Anda di halaman 1dari 21

PANDUAN

PENGAJUAN GUGATAN CERAI


Di Pengadilan Agama

DAFTAR ISI
A. Kata-kata hukum yang digunakan dalam Pengadilan
B. Hal-hal yang perlu anda ketahui
C. Pendukung Gugatan Cerai
D. Langkah-langkah Mengajukan Gugatan Cerai
E. Isi Gugatan Cerai
F. Proses Persidangan
G. Pertanyaan Untuk Memastikan
H. Lampiran 1. Format Surat Gugatan Cerai
I. Lampiran 2. Format Surat Gugatan Cerai dan Permohonan Prodeo
J. Lampiran 3. Petunjuk Pengisian Surat Gugatan Cerai dan Permohonan Prodeo
K. Lampiran 4. Format Surat Kuasa Insidentil

A. KATA-KATA HUKUM YANG DIGUNAKAN DALAM PENGADILAN


 Gugatan Cerai, adalah tuntutan hak ke pengadilan (bisa dalam bentuk tulisan
atau lisan) yang diajukan oleh seorang istri untuk bercerai dari suaminya.
 Penggugat, adalah istri yang mengajukan gugatan perceraian, dalam hal ini
adalah anda.
 Tergugat, adalah suami yang anda gugat cerai.
 Mediasi, adalah upaya penyelesaian perkara secara damai melalui juru
damai/penengah yang dilakukan di luar persidangan.
 Mediator, adalah sebutan untuk orang yang menjadi juru damai/penengah.
 Pernikahan yang Sah, adalah pernikahan yang dilakukan menurut agama dan
dicatatkan di KUA.
 Domisili, adalah alamat tempat tinggal berdasarkan KTP, namun bisa didasarkan
pada surat keterangan pindah dari RT/Kelurahan jika anda pindah ke tempat
lain.
 Alasan yang sah, adalah alasan yang benar secara hukum, misalnya: pergi untuk
mencari nafkah, tugas negara, terpaksa, dsb.

B. HAL-HAL YANG PERLU ANDA KETAHUI

Siapa yang bisa mengajukan Gugat Cerai?

Yang bisa mengajukan Gugat Cerai adalah istri yang sudah melangsungkan pernikahan
yang sah (dibuktikan dengan surat nikah) dan hendak mengakhiri perkawinan melalui
Pengadilan.

Ke mana Mengajukan Gugat Cerai?

1
 Jika pernikahan anda di catatkan di KUA, maka Gugatan diajukan ke Pengadilan
Agama di wilayah kabupaten yang sama dengan tempat tinggal anda.

 Jika pernikahan anda dicatatkan di KUA dan anda saat ini bertempat tinggal di
Aceh, maka Gugatan diajukan ke Mahkamah Syariah yang terdekat dari tempat
tinggal anda.

Kapan anda bisa mengajukan Surat Gugatan?

Anda bisa mengajukan gugatan setiap saat pada jam kerja dan hari kerja Pengadilan.
Biasanya Pengadilan dibuka pada hari Senin sampai hari Jumat dan mulai pukul 08.00
hingga 16.30.

Apa Alasan yang Dapat digunakan untuk Mengajukan Gugatan?

Alasan yang dapat dijadikan dasar gugatan perceraian anda di Pengadilan Agama antara
lain:
a. Suami berbuat zina, pemabuk, pemadat, penjudi dan sebagainya yang sukar
disembuhkan;
b. Suami meninggalkan anda selama 2 (dua) tahun berturut-turut tanpa ada izin
atau alasan yang sah. Artinya, suami dengan sadar dan sengaja meninggalkan
anda.
c. Suami dihukum penjara selama (lima) 5 tahun atau lebih setelah perkawinan
dilangsungkan;
d. Suami bertindak kejam dan suka menganiaya anda, sehingga keselamatan anda
terancam;
e. Suami tak dapat menjalankan kewajibannya sebagai suami karena cacat badan
atau penyakit;
f. Terjadi perselisihan dan pertengkaran terus menerus tanpa kemungkinan untuk
rukun kembali;
g. Suami melanggar taklik-talak yang dia ucapkan saat ijab-kabul;
h. Suami beralih agama atau murtad yang mengakibatkan ketidakharmonisan
dalam keluarga.

Apakah Pengajuan Gugatan anda bisa diwakilkan kepada Orang Lain?

Pengajuan Gugatan anda bisa diwakilkan kepada orang lain, dengan menggunakan
kuasa.
Kuasa ada 2 macam, yaitu :
a. Kuasa hukum dari pengacara/ advokat
b. Kuasa dari keluarga (kuasa insidentil)

Dalam hal anda menggunakan kuasa insidentil, ada beberapa hal yang harus
diperhatikan:

2
a. Anda harus mengajukan permohonan izin kuasa insidentil kepada Ketua
Pengadilan (Lihat format permohonan di Lampiran II)
b. Yang boleh menjadi kuasa insidentil adalah saudara atau keluarga yang ada
hubungan darah, paling jauh hingga derajat ketiga. Misalnya; satu derajat ke
bawah (anak anda), ke samping (saudara kandung anda), atau ke atas (orang
tua anda)
c. Seseorang hanya diperbolehkan menjadi kuasa insidentil satu kali dalam 1
tahun.
d. Penggugat dan Kuasa Insidentil harus menghadap ke Ketua Pengadilan
Agama secara bersamaan.
e. Pengadilan Agama akan mengeluarkan surat izin kuasa insidentil.

C. PENDUKUNG GUGATAN CERAI


Untuk mendukung gugatan cerai, anda harus menyiapkan Surat-surat dan Saksi-saksi
yang akan dijadikan alat bukti untuk menguatkan gugatan cerai anda.

Surat-surat yang Harus Disiapkan adalah :


 Buku Nikah Asli
 KTP Asli
 Akta kelahiran anak-anak (jika anda punya anak) Asli
 Surat Kepemilikan harta jika berkaitan dengan harta gono-gini, misalnya
BPKB, Sertifikat Rumah, dst (jika ada).
 Surat visum dokter atau yang surat-surat lainnya yang diperlukan (jika
ada).

Surat-surat tersebut difotokopi, dan fotokopinya harus dimeteraikan di kantor pos


setempat. Untuk setiap jenis surat, diberi satu meterai seharga Rp 6.000.

Fotokopi dari surat-surat harus anda serahkan ke Majelis Hakim sebagai alat bukti,
sementara surat-surat yang asli hanya anda tunjukan dan kemudian dibawa pulang
kembali. Kecuali Buku Nikah yang asli tetap disimpan di Pengadilan.

Saksi-saksi yang Harus Disiapkan adalah :


 Saksi-saksi terdiri dari paling sedikit 2 orang
 Saksi boleh berasal dari keluarga, tetangga, teman atau orang yang tinggal di
rumah anda
 Saksi harus mengetahui (mendengar dan melihat) secara langsung peristiwa
terkait dengan gugatan cerai anda
 Saksi haruslah orang yang sudah dewasa (sudah 18 tahun atau sudah
menikah)

Saksi-saksi harus dihadirkan untuk diperiksa oleh Majelis Hakim pada sidang
berikutnya yaitu saat sidang pembuktian.

D. LANGKAH-LANGKAH MENGAJUKAN GUGAT CERAI

Langkah 1. Cari Informasi


3
 Sebelum anda mengajukan gugatan cerai, ada baiknya anda mencari informasi
mengenai proses mengajukan gugatan cerai terlebih dahulu agar anda yakin apa
yang anda lakukan sudah tepat.
 Untuk memperoleh informasi yang berkaitan dengan pengajuan gugatan cerai,
anda dapat langsung ke bagian meja informasi di Pengadilan setempat, atau
telepon, membuka website, menghubungi LSM terdekat.

Langkah 2. Datang ke Pengadilan


 Setelah anda yakin ke Pengadilan mana anda harus datang untuk mengajukan
gugatan, datanglah ke Pengadilan dengan membawa surat gugatan cerai sesuai
dengan format terlampir (lihat lampiran I).
 Jika anda menggunakan Kuasa Hukum, Anda dapat meminta Kuasa Hukum untuk
membuat Surat Gugatan atas nama anda.
 Jika anda penyandang tuna netra, buta huruf atau tidak dapat baca tulis, maka
anda dapat mengajukan gugatan secara lisan di hadapan Ketua Pengadilan.

Langkah 3. Mengajukan Surat Gugatan ke Pejabat Kepaniteraan Pengadilan


 Serahkan Surat Gugatan yang sudah anda siapkan kepada Pejabat Kepaniteraan
di Pengadilan.

Langkah 4. Membayar Biaya Panjar Perkara


 Pada hari yang sama setelah anda menyerahkan Surat Gugatan kepada
Kepaniteraan, Kepaniteraan akan menaksir biaya perkara yang dituangkan dalam
Surat Kuasa untuk Membayar (SKUM).
 Anda akan diminta membayar Biaya Panjar Perkara di bank yang ditunjuk oleh
Pengadilan.
 Simpan tanda pembayaran (yang dikeluarkan oleh bank) dan serahkan kembali
tanda pembayaran tersebut kepada Pengadilan, karena akan dilampirkan untuk
pendaftaran perkara.
 Apabila anda tidak mampu membayar biaya perkara, maka anda bisa
mengajukan Permohonan Prodeo kepada Ketua Pengadilan (Lihat Panduan
Prodeo).

Panjar Biaya Perkara:


a. Biaya perkara dibayar pada saat pendaftaran sebagai panjar biaya perkara.
Akan diperhitungkan pada saat pembacaan putusan (lihat point d di bawah
ini)

b. Ketentuan panjar biaya perkara ditetapkan oleh ketua pengadilan,


disesuaikan radius/jarak antara domisili anda dengan Kantor Pengadilan.
Sehingga biaya perkara antara masing-masing orang bisa berbeda.

c. Panjar biaya perkara terdiri dari: Biaya Pendaftaran, Proses, Pemanggilan,


Redaksi, Meterai dan Biaya lain yang berkaitan dengan pemeriksaan
setempat, penyitaan, bantuan panggilan melalui Pengadilan lain.

d. Penghitungan besarnya biaya perkara akan dicantumkan dalam isi putusan.


Biaya perkara tersebut akan diambil dari panjar yang sudah anda bayarkan

4
pada saat pendaftaran. Jika masih ada sisa panjar biaya perkara, maka uang
sisa akan dikembalikan kepada Anda.

Langkah 5. Nomor Perkara


 Setelah membayar panjar biaya perkara, Anda akan mendapatkan nomor
perkara.

Langkah 6. Menunggu Hari Sidang


 Dalam waktu 1-2 hari sejak mendaftarkan gugatan, Ketua Pengadilan
menetapkan Majelis Hakim yang akan menyidangkan perkara tersebut. Ketua
Majelis Hakim yang ditunjuk, segera menetapkan hari sidang.
 Atas dasar penetapan hari sidang (PHS), juru sita memanggil anda dan suami
untuk menghadiri sidang. Surat Panggilan tersebut harus anda terima sekurang-
kurangnya 3 hari sebelum hari persidangan.
 Surat panggilan sidang untuk anda harus diserahkan di tempat tinggal anda.
Surat panggilan sidang untuk suami akan diserahkan kepada suami di tempat
tinggalnya. Jika anda atau suami tidak sedang berada di rumah, maka Juru sita
akan menitipkan surat panggilan sidang kepada Kepala Desa/ Lurah di tempat
anda atau suami tinggal.

Langkah 7. Menghadiri Sidang


 Pada hari sidang yang dicantumkan dalam surat panggilan, Anda dan Suami
harus hadir di pengadilan. Anda akan dipanggil masuk ke ruang sidang sesuai
urutan kehadiran.

E. ISI GUGATAN CERAI

a. Identitas para pihak (Anda dan suami) terdiri dari: nama lengkap (beserta gelar
dan bin/binti), umur, pekerjaan, tempat tinggal.

b. Dasar atau alasan gugatan, berisi keterangan berupa urutan kejadian sejak mulai
perkawinan anda dilangsungkan, peristiwa hukum yang ada (misalnya: lahirnya
anak-anak), hingga munculnya ketidakcocokan antara anda dan suami yang
mendorong terjadinya perceraian, dengan alasan-alasan yang diajukan dan
uraiannya yang kemudian menjadi dasar tuntutan.

c. Tuntutan/permintaan hukum (petitum), yaitu tuntutan yang anda minta agar


dikabulkan oleh hakim. Seperti:
 Menerima dan mengabulkan gugatan Penggugat untuk seluruhnya;
 Menyatakan perkawinan antara Penggugat dan tergugat putus karena perceraian
 Menghukum Tergugat untuk membayar nafkah iddah kepada Penggugat selama
tiga bulan sebesar Rp____;
 Menetapkan hak pemeliharaan anak diberikan kepada Penggugat
 Menghukum Tergugat untuk membayar nafkah anak melalui Penggugat sebesar
Rp........setiap bulan;
 Menghukum Tergugat membayar biaya pemeliharaan (jika anak belum dewasa)
terhitung sejak....sebesar Rp....per bulan sampai anak mandiri/dewasa;

5
 Menetapkan bahwa harta bersama yang diperoleh selama perkawinan (gono-
gini) berupa______
 Menetapkan bahwa Penggugat dan Tergugat masing-masing memperoleh bagian
separuh dari harta bersama.
 Menghukum Penggugat dan Tergugat untuk membagi harta bersama tersebut
sesuai dengan bagiannya masing-masing
 Menghukum Penggugat membayar biaya perkara ….. dst

F. PROSES PERSIDANGAN
1. Majelis Hakim memeriksa identitas Anda dan suami
2. Jika Anda dan suami hadir, maka Majelis Hakim berusaha mendamaikan anda
dan suami, baik langsung maupun melalui proses mediasi.
3. Majelis Hakim berusaha mendamaikan anda dan suami dalam setiap kali sidang,
namun anda punya hak untuk menolak untuk berdamai dengan suami.
4. Anda dan suami boleh memilih mediator yang tercantum dalam daftar yang ada
di Pengadilan tersebut.
a. Jika mediator adalah hakim, maka anda tidak dikenakan biaya. Jika
mediator bukan hakim, anda dikenakan biaya.
b. Mediasi bisa dilakukan dalam beberapa kali persidangan.
c. Jika mediasi menghasilkan perdamaian, maka anda diminta untuk
mencabut gugatan.
d. Jika mediasi tidak menghasilkan perdamaian, maka proses berlanjut ke
persidangan dengan acara pembacaan surat gugatan, jawab menjawab
antara anda dan suami, pembuktian, kesimpulan, musyawarah Majelis
Hakim dan Pembacaan Putusan

G. PERTANYAAN UNTUK MEMASTIKAN

Isilah pertanyaan-pertanyaan berikut ini untuk memastikan bahwa anda sudah


melakukan semua yang diperlukan, agar proses sidang anda lancar.

Jika anda menjawab “sudah”, maka gunakan tanda contreng (√)

NO. PERTANYAAN
1. Apakah anda sudah memastikan bahwa surat gugatan anda masuk ke
pengadilan yang tepat?
2. Apakah anda sudah memastikan identitas anda dan suami di dalam
surat gugatan benar dan lengkap?
3. Apakah anda sudah memastikan keterangan mengenai pencatatan
perkawinan anda (di KUA) yang anda terangkan dalam surat gugatan
sudah benar?
4. Apakah anda sudah memastikan bahwa keterangan anda dalam surat
gugatan tentang peristiwa yang anda alami sudah urut secara waktu
(tanggal perkawinan, tempat kediaman bersama, jumlah anak, lamanya
hidup rukun, mulai terjadi pertengkaran, mulai pisah ranjang, pisah
rumah, dan seterusnya)?
5. Apakah anda sudah menjelaskan dalam surat gugatan bahwa anda dan
6
suami sudah pernah mencoba untuk berdamai di tingkat keluarga (jika
ada)?
6. Apakah semua permintaan atau tuntutan anda sudah anda tuliskan
dalam surat gugatan?
7. Apakah anda sudah menandatangani surat gugatan yang anda
daftarkan ke pengadilan?
8. Apakah anda sudah menerima bukti pembayaran panjar biaya perkara
(SKUM) saat anda mendaftarkan perkara di pengadilan?
9. Apakah anda sudah menerima Surat Panggilan Sidang dari pengadilan?

10. Apakah anda sudah menyiapkan surat-surat yang dibutuhkan untuk


persidangan?
11. Apabila anda memiliki surat-surat yang berbahasa asing, apakah anda
sudah menerjemahkan surat-surat tersebut ke dalam bahasa
Indonesia?
12. Apakah anda sudah mem-fotokopi surat-surat tersebut, menempelkan
materai di setiap fotokopi surat, dan kemudian meminta pengesahan di
Kantor Pos setempat?
13. Apakah anda memiliki 2 orang saksi yang benar-benar melihat dan
mendengar secara langsung permasalahan anda dan suami?
14. Apakah anda sudah menghubungi saksi-saksi tersebut dan meminta
kesediaan mereka untuk menjadi saksi dalam persidangan anda?

7
H. LAMPIRAN 1. FORMAT SURAT GUGATAN CERAI

Kepada Yth.
Ketua Pengadilan Agama .....................
Di tempat

Assalamualaikum wr. wb.

Yang bertanda tangan di bawah ini,


Nama : ..................................................binti/bin..........................................................
Umur : ................... tahun
Agama : Islam
Pendidikan : .....................................
Pekerjaan : .....................................
Tempat tinggal : ............................................................................RT/RW..........................................
Desa/Kelurahan..........................................Kecamatan...................................
Kabupaten................................................;
selanjutnya disebut Penggugat,

mengajukan gugatan cerai terhadap suami penggugat, :


Nama : ..............................................binti/bin...............................................
Umur : .......................................... tahun
Agama : Islam
Pendidikan : ................................................
Pekerjaan : ................................................
Tempat tinggal : ............................................................................RT/RW..........................................
Desa/Kelurahan..........................................Kecamatan...................................
Kabupaten................................................;
selanjutnya disebut Tergugat.

TENTANG PERMASALAHANNYA

1. Bahwa Penggugat telah melangsungkan pernikahan dengan Tergugat pada tanggal


………………………… di hadapan pejabat PPN KUA Kecamatan ……………..……………
dengan Kutipan Akta Nikah/Duplikat No. ………………………. tanggal ………………………….

2. Bahwa setelah menikah Penggugat dan Tergugat hidup rukun sebagaimana layaknya
suami isteri dengan baik, telah/belum berhubungan badan dan keduanya bertempat
tinggal bersama semula di ………………………………………….. dan terakhir di
…………………………………………………….. selama ………………………….. bulan/tahun.

3. Bahwa dari pernikahan tersebut telah dikaruniai anak …………………. orang yang
masing-masing bernama:
3.1. …………………………………....………, lahir tanggal ………………………….…….

8
3.2 …………………………………..……..…., lahir tanggal ………………….…………….
3.3. ……………………………………….……, lahir tanggal ……………….……………….

4. Bahwa kehidupan rumah tangga Penggugat dan Tergugat mulai goyah dan terjadi
perselisihan dan pertengkaran secara terus menerus yang sulit diatasi sejak tanggal
…………….. bulan ……………. tahun …….…. sampai dengan ……………….……………

5. Bahwa perselisihan dan pertengkaran antara Penggugat dan Tergugat semakin tajam
dan memuncak terjadi pada tanggal ………….. bulan …………. tahun ……………

6. Bahwa sebab-sebab terjadinya perselisihan dan pertengkaran tersebut karena:


6.1. ……………………………………………………………………………………………………
6.2………………………………………………………………………………………………………
6.3………………………………………………………………………………………………………
6.4………………………………………………………………………………………………………
6.5………………………………………………………………………………………………………

7. Bahwa akibat dari perselisihan dan pertengkaran tersebut, akhirnya sejak tanggal
……… bulan …………. Tahun ………….. hingga sekarang selama kurang lebih ………..
tahun ……… bulan, Penggugat dan Tergugat telah berpisah tempat tinggal/berpisah
ranjang karena Penggugat/Tergugat*) telah pergi meninggalkan tempat kediaman
bersama, yang mana dalam pisah rumah tersebut saat ini Penggugat bertempat
tinggal di …………………………………. dan Tergugat bertempat tinggal di
…………………………………..

8. Bahwa sejak berpisah Penggugat dan Tergugat selama …………… tahun ……………
bulan, maka hak dan kewajiban suami isteri tidak terlaksana sebagaimana mestinya
karena sejak itu Tergugat tidak lagi melaksanakan kewajibannya sebagai suami
terhadap Penggugat.

9. Bahwa Penggugat telah berupaya mengatasi masalah tersebut dengan jalan/cara


bermusyawarah atau berbicara dengan Tergugat secara baik-baik tetapi tidak
berhasil.

10. Bahwa dengan sebab-sebab tersebut di atas, maka Penggugat merasa rumah tangga
antara Penggugat dan Tergugat tidak bisa dipertahankan lagi, karena perselisihan
dan pertengkaran secara terus menerus yang berkepanjangan dan sulit diatasi dan

9
tidak ada harapan untuk hidup rukun lagi, maka Penggugat berkesimpulan lebih
baik bercerai dengan Tergugat.

11. Bahwa anak-anak Penggugat dan Tergugat selama ini tinggal bersama
Penggugat/Tergugat*, karena itu untuk kepentingan anak-anak itu sendiri dan rasa
kasih sayang Penggugat terhadap mereka, maka Penggugat mohon agar anak-anak
tersebut ditetapkan dalam pengasuhan dan pemeliharaan Penggugat.

Berdasarkan alasan-alasan tersebut di atas, Penggugat mohon kepada Majelis


hakim untuk menjatuhkan putusan yang amarnya berbunyi sebagai berikut:

Primer:

1. Mengabulkan gugatan Penggugat seluruhnya.


2. Menjatuhkan talak satu ba’in sughra Tergugat, ………………….. bin ……………….,
terhadap Penggugat, …………………. binti ……………….
3. Menetapkan anak-anak Penggugat dan Tergugat yang masing-masing bernama
……………………….. lahir tanggal ……………………….. dan ……………………. lahir tanggal
………………………………. Berada dalam pengasuhan dan pemeliharaan Penggugat.
4. Menghukum Tergugat untuk menyerahkan pengasuhan dan pemeliharaan anak-
anak tersebut kepada Penggugat.
5. Membebankan biaya perkara ini sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.

Subsider:
Dan atau jika pengadilan berpendapat lain, mohon putusan seadil-adilnya (ex aequo et
bono).

Demikian gugatan ini diajukan, selanjutnya Penggugat mengucapkan terima


kasih.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.


Hormat Penggugat,

………………………..

Catatan:
*Coret yang tidak perlu

10
I. LAMPIRAN 2. FORMAT SURAT GUGATAN CERAI DAN PERMOHONAN PRODEO

Kepada Yth.
Ketua Pengadilan Agama .....................
Di tempat

Assalamualaikum wr. wb.

Yang bertanda tangan di bawah ini,


Nama : ..................................................binti/bin..........................................................
Umur : ................... tahun
Agama : Islam
Pendidikan : .....................................
Pekerjaan : .....................................
Tempat tinggal : ............................................................................RT/RW..........................................
Desa/Kelurahan..........................................Kecamatan...................................
Kabupaten................................................;
selanjutnya disebut Penggugat,

mengajukan gugatan cerai terhadap suami penggugat, :


Nama : ..............................................binti/bin...............................................
Umur : .......................................... tahun
Agama : Islam
Pendidikan : ................................................
Pekerjaan : ................................................
Tempat tinggal : ............................................................................RT/RW..........................................
Desa/Kelurahan..........................................Kecamatan...................................
Kabupaten................................................;
selanjutnya disebut Tergugat.

TENTANG PERMASALAHANNYA

1. Bahwa Penggugat telah melangsungkan pernikahan dengan Tergugat pada


tanggal ………………………… di hadapan pejabat PPN KUA Kecamatan ……………..
…………… dengan Kutipan Akta Nikah/Duplikat No. ………………………. tanggal
………………………….

2. Bahwa setelah menikah Penggugat dan Tergugat hidup rukun sebagaimana


layaknya suami isteri dengan baik, telah/belum berhubungan badan dan
keduanya bertempat tinggal bersama semula di …………………………………………..
dan terakhir di ……………………………….. selama ………………………….. bulan/tahun.

3. Bahwa dari pernikahan tersebut telah dikaruniai anak …………………. orang yang
masing-masing bernama:
1. …………………………………....………, lahir tanggal ………………………….…….
11
2. …………………………………..……..…., lahir tanggal ………………….…………….
3. . ……………………………………….……, lahir tanggal ……………….……………….

4. Bahwa kehidupan rumah tangga Penggugat dan Tergugat mulai goyah dan
terjadi perselisihan dan pertengkaran secara terus menerus yang sulit diatasi
sejak tanggal …………….. bulan ……………. tahun …….…. sampai dengan ……………….
……………

5. Bahwa perselisihan dan pertengkaran antara Penggugat dan Tergugat


semakin tajam dan memuncak terjadi pada tanggal ………….. bulan …………. tahun
……………

6. Bahwa sebab-sebab terjadinya perselisihan dan pertengkaran tersebut


karena:
6.1. ……………………………………………………………………………………………………
6.2………………………………………………………………………………………………………
6.3………………………………………………………………………………………………………
6.4………………………………………………………………………………………………………
6.5………………………………………………………………………………………………………

7. Bahwa akibat dari perselisihan dan pertengkaran tersebut, akhirnya sejak


tanggal ……… bulan…………. tahun………….. hingga sekarang selama kurang lebih
………..tahun ……… bulan, Penggugat dan Tergugat telah berpisah tempat
tinggal/berpisah ranjang karena Penggugat/Tergugat*) telah pergi meninggalkan
tempat kediaman bersama, yang mana dalam pisah rumah tersebut saat ini
Penggugat bertempat tinggal di …………………………………. dan Tergugat bertempat
tinggal di …………………………………..

8. Bahwa sejak berpisah Penggugat dan Tergugat selama …………… tahun


…………… bulan, maka hak dan kewajiban suami istri tidak terlaksana
sebagaimana mestinya karena sejak itu Tergugat tidak lagi melaksanakan
kewajibannya sebagai suami terhadap Penggugat.

9. Bahwa Penggugat telah berupaya mengatasi masalah tersebut dengan


jalan/cara bermusyawarah atau berbicara dengan Tergugat secara baik-baik
tetapi tidak berhasil.

12
10. Bahwa dengan sebab-sebab tersebut di atas, maka Penggugat merasa rumah
tangga antara Penggugat dan Tergugat tidak bisa dipertahankan lagi, karena
perselisihan dan pertengkaran secara terus menerus yang berkepanjangan dan
sulit diatasi dan tidak ada harapan untuk hidup rukun lagi, maka Penggugat
berkesimpulan lebih baik bercerai dengan Tergugat.

11. Bahwa anak-anak Penggugat dan Tergugat selama ini tinggal bersama
Penggugat/Tergugat*, karena itu untuk kepentingan anak-anak itu sendiri dan
rasa kasih sayang Penggugat terhadap mereka, maka Penggugat mohon agar
anak-anak tersebut ditetapkan dalam pengasuhan dan pemeliharaan Penggugat.

12. Bahwa pemohon adalah orang yang tidak mampu sesuai dengan Surat
Keterangan Tidak Mampu nomor .................. yang dikeluarkan oleh
Kelurahan/ Desa ...........................Kecamatan ........................ Kabupaten..............
Propinsi.................

Berdasarkan alasan-alasan tersebut di atas, Penggugat mohon kepada Majelis


hakim untuk menjatuhkan putusan yang amarnya berbunyi sebagai berikut:

Primer:

1. Mengabulkan gugatan Penggugat seluruhnya.


2. Mengijinkan Penggugat untuk berperkara secara Cuma-Cuma
3. Menjatuhkan talak satu ba’in sughra Tergugat, ………………….. bin
………………., terhadap Penggugat, …………………. binti ……………….
4. Menetapkan anak-anak Penggugat dan Tergugat yang masing-masing
bernama ……………………….. lahir tanggal ……………………….. dan …………………….
lahir tanggal ………………………………. Berada dalam pengasuhan dan pemeliharaan
Penggugat.
5. Menghukum Tergugat untuk menyerahkan pengasuhan dan pemeliharaan
anak-anak tersebut kepada Penggugat.
6. Menetapkan biaya perkara dibebankan kepada negara

Subsider:
Dan atau jika pengadilan berpendapat lain, mohon putusan seadil-adilnya (ex aequo et
bono).
Demikian gugatan ini diajukan, selanjutnya Penggugat mengucapkan terima kasih.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.


Hormat Penggugat,

13
………………………..
Catatan:
*Coret yang tidak perlu
J. LAMPIRAN 3. PETUNJUK PENGISIAN SURAT GUGATAN CERAI DAN
PERMOHONAN PRODEO

TENTANG DATA PENGGUGAT DAN TERGUGAT

1. Isilah Nama Lengkap anda (Penggugat) dan suami (Tergugat) termasuk gelar
dan nama orang tua anda sesuai dengan dokumen terakhir. Contoh: Ir.
Nurlaila Binti H. Hasan (Penggugat) dan Amir Bin Sutomo (Tergugat).
Jika nama anda tertulis berbeda di dokumen, maka tuliskan nama tersebut
dengan alias. Contoh : Ir. Nurlaila Binti H. Hasan alias Ir. Nur Laela Binti H.
Hasan
2. Isilah usia anda saat mengajukan gugatan cerai.
3. Isilah agama anda.
4. Isilah pendidikan terakhir anda.
5. Isilah nama pekerjaan anda saat ini.
6. Isilah alamat lengkap tempat tinggal anda sesuai dengan alamat anda tinggal
saat ini lengkap dengan nomor rumah, RT, RW, desa atau kelurahan,
kecamatan, kabupaten atau kota.
7. Apabila anda tidak mengetahui alamat suami saat ini, maka isilah alamat
suami dengan menggunakan alamat terakhir yang anda ketahui, lalu berikan
keterangan bahwa anda tidak mengetahui di mana tempat tinggal suami saat
ini (alamat tidak diketahui baik di dalam ataupun di luar Indonesia).

TENTANG PERMASALAHANNYA
1. Tulislah tanggal terjadinya akad nikah, KUA yang mencatatkan akad nikah,
No. Kutipan Akta Nikah dan tanggal dikeluarkan Akta Nikah.
2. Tuliskan alamat tempat tinggal pertama saat menikah dan alamat tempat
tinggal selanjutnya saat hidup bersama suami dan terakhir sebutkan berapa
lama anda tinggal bersama dengan suami.

14
3. Apabila dalam pernikahan anda ada anak-anak, sebutkan jumlah anak, nama
masing-masing anak dan tanggal lahir mereka sesuai dengan akta atau surat
keterangan lahir.
4. Sebutkan awal terjadinya pertengkaran atau ketidakcocokan dengan suami.
5. Sebutkan kapan pertengkaran semakin memuncak.
6. Sebutkan alasan-alasan atau penyebab terjadinya pertengkaran antara anda
dan suami.
7. Sebutkan kapan pertengkaran terakhir terjadi sehingga terjadi pisah ranjang
atau pisah rumah dan sebutkan alamat tinggal setelah pisah ranjang atau
rumah.
8. Sebutkan berapa lama perpisahan antara anda dan suami terjadi.
9. Tuliskan jika ada upaya perdamaian dengan suami.
10. Tuliskan bahwa akibat pertengkaran yang terus menerus tersebut sudah
tidak ada lagi harapan untuk hidup rukun sebagai suami istri.
11. Tuliskan bahwa anda menginginkan anak-anak anda berada dalam
pengasuhan anda, jika anda menuntutnya.
12. Tuliskan poin ini jika anda menginginkan beperkara secara prodeo (Cuma-
Cuma)

ISI TUNTUTAN PUTUSAN/PENETAPAN


Lihatlah contoh isi tuntutan primer dan subsider (lampiran 1 & 2)
Poin no 2 dan 6 dituliskan jika anda menginginkan beperkara secara prodeo (Cuma-
Cuma).

TANDA TANGAN
Buatlah Gugatan rangkap 5 (lima) dan semuanya dibubuhi tanda tangan asli (bukan
fotokopi). Tuliskan juga nama jelas anda di bawah tanda tangan tersebut.

15
K. LAMPIRAN 4. FORMAT SURAT KUASA INSIDENTII

SURAT KUASA INSIDENTIL

Yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : …………………………………… (diisi nama pihak/ orang yang
memberi kuasa)
Kewarganegaraan : Indonesia
Pekerjaan : …………………………………….
Alamat : Jalan ……………………. Nomor ……… RT ……… RW ……… Desa/
Kelurahan …………… Kecamatan ……………. Kabupaten……………

Dengan ini memberi Kuasa Insidentil kepada :


Nama : …………………………………… (diisi nama pihak/ orang yang
memberi kuasa)
Kewarganegaraan : Indonesia
Pekerjaan : …………………………………….
Alamat : Jalan ……………………. Nomor ……… RT ……… RW ……… Desa/
Kelurahan …………… Kecamatan ……………. Kabupaten……………

Khusus untuk hal-hal sebagai berikut :


1. Mendampingi dan atau mewakili serta membela hak dan kepentingan hukum pemberi
kuasa selaku Penggugat/ Pemohon di Pengadilan Agama …………...............……. atas
perkara …………….........…, perkara mana telah terdaftar di Kepaniteraan Pengadilan
Agama ……....………. Tanggal.…bulan…... Tahun..….., dengan Register Perkara Nomor……..
2. Menerima, membuat dan menandatangani serta mengajukan surat-surat, saksi-saksi,
permohonan-permohonan, memberikan keterangan, bantahan-bantahan, mengadakan
perdamaian, dan dapat mengambil segala sikap atau tindakan-tindakan yang dianggap
penting dan perlu, serta berguna sepanjang menyangkut hak dan kepentingan pemberi
kuasa dalam perkara tersebut di atas;
3. Menghadap/ menghadiri persidangan-persidangan di Pengadilan Agama …………, dalam
upaya membela dan memperjuangkan hak dan kepentingan hukum pemberi kuasa
dalam perkara tersebut di atas;
4. Mengambil dan atau menerima surat-surat/ salinan-salinan/ akta-akta yang dikeluarkan
oleh Pengadilan Agama ……….. setelah selesainya pemeriksaan perkara tersebut;
Demikian Surat Kuasa Insidentil ini dibuat dengan sebenarnya untuk dapat
dipergunakan sebagaimana mestinya.

…………….(kota/ kabupaten), …….. 2010

Penerima Kuasa Pemberi Kuasa

Materia Rp 6.000,-
Ttd ttd
(………………………..) (……………………….)

16
I.A Prosedur dan Proses Penyelesaian Perkara Cerai Talak

PROSEDUR :

Langkah-langkah yang harus dilakukan Pemohon (Suami) atau Kuasanya.

1. a. Mengajukan permohonan secara tertulis atau lisan kepada


pengadilan agama / mahkamah syar'iyah (Pasal 118 HlR, 142 R Bg jo
Pasal 66 UU No 7 Tahun 1989);

b.Pemohon dianjurkan untuk meminta petunjuk kepada p€ngadilan


agama/mahkamah syar'iyah tentang tata cara membuat surat
permohonan (Pasal 119 HlR, 143 R Bg jo Pasal 58 UU No 7 Tahun
1989);

c.Surat permohonan dapat dirubah sepanjang tidak mengubah


posita dan petitum. Jika Termohon telah menjawab surat permohonan
ternyata ada perubahan, maka perubahan tersebut harus atas
persetujuan Termohon.

2. Permohonan tersebut diajukan kepada pengadilan agama/mahkamah


syar'iyah :

a. Yang daerah hukumnya meliputi tempat kediaman Termohon (Pasal 66 ayat


(2) UU No 7 Tahun 1989);

b. Bila Termohon meninggalkan tempat kediaman yang telah disepakati


bersama tanpa izin Pemohon, maka permohonan harus diajukan
kepada pengadilan agama/mahkamah syar'iyah yang daerah hukumnya
meliputi tempat kediaman Pemohon (Pasal 66 ayat (2) UU No 7
Tahun l989);

c. Bila Termohon berkediaman di luar negeri, maka permohonan diajukan


kepada pengadilan agama/mahkamah syar'iyah yang daerah hukumnya
meliputi tempat kediaman Pemohon (Pasal 66ayat (3) UU No 7 Tahun
1989);

d. Bila Pemohon dan Termohon bertempat kediaman di luar negeri maka


permohonan diajukan kepada pengadilan agama/mahkamah syar'iyah
daerah hukumnya meliputi tempat dilangsungkannya perkawinan atau
kepada Pengadilan Agama Jakarta Pusat (Pasal 66 ayat(4) UU No.7
1989)

3. Permohonan tersebut memuat :


a.Nama, umur, pekerjaan, agama dan tempat kediaman Pemohon dan Termohon;
b.Posita (fakta kejadian dan fakta hukum);
c.Petitum (hal-hal yang dituntut berdasarkan posita)

17
4. Permohonan soal penguasaan anak, nafkah anak, nafkah isteri dan harta
bersama dapat diajukan bersama-sama dengan permohonan cerai talak atau
sesudah ikrar talak diucapkan (Pasal 66 ayat (5) UU No 7 Tahun
1989)

5 Membayar biaya perkara (Pasal 121 ayat(4) HlR,145 ayat(4)R Bg.Jo.Pasal


89 UU No. 7 Tahun 1989), bagi yang tidak mampu dapat berperkara
secara cuma-cuma(prodeo) (Pasal 237 HIR,273 R.Bg)

PFOSES PENYELESAIAN PERKARA :


1. Pemohon mendaftarkan permohonan cerai talak ke pengadilan agama/mahkamah
syar'iyah

2. Pemohon dan Termohon dipanggil oleh pengadilan agama/mahkamah syar'iyah


untuk menghadiri persidangan.

3 a. Tahapan Persidangan
1) Pada pemeriksaan sidang pertama, hakim berusaha mendamaikan
kedua belah pihak, dan suami istri harus datang secara
pribadi (Pasal 82 UU No.7 Tahun 1989);

2) Apabila tidak berhasil, maka hakim mewajibkan kepada kedua belah


pihak agar Lebih dahulu menempuh mediasi (Pasal 3 ayat (1
) PERMA No.2 Tahun 2OO3);

3) Apabila mediasi tidak behasil, maka pemeriksaan perkara


dilanjutkan dengan membacakan surat pemohonan, jawaban,
jawab menjawab, pembuktian dan kesimpulan. Dalam tahap
jawab menjawab (sebelum pembukian) Temohon dapat
mengajukan gugatan rekonvensi (gugat balik) (Pasal 132a
HlR, 1 58 R Bg)

b. Putusan pengadilan agama/mahkamah syar'iyah atas permohonan cerai


talak sebagai berikut:

1) Permohonan dikabulkan. Apabila Termohon tidak puas dapat


mengajukan banding melalui pengadilan agama/mahkamah
syar'iyah tersebut.

2) Permohonan ditolak. Pemohon dapat mengajukan banding melalui


pengadilan agama /mahkamh syar'iyah tersebut.

18
3) Pemohonan tidak diterima.Pemohon dapat mengajukan
permohonan baru.

4. Apabila permohohann dikabulkan dan putusan telah memperoleh kekuatan


hukum tetap, maka:

a. Pengadilan agama/mahkamah syar'iyah menentukan hasil


sidang penyaksian ikrar talak;

b. Pengadilan agama/mahkamah syar'iyah memanggil Pemohon dan


Temohon untuk melaksanakan ikrar talak.

c. Jika dalam tenggang waktu 6 (enam) bulan sejak ditetapkan


sidang peyaksian ikrar talak, suami atau kuasanya
tidak melaksanakan iknr talak di depil sidang, maka
gugurlah kekuatan hukum penetapan tersebut dan perceraian
tidak dapat diajukan lagi berdasarkan atas hukum
yang sama (Pasal 70 ayat(6) UU No 7 Tahun 1989).

5. Setelah ikar talak diucapkan panitera berkewajiban memberikan Akta Cerai


sebagai surat bukti kepada kedua belah pihak selambat-lambatnya 7
(tujuh) hari setelah penetapan ikrar talak (Pasal 84 ayat (4) UU No 7
Tahun 1989).

Mengajukan Gugatan Cerai


Perjalanan sebuah perkawinan tidak selamanya manis. Di tengah jalan selalu ada saja
gelombang dan rintangannya, baik yang menyangkut masalah ekonomi, keluarga, orang
ketiga, bahkan perasaan bosan – dan banyak kasus menyangkut kekerasan dalam rumah
tangga. Rintangan-rintangan ini biasanya menjadi titik-titik kritis yang mendahului
perceraian. Meskipun dalam Islam perceraian dibenci oleh Allah, namun perceraian –
dengan alan-alasan tertentu – merupakan perbuatan yang diperbolehkan.

Untuk mengajukan perceraian dibutuhkan alasan yang kuat. Undang-undang Perkawinan –


UU Nomor. 1 Tahun 1974 – telah menentukan bahwa alasan-alasan untuk mengajukan
perceraian itu meliputi:

 Suami berbuat zina, menjadi pemabuk, pemadat, atau menjadi penjudi.


 Suami meninggalkan istri selama 2 tahun berturut-turut tanpa ijin atau alasan yang
jelas dan benar.
 Suami dihukum penjara selama 5 tahun atau lebih.
 Suami melakukan penganiayaan terhadap istri.
 Suami tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai suami karena cacat badan atau
penyakit yang dideritanya.
 Terjadi perselisihan dan pertengkaran yang terus menerus dan tanpa kemungkinan
untuk rukun kembali.
 Suami melanggar ta’lik talak yang telah diucapkannya saat ijab-qabul.
 Suami beralih agama atau murtad yang mengakibatkan ketidakharmonisan dalam
keluarga.

19
Apabila terjadi salah satu keadaan seperti diatas, masing-masing suami atau istri berhak
untuk mengajukan perceraian – namun sekali lagi, Allah membenci perceraian itu.

“Permohonan Talak” dan “Gugatan Cerai”

Suatu perceraian harus diputuskan melalui Pengadilan Agama – dengan terlebih dahulu
mengajukan permohonan atau gugatan cerai. Apabila suami yang mengajukan perceraian,
maka pengajuan itu dinamakan Permohonan Talak, sedangkan jika istri yang mengajukan
maka pengajuan itu disebut Gugatan Cerai. Dalam Permohonan Talak, PEMOHON
meminta kepada Pengadilan Agama untuk diadakan sidang pembacaan ikrar talak. Dengan
dilakukannya pembacaan ikrar talak dalam sidang tersebut, maka hubungan suami-istri
diantara PEMOHON dan TERMOHON akan putus karena perceraian. Dalam Gugatan
Cerai, PENGGUGAT meminta kepada Majelis Hakim yang memeriksa perkara gugatan itu
untuk memutuskan hubungan perkawinannya dengan TERGUGAT. Dengan putusan tersebut,
maka hubungan suami-istri diantara PENGGUGAT dan TERGUGAT putus karena
perceraian.

Pada prinsipnya, baik Permohonan maupun Gugatan harus diajukan kepada Pengadilan
Agama secara tertulis. Namun karena tidak semua orang bisa menulis surat Permohonan atau
surat Gugatan, maka pengajuan itu juga dapat diajukan secara lisan – selanjutnya Pengadilan
Agama akan membantu membuatkan surat Gugatan yang diajukan secara lisan tersebut.
Untuk mengajukan Permohonan maupun Gugatan, pihak yang mengajukan juga dikenakan
kewajiban untuk membayar panjar biaya perkara. Pihak yang mengajukan Permohonan atau
Gugatan yang tidak sanggup membayar panjar biaya perkara dapat dibebaskan dari
kewajiban itu (prodeo) dengan terlebih dahulu mengajukan surat permohonan kepada
Pengadilan Agama – surat permohonan itu melampirkan surat keterangan tidak mampu.

Permohonan dan Gugatan itu tidak dapat diajukan ke sembarang Pengadilan Agama.
Pengajuan itu harus dilakukan berdasarkan kewenangan mengadili Pengadilan Agama –
kompetensi relatif. Untuk menentukan Pengadilan Agama mana yang berhak menyidangkan
Permohonan atau Gugatan, patokannya adalah tempat tinggal istri. Dalam Permohonan Talak,
Permohonan itu diajukan ke Pengadilan Agama yang ruang lingkup wilayah kewenangannya
meliputi tempat dimana istri – selaku Termohon – bertempat tinggal. Sebaliknya dalam
Gugatan Cerai, Gugatan itu diajukan ke Pengadilan Agama yang ruang lingkup wilayah
kewenangannya meliputi tempat tinggal Penggugat – tempat tinggal istri yang menggugat.

Setelah Permohonan dan Gugatan diajukan ke Pengadilan Agama, selanjutnya Kepaniteraan


Pengadilan Agama akan mencatat Permohonan dan Gugatan itu ke dalam buku register
perkara dengan memberikan nomor perkara. Ketua Pengadilan kemudian menentukan
Majelis Hakim yang akan memeriksa dan memutus Permohonan dan Gugatan, dan
selanjutnya proses pemeriksaan dilaksanakan oleh Majelis Hakim tersebut. Sebelum proses
pemeriksaan dilaksanakan, Majelis Hakim terlebih dahulu wajib untuk mendamaikan para
pihak melalui mediasi. Jika mediasi gagal, pemeriksaan Permohonan dan Gugatan
dilanjutkan kembali. Perceraian akan terjadi pada saat pembacaan ikrar talak dalam
Permohonan Talak, atau karena putusan hakim dalam Gugatan Cerai.

Akibat Perceraian

Putusnya perkawinan akibat perceraian, baik karena Permohonan Talak maupun Gugatan
Cerai, akan menimbulkan akibat terhadap anak yang dihasilkan dalam perkawinan tersebut.

20
Demi menjaga pertumbuhan dan mentalitas anak, suatu perceraian tidak mengakibatkan
putusnya kewajiban-kewajiban orang tua terhadap anaknya – kewajiban menjaga, mendidik
dan memberikan nafkah kepada anak. Walaupun kewajiban orang tua itu tetap melekat pada
suami-istri yang bercerai, namun pada prinsipnya hak pengasuhan anak (hadhanah) akan
dipegang oleh ibunya – prinsip ini dengan mempertimbangkan kedekatan hubungan batiniah
antara ibu dan anak – sementara nafkah anak akan menjadi tanggungan ayahnya.

Selain terhadap anak, perceraian juga mengakibatkan perubahan kondisi terhadap harta
perkawinan . Dengan terjadinya perceraian, menurut Undang-undang, Harta Bawaan dan
Harta Perolehan akan menjadi hak masing-masing suami-istri yang membawanya dan
memperolehnya, sedangkan Harta Bersama (gono-gini) akan dibagi dua sama rata diantara
mereka. Meskipun Undang-undang mengatur demikian, namun suami-istri dapat
menyepakati untuk menentukan kondisi harta perkawinan yang lain dalam suatu Perjanjian
Perkawinan – misalnya, sebelum menikah calon suami-istri sepakat untuk menyatukan
Harta Bawaan dan Harta Perolehan mereka masing-masing kedalam Harta Bersama.

Selain dalam Perjanjian Perkawinan, kondisi harta perkawinan juga dapat diatur tersendiri
dalam Perjanjian Perceraian. Umumnya, dalam Permohonan Talak maupun Gugatan Cerai,
Majelis Hakim akan menyerahkan pembagian harta perkawinan tersebut kepada kesepakatan
masing-masing pihak – sehingga pemeriksaan sidang pengadilan hanya terfokus pada alasan-
alasan terjadinya perceraian. Seperti halnya Perjanjian Perkwinan, dalam Perjanjian
Perceraian para pihak menyepakati untuk menentukan kondisi harta perkawinan mereka
paska perceraian – suami bisa saja mengalah dengan menyerahkan seluruh harta bersama
(gono-gini) kepada istri asalkan ia dibebaskan dari kewajiban membayar uang iddah dan
mut’ah. (legalakses.com).

21

Anda mungkin juga menyukai