Anda di halaman 1dari 2

Resume Materi Keempat

Hukum Perdata
Nama : Alivia Adzhani (2202026146)
Kelas HPI C-2
Hukum Perkawinan: Dasar/Keabsahan, Syarat, Pencegahan, dan Batalnya Perkawinan
❖ Pengertian Perkawinan
Hukum perkawinan sebagai bagian dari hukum perdata ialah peraturan-peraturan hukum yang
mengatur perbuatan-perbuatan hukum serta akibat-akibatnya antara dua pihak, yaitu seorang laki-
laki dan seorang wanita dengan maksud hidup bersama untuk waktu yang lama menurut peraturan-
peraturan yang ditetapkan dalam undang-undang.
Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami isteri
dengan tujuan membentuk keluarga (Rumah Tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan kepada
Tuhan Yang Maha Esa .
❖ Sistem hukum perkawinan di Indonesia (Pluralistis)

1. Hukum perkawinan menurut hukum perdat abarat


2. Hukum perkawinan menurut hukum Islam
3. Hukum perkawinan menurut hukum adat

❖ Syarat-Syarat Perkawinan
Syarat perkawinan dibedakan menjadi 2 yaitu materiil dan formil.
Syarat perkawinan yang bersifat materiil dapat disimpulkan dari Pasal 6 s/d 11 UU No. I tahun
1974 yaitu:
1. Perkawinan harus didasarkan atas persetujuan kedua calon mempelai.
2. Untuk melangsungkan perkawinan seorang yang belum mencapai umur 21 tahun harus
mendapat ijin kedua orang tuanya/salah satu orang tuanya, apabila salah satunya telah
meninggal dunia/walinya apabila kedua orang tuanya telah meninggal dunia.
3. Perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19 tahun dan pihak
wanita sudah mencapai umur 16 tahun. Kalau ada penyimpangan harus ada ijin dari
pengadilan atau pejabat yang ditunjuk oleh kedua orang tua pihak pria maupun wanita.
Syarat perkawinan secara formal menurut pasal 12 UU No.1/1975 direalisasikan dalam pasal 3
s/d pasal 13 peraturan pemerintah no 9 tahun 1975:
1) Syarat yang harus dipenuhi sebelum perkawinan dilangsungkan
➢ Pemberitahuan tentang maksud kawin kepada pegawai pencatat di tempat perkawinan akan
dilangsungkan 10 hari sebelum perkawinan.
➢ Pengumuman tentang maksud kawin oleh pegawai pencatat.
2) Syarat yang harus dipenuhi bersama dengan dilangsungkannya perkawinan:
➢ Kutipan akta kelahiran
➢ Izin tertulis/ izin pengadilan apabila calon belum mencapai usia 21 tahun
➢ Izin pengailan/ pejabat apabila seorang suami masih mempunyai istri
➢ Izin tertulis dari pejabat yang ditujukan kepada ABRI
➢ Surat kuasa otentik atau dibawah tangan yang disahkan oleh pegawai pencatat
❖ Pencegahan Perkawinan

Pencegahan perkawinan dapat dilakukan bila tidak terpenuhi dua persyaratan ini. Pertama,
syarat materiil adalah syarat yang berkaitan dengan pencatatan perkawinan, akta nikah, dan
larangan perkawinan. Kedua, syarat administratif adalah syarat perkawinan yang melekat pada
setiap rukun perkawinan, yang meliputi calon mempelai laki-laki dan wanita, saksi, wali, dan
pelaksanaan akad nikahnya. Dalam UU No. 1/1974 dalam pasal 13 yang berbunyi
“Perkawinan dapat dicegah, apabila ada pihak yang tidak memenuhi syarat-syarat untuk
melangsungkan perkawinan.”

❖ Dasar-dasar dari perkawinan. Dibentuk oleh unsur unsur alami dari kehidupan itu
sendiri, yaitu:
1. Kebutuhan dan fungsi biologis
2. Menurunkan
3. Kebutuhan akan kasih sayang
4. Memelihara anak yang dilahirkan dari perkawinan tersebut
5. Mendidik anak itu untuk menjadi anggota masyarakat yang sempurna
❖ Batalnya Perkawinan (Pasal 22/28)
1. Syarat-Syarat Pembatalan Perkawinan
Menurut pasal 22 UUP suatu perkawinan dapat dibatalkan, apabila para pihak tidak
memenuhi syarat-syarat untuk melangsungkan perkawinan
Pengertian “dapat” dalam pasal ini dapat diartikan bisa batal atau tidak batal,
bilamana ketentuan hukum agamanya masing-masing tidak menentukan lain.
Adapun pihak-pihak yang dapat mengajukan pembatalan perkawinan menurut
pasal 21 UUP adalah:
a. Para keluarga dlm garis keturunan lurus ke atas suami atau istri
b. Suami atau istri
c. Pejabat yang berwenang hny selama perkawinan belum diputuskan
d. Pejabat yang ditunjuk tersebut ayat (2) pasal 16 UU ini dan setiap orang yang
mempunyai kepentingan hukum secara langsung thd perkawinan tersebut, tetapi hanya
setelah perkawinan itu putus.
2. Saat batalnya perkawinan
Menurut Pasal 23 UUP batalnya suatu perkawinan dimulai setelah keputusan pengadilan.
Di mana keputusan tsb mempunyai kekuatan hk yang tetap. Keputusan tdk berlaku surut
terhadap:
a. Anak-anak yg dilahirkan dr perkawinan tsb
b. Suami/istri yang bertindak dengan I’tikad baik, kecuali thd harta Bersama, bila
pembatalan perkawinan didasarkan atas adanya perkawinan yg lebih dulu
c. Orang ketiga tdk termasuk ke dalam a atau b

Anda mungkin juga menyukai