata (pasal 59 s/d 70)

• Pencegahan perkawinan/stuiting adalah suatu usaha untuk


menghindari adanya sebuah perkawinan yang bertentangan
dengan ketentuan Undang-Undang yang ada.

• Pihak yang berhak mencegah perkawinan :


o Suami/istri/anak-anak salah seorang calon mempelai, kalau ada
yang masih terikat suatu perkawinan ;
o Ayah/ibu/wali calon mempelai ;
o Kakek/nenek dan wali/wali pengawas ;
o Saudara-saudara sekandung/paman/bibi ;
o Bekas suami dari calon mempelai wanita apabila perceraiannya
belum melewati 300 hari ;
o Jaksa.
PENCEGAHAN
PERKAWINAN
Menurut KUHPerdata

• Permohonan pencegahan diajukan kepada Pengadilan Negeri yang


ada di daerah hukum catatan sipil yang akan melangsungkan
perkawinan tersebut.

• Apabila ada pencegahan, pegawai catatan sipil dilarang untuk


melangsungkan perkawinan sebelum:
o Ada putusan PN yang berkekuatan hukum tetap ; atau
o Sudah ada sebuah akta autentik yang menghapuskan
pencegahan perkawinan

Akibat hukum dari dilangsungkannya perkawinan sebelum salah
satu dari dua syarat di atas dipenuhi adalah :
- pembayaran ganti rugi
- perkawinan dapat dibatalkan (vernietigbaar)
PEMBATALAN
PERKAWINAN
Menurut Undang-Undang No.1 Tahun 1974 (pasal 22 s/d 28)

• Pembatalan perkawinan dapat dilakukan apabila para pihak


tidak memenuhi syarat-syarat untuk melangsungkan
perkawinan.

• Pihak yang dapat mengajukan pembatalan perkawinan


adalah :
o Para keluarga dalam garis keturunan lurus ke atas dari
suami atau istri ;
o Suami atau istri ;
o Pejabat yang berwenang hanya selama perkawinan belum
diputuskan ;
o Pejabat yang ditunjuk atau pihak-pihak yang
berkepentingan.
PEMBATALAN
PERKAWINAN
• Alasan Pembatalan :
o Apabila salah seorang ternyata masih terikat perkawinan ;
o Perkawinan dilakukan di hadapan pejabat pencatat nikah yang tidak
berwenang, wali nikah tidak sah atau tidak dihadiri oleh 2 orang saksi ;
o Apabila perkawinan dilangsungkan di bawah ancaman yang melanggar hukum
✓ jangka waktu untuk meminta pembatalan maksimum 6 bulan setelah
ancaman berhenti, setelah jangka waktu tersebut hak untuk meminta
pembatalan gugur
o Apabila pada waktu berlangsungnya perkawinan terjadi salah sangka mengenai
diri suami/istri
✓ jangka waktu untuk meminta pembatalan maksimum 6 bulan setelah saat
sangka tersebut disadari, setelah jangka waktu tersebut hak untuk meminta
pembatalan gugur
• Permohonan pembatalan perkawinan diajukan kepada Pengadilan Negeri (non
Muslim) atau Pengadilan Agama (Muslim) dalam daerah hukum dimana perkawinan
dilangsungkan atau di tempat tinggal kedua suami istri, suami atau istri.
PEMBATALAN
PERKAWINAN
• Perkawinan dianggap batal apabila telah ada
keputusan pengadilan yang berkekuatan hukum
tetap dan berlaku sejak saat berlangsungnya
perkawinan.
• Pembatalan tidak berlaku surut terhadap :
o Anak-anak yang dilahirkan dalam perkawinan tersebut ;
o Suami atau istri yang bertindak dengan itikad baik,
kecuali terhadap harta bersama (apabila terjadi
poligami) → harta bersama tetap dibagi apabila
suami/istri beritikad baik;
o Orang ketiga yang memperoleh hak tidak boleh
dirugikan.
PEMBATALAN
PERKAWINAN
Menurut KUHPerdata (Pasal 85 -99a)

Alasan pembatalan :
• Perkawinan yang bertentangan dengan pasal 27
Perkawinan dan pasal 29 ;
• Perkawinan yang tidak sesuai dengan syarat-syarat
formal yang ditentukan di dalam KUHPerdata
• Perkawinan tanpa kata sepakat (adanya paksaan) ;
• Terjadi kekhilafan ;
• Suami/istri berada di bawah Pengampuan.
PEMBATALAN
PERKAWINAN
• Perkawinan yang dibatalkan tetap memiliki segala akibat
perdata terhadap :
o Suami-istri (apabila kedua-duanya beritikad baik) dan
anak-anak;
o Suami atau istri yang beritikad baik (apabila hanya salah
satu pihak yang beritikad baik) dan anak-anak.

• Segala akibat perdata tersebut berakhir semenjak


perkawinan tersebut dinyatakan batal.

• Kebatalan tersebut tidak boleh merugikan hak-hak pihak


ketiga.
PEMBATALAN
PERKAWINAN
• Berdasarkan pasal 39 UU Adminduk :
1) Pelaporan pembatalan perkawinan
dilakukan oleh penduduk kepada Instansi
Pelaksana paling lambat 90 (sembilan
puluh) hari setelah putusan pengadilan
memperoleh kekuatan hukum tetap.
2) Instansi Pelaksana mencabut Kutipan Akta
Perkawinan dan mengeluarkan Surat
Keterangan Pembatalan Perkawinan.
JANJI UNTUK MENIKAH
• Question : apakah janji untuk menikah yang tidak dipenuhi
menimbulkan hak untuk menuntut ganti rugi ?

• Answer :
✓ Janji untuk menikah yang tidak dipenuhi tidak menimbulkan
hak untuk menuntut supaya menikah atau menuntut ganti
rugi (Pasal 58 KUHPerdata)

• Pengecualian : telah diumumkan oleh pegawai pencatat


perkawinan, maka yang bersangkutan dapat menuntut ganti
rugi yang benar-benar dideritanya (Yurisprudensi, putusan MA
No.3/1989/pdt, atas dasar Perbuatan Melawan Hukum).

• Namun perkembangan saat ini, beberapa hakim memutuskan


bahwa tidak menepati janji untuk menikah dapat dikategorikan
sebagai Perbuatan Melawan Hukum (Contoh: Putusan MA
No.522/K/Sip/1994).
LINK VIDEO PENJELASAN
SINGKAT
• https://youtu.be/apATwO53FLU

Anda mungkin juga menyukai