SECTION 2
KEWENANGAN DALAM
KEAGENAN
(Authority of Agents)
INSTRUKSI PEMBELAJARAN
Dengan cara lain orang dapat mempertanyakan secara yuridik, sejauh mana
pihak Alpha dapat terikat dalam kontrak dengan pihak Beta, apabila proses
pembentukan kontrak itu dilaksanakan oleh Beta melalui "perantaraan " pihak
lain, yaitu Omega, yang bertindak atas kuasa yang diberikan oleh Alpha
kepada Omega.
Jadi, pihak Omega adalah "agent"/"penerima kuasa", sedangkan Alpha
adalah "principal"/"pemberi kuasa", dan Beta adalah Pihak ke III.
Persoalannya adalah, sejauh mana kewenangan pihak Omega
terhadap/dengan Beta dapat secara hukum mengikat pihak Alpha selaku
principalnya?
Perhatikan skema berikut ini (dalam moda Slide Show) dan ingat! Slides ini
sifatnya mendukung apa yang disajikan di dalam Diktat. Jadi hanya
mempelajari slides ini tidaklah cukup untuk memperoleh pemahaman
seutuhnya.
M
EM TAN
KBA
PEMBERIAN PA EN
SE TU
KUASA KE
I& K
A S
S I
G O
PENERIMA NE
TRANSAKSI
KUASA
BISNIS
(AGENT)
(Omega)
4
10
Article 2.2.2 menetapkan asas tentang bagaimana cara pemberian
kewenangan kepada Agent oleh Principal untuk melaksanakan kepentingan-
kepentingan Principal, dan,
Article ini juga menetapkan Asas tentang apa dan sejauh mana seorang agent
dapat dianggap bertindak sesuai atau dalam ruang-lingkup atau batas-batas
kewenangan yang diberikan Principal.
Pengertian Ruang lingkup Kewenangan (scope of Authority) ini perlu anda
pahami betul, karena persoalan-persoalan hukum seringkali muncul akibat
adanya anggapan bahwa Agent "telah melampaui kewenangannya", dan
karena itu Principal beranggapan bahwa ia "tidak terikat pada pihak ketiga"
dan/atau "agent harus bertanggungjawab secara pribadi". Pikirkan contoh-
contoh kasus sendiri untuk latihan.
AUTHORITY OF AGENTS
(1) The principal’s grant of authority to an
agent may be express or implied;
Article 2.2.2.
Article 2.2.3 (ttg Keagenan Terbuka) berikut ini khusus membahas hubungan
keagenan di mana Pihak Ketiga menyadari sepenuhnya (atau dianggap tidak
mungkin tidak menyadari) bahwa Pihak Agent memang bertindak untuk/atas
nama Principal nya. Jadi pihak Ketiga menyadari bahwa Agent ini memang
hanya penerima kuasa dari Principal; Persoalan Article 2.2.3 adalah sejauh mana
tindak-tanduk Agent akan langsung mengikat Principal secara kontraktual;
15
17
18
20
kerugian pada Pihak Ketiga, maka sejauh mana Agent harus bertanggungjawab
atas kerugian yang timbul tersebut?
Lalu seandainya Pihak Principal sadar bahwa Agent tidak memiliki kewenangan
atau telah melampaui batas kewenangannya, tetapi kemudian Principal
mengakui/membenarkan tindakan sang Agent?
Lalu bagaimana Article 2.2.6 mengatur situasi di mana Pihak Ketiga sebenarnya
sudah menyadari atau setidak-tidaknya tidak mungkin tidak menyadari bahwa
Agent tidak memiliki atau melampaui kewenangan. Apakah pihak Agent harus
bertanggungjawab atas kerugian yang diderita Pihak Ketiga itu?
30
32
Article 2.2.7 UPICC dirumuskan untuk menghadapi masalah di mana pihak
Agent ternyata pada saat yang bersamaan menjadi agent dari dua Principal
yang berbeda, dan pihak Agent memiliki kepentingan yang berhadapan
/bertentangan/ tidak sejalan dalam melaksanakan kepentingan-kepentingan
masing-masing Principal itu;
34
36
situasi di mana Agent yang akan bertindak untuk dan atas nama
Principal ternyata tidak mungkin sanggup untuk melaksanakan
beberapa urusan tertentu yang dipercayakan kepadanya oleh Principal;
38
43
44