Anda di halaman 1dari 4

Bagaimana cara mengurus surat cerai?

Sebelum membahas cara mengurus surat cerai serta surat gugatan cerai, perlu diketahui bahwa untuk
dapat bercerai resmi secara hukum, salah satu pihak atau kuasanya dapat mengajukan gugatan cerai
kepada pengadilan. Lebih lanjut, gugatan cerai dapat diajukan ke Pengadilan Agama bagi yang beragama
Islam dan Pengadilan Negeri bagi yang beragama selain Islam.

Khusus bagi yang beragama Islam, gugatan cerai dapat diajukan oleh pihak istri, sedangkan jika
keinginan cerai datang dari pihak suami, maka suami dapat mengajukan permohonan kepada
Pengadilan Agama untuk mengadakan sidang guna menyaksikan ikrar talak.

Pengajuan gugatan/permohonan talak di hadapan pengadilan ini penting dilakukan. Sebab, perceraian
hanya dapat dilakukan di depan sidang pengadilan setelah pengadilan yang bersangkutan berusaha dan
tidak berhasil mendamaikan kedua belah pihak.

Kapan Perceraian Dianggap Terjadi?

Bagi yang beragama Islam, perceraian dianggap telah terjadi terhitung sejak jatuhnya putusan
Pengadilan Agama yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap.

Sedangkan bagi yang beragama selain Islam, suatu perceraian dianggap terjadi beserta segala akibat-
akibatnya terhitung sejak saat perceraian tersebut didaftarkan oleh pegawai pencatat pada daftar
pencatatan kantor pencatatan.

Syarat dan Cara Mengurus Surat Gugatan Cerai

Sebelum mengajukan gugatan cerai, ada baiknya Anda mempersiapkan persyaratan dalam mengajukan
surat gugatan cerai. Dokumen-dokumen berikut penting untuk dipersiapkan guna melengkapi
persyaratan dalam mengajukan surat gugatan cerai ke depannya.
Sebelum melihat contoh surat gugatan cerai, ada beberapa persyaratan berupa dokumen yang perlu
dipersiapkan, yaitu:

Surat nikah asli;

Salinan surat nikah sebanyak 2 lembar yang telah dilegalisir dan bermeterai;

Salinan Kartu Tanda Penduduk (“KTP”) dari penggugat;

Surat keterangan dari kelurahan jika tergugat/termohon tidak diketahui alamatnya dengan jelas;

Salinan Kartu Keluarga (“KK”);

Fotokopi akta kelahiran anak (jika memiliki anak) yang sudah bermeterai dan terlegalisir.

Syarat gugatan cerai di atas hanya berupa persyaratan gugatan semata, jika ingin melanjutkan proses
gugatan cerai dengan urusan harta gono-gini, terdapat beberapa syarat tambahan yang juga mesti
disiapkan, antara lain:

Surat Kendaraan Bermotor (STNK);

Sertifikat Tanah;

Sertifikat Rumah; dan

Bukti kepemilikan harta lainnya.

Cara Mengurus Surat Cerai

Sebagai bukti perceraian atau hubungan perkawinan telah putus secara hukum, kedua belah pihak
memperoleh surat cerai atau istilah hukumnya yaitu akta cerai. Lalu, bagaimana cara memperoleh akta
cerai?

Cara Mengurus Akta Cerai di Pengadilan Agama

Pendaftaran putusan perceraian

Panitera Pengadilan atau pejabat pengadilan yang ditunjuk maksimal 30 hari mengirimkan 1 helai
salinan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, tanpa bermaterai kepada
Pegawai Pencatat Nikah (“PPN”) yang wilayahnya meliputi tempat kediaman penggugat dan tergugat,
untuk mendaftarkan putusan perceraian dalam sebuah daftar yang disediakan untuk itu.
Jika perceraian dilakukan di wilayah yang berbeda dengan wilayah PPN tempat perkawinan
dilangsungkan, maka salinan putusan tersebut dikirimkan pula kepada PPN di tempat perkawinan
dilangsungkan dan oleh PPN tersebut dicatat pada bagian pinggir daftar catatan perkawinan.

Sedangkan jika perkawinan dilangsungkan di luar negeri, maka salinan putusan tersebut disampaikan
pula kepada PPN di tempat didaftarkannya perkawinan mereka di Indonesia.

Panitera memberikan akta cerai

Maksimal 7 hari sejak putusan pengadilan berkekuatan hukum tetap diberitahukan kepada para pihak,
panitera wajib memberikan akta cerai sebagai surat bukti cerai kepada para pihak.

Cara Mengurus Akta Cerai di Pengadilan Negeri

Disarikan dari Adakah Biaya Pengurusan Akta Cerai? dan Dukcapil Kabupaten Jembrana, akta cerai baru
dapat diterbitan oleh Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil setelah adanya penetapan Pengadilan
Negeri. Berikut prosedur mengurus akta cerai di Pengadilan Negeri:

Panitera atau pejabat pengadilan yang ditunjuk mengirim helai salinan putusan pengadilan berkekuatan
hukum yang tetap/yang telah dikukuhkan, tanpa bermaterai kepada pegawai pencatat di tempat
perceraian itu terjadi.

Pegawai pencatat mendaftar putusan perceraian dalam sebuah daftar yang diperuntukkan untuk itu.

Para pihak yang bercerai melaporkan perceraian yang telah berkekuatan hukum tetap kepada instansi
pelaksana maksimal 60 hari sejak putusan berkekuatan hukum tetap.

Para pihak mengajukan permohonan penerbitan akta perceraian dengan mengisi formulir dan
melampirkan:

Penetapan perceraian dari Pengadilan Negeri;

Fotokopi KTP;

Fotokopi KK;

Akta nikah asli dari pencatatan sipil, ditarik oleh Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Disdukcapil)
setempat.

Biaya Mengajukan Gugatan Cerai


Dalam mengajukan gugatan cerai, ada biaya-biaya yang memang harus dikeluarkan untuk mengurus
proses perceraian. Biaya gugatan cerai setidaknya terbagi menjadi 9 sampai dengan 15 rincian biaya.

Mulai dari biaya pendaftaran, biaya proses, biaya panggilan pemohon, biaya meterai, biaya redaksi
hingga biaya panggilan termohon. Selanjutnya, mengenai biaya perceraian bisa Anda simak di sini.

Alasan Gugatan Cerai yang Akan Dipertimbangkan Hakim

Dalam mengajukan surat gugatan cerai, penggugat wajib menyertakan alasan-alasan dalam perceraian
tersebut yang nantinya bisa menjadi pertimbangan hakim. Alasan gugatan cerai ini juga telah diatur
Pasal 39 UU Perkawinan, Pasal 19 PP 9/1975, serta Pasal 116 KHI.

Untuk dapat membuat surat gugatan cerai tersebut, Anda dapat meminta bantuan kepada konsultan
hukum maupun advokat terpercaya. Berikut merupakan beberapa alasan yang dapat dipertimbangkan
hakim dalam perkara perceraian.

Salah satu pihak melakukan perbuatan zina.

Salah satu pihak menjadi penjudi.

Salah satu pihak menjadi pemabuk berat atau pecandu hal lainnya yang sulit disembuhkan.

Salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama 2 tahun berturut-turut tanpa izin pihak lain dan tanpa
alasan yang sah atau karena hal lain di luar kemampuannya.

Salah satu pihak divonis hukuman penjara 5 tahun atau hukuman yang lebih berat setelah perkawinan
berlangsung.

Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang membahayakan pihak yang lain.

Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit dengan akibat tidak dapat menjalankan
kewajibannya sebagai suami/istri.

Terjadi perselisihan terus menerus antara suami dan istri yang menyebabkan tidak adanya hidup rukun
dalam rumah tangga.

Suami melanggar taklik-talak.

Salah satu pihak melakukan peralihan agama atau murtad.

Anda mungkin juga menyukai