Anda di halaman 1dari 2

Pertemuan III

Pak ABC

Bagaimana suatu Perkawinan dianggap sah?


Bagaimana status perkawinan yang tidak dicatatkan?
Bagaimana mekanisme pencatatan perkawinan yang sebelumnya tidak dicatatkan?
Apakah mungkin pencatatan perkawinan setelah salah satu pihak meninggal dunia?
Syarat sahnya perkawinan
 Syarat Materiil : syarat mengenai pribadi dari calon suami-istri yang akan
melangsungkan perkawinan.

Syarat materiil absolut (pasal 6-11 UU 1/1974) : jika tidak terpenuhi, maka
perkawinan sama sekali tidak dapat dilaksanakan, antara lain : Tidak terikat
dengan perkawinan lain; Persetujuan kedua calon mempelai; Harus memenuhi
batas umur; Bagi janda berlaku ketentuan waktu tunggu; Calon yang belum 21
tahun harus ijin kedua orang tua.

Syarat materiil relative (pasal 8 UU 1/1974) : halangan perkawinan yang bersifat


khusus, dimana jika tidak terpenuhinya syarat materiil relative ini maka akan
menimbulkan ketidakwenangan khusus. Undang-undang melarang adanya
perkawinan antara orang-orang yang mempunyai hubungan keluarga yang sangat
dekat (sedarah), orang-orang yang ada hubungan semenda; dengan saudara isteri,
bibi atau
kawin karena mempunyai hubungan yang oleh agamanya dilarang kawin.

Syarat Formil : syarat2 yang berkaitan dengan formalitas2 terjadinya perkawinan


tsb. Pasal 2 UU 1/1974 menentukan bahwa tata cara pelaksanaan perkawinan
diatur di dalam peraturan perundang2an tersendiri. Dalam hal ini merujuk pada
ketentuan pasal 3 PP 9/1975 tentang pelaksanaan UU perkawinan, yakni:

(1) Setiap orang yang akan melangsungkan perkawinan memberitahukan


kehendaknya itu kepada Pegawai Pencatat ditempat perkawinan akan
dilangsungkan.
(2) Pemberitahuan tersebut dalam ayat (1) dilakukan sekurang-kurangnya 10
(sepuluh) hari kerja sebelum perkawinan dilangsungkan.
(3) Pengecualian terhadap jangka waktu tersebut dalam ayat (2) disebabkan
sesuatu alasan yang penting, diberikan oleh Camat atas nama Bupati Kepala
Daerah.

 Status hukum mengenai pernikahan yang tidak dicatatkan : Akibat hukum


perkawinan yang tidak dicatatkan, walaupun secara agama atau kepercayaan
dianggap sah, namun perkawinan yang dilakukan diluar pengetahuan dan
pengawasan pegawai pencatatan nikah tidak memiliki kekuatan hukum yang tetap
dan dianggap tidak sah dimata hukum Negara. Akibatnya perkawinan tersebut
berdampak sangat merugi bagi isteri dan perempuan umumnya, baik secara
hukum maupun sosial, serta bagi anak yang dilahirkan.

Pencatatan perkawinan memegang fungsi administratif. Tidak dicatatkan =


perkawinan bukan tidak sah. Perkawinan akan dianggap tidak pernah ada. Hal ini
berkaitan dengan pembuktian perkawinan, kalau tidak dicatatkan maka nanti hak2
yang timbul karena perkawinan namun hak2 tsb tidak dipenuhi oleh salah satu
antar pihak, akan menimbulkan masalah hukum, karena tidak ada pembuktian.
Kalau mau ada pembuktian perkawinan tsb sblm dicatatkan ke kantor sipil, nanti
harus minta penetapan pengadilan terlebih dahulu.

 Mekanisme pencatatan perkawinan yang sebelumnya tidak dicatatkan : dibuktikan


dulu melalu penetapan pengadilan.
 Mungkin pencatatan perkawinan setelah salah satu pihak meninggal dunia : tidak
ada aturannya secara explisit. Namun pada prinsipnya adalah hakim tidak boleh
menolak perkara, maka hakim tetap harus memutuskan. Ketika mereka sudah
secara sah diakui menikah secara agama, maka fungsi hakim disini adalah untuk
membuktikan lagi bahwa pernikahan tsb pernah terjadi. Ini terkait mengenai hal
waris. Maka Notaris jika nanti dimintai penetapan waris bagi mereka yang
beragama Non-Islam, maka harus dicermati dan mencari pembuktian akan
pembuktian perkawinan tsb apakah sah scr agama.
 Pernikahan poligami dalam kaitannya pernikahan sirri : ada Surat Keterangan dari
MA, penyelenggaraan pernikahan poligami ini tidak memungkinkan. Terkait
dengan adanya bukti perkawinan, ketika nikah sirri kan berarti tidak dicatatkan
secara hukum (negara). Kasus : ada org nikah sirri, namun kemudian ia menikah scr
resmi dgn orang lain. Kemudian, suami meninggal dunia dan ahli waris dari
pernikahan sirri mengajukan permohonan pencatatan perkawinan, dan hal ini di
terima oleh kantor catatan sipil. Bahwa seharusnya kalo poligami kan ada syarat
atas perijinan istri pertama, maka hal ini membingungkan, karena pencatatan
pernikahan sirri tsb tidak pernah terjadi.

Anda mungkin juga menyukai