Anda di halaman 1dari 2

TUGAS HUKUM DAGANG

Kelas Reguler A

Muhammad Rifqi Perdana

NPM: 2106711224

1. A. Makelar
Menurut Pasal 62 KUHD, Makelar adalah seorang pedagang perantara yang diangkat
oleh gubernur jenderal (sekarang Presiden) atau oleh pembesar yang oleh gubernur
jenderal yang dinyatakan berwenang untuk itu. Dengan demikian makelar adalah orang
yang menjalankan perusahaan yang menghubungkan pengusaha dengan pihak ketiga.
Karakteristik makelar antara lain:
• Makelar harus mendapat pengangkatan resmi dari pemerintah dalam hal ini dari
Menteri Hukum dan Asasi Manusia.
• Sebelum menjalankan tugasnya, makelar harus bersumpah di muka KetuaPengadilan
Negeri, bahwa ia akan menjalankan kewajibannya dengan baik.

B. Komisioner
Dalam pasal 76 KUHD disebutkan Komisioner adalah seorang yang menyelenggarakan
perusahaannya dengan melakukan perbuatan-perbuatan menutup persetujuan atas nama
atau firma dia sendiri, tetapi atas amanah dan tanggungan orang lain dengan menerima
upah atau provisi tertentu.
Ciri-ciri dari Komisioner antara lain:
• Tidak ada syarat pengangkatan resmi dan penyumpahan sebagaimana makelar.
• Komisioner menghubungkan komiten dengan pihak ketiga atas nama sendiri (Pasal 76
KUHD).
• Komisioner tidak berkewajiban untuk menyebutkan nama; komiten (Pasal 77 ayat 1
KUHD), dia di sini menjadi pihak dalam perjanjian (Pasal 77 ayat 2 KUHD).
• Komisioner juga dapat bertindak atas nama pemberi kuasa (Pasal 1979 KUHPer),
dalam hal ini maka ia tunduk pada buku III KUHPer tentang Pemberi Kuasa.

Berdasarkan pada pengertian serta karakteristik makelar dan komisioner sebagaimana


yang diatur dalam KUHD, maka contoh dari praktik makelar dan komisioner yang
sesuai dengan KUHD adalah perusahaan pialang, contohnya Indo Premier Sekuritas dan
Mirae Asset Sekuritas Indonesia, di mana kedua perusahaan tersebut merupakan
perusahaan perantara yang menjembatani antara investor dan emiten.

2. Batas tanggung jawab perusahaan jasa transportasi diatur dalam Pasal 53 UU No. 17
Tahun 2008 Tentang Pelayaran. Pada ayat (1) pasal a quo disebutkan bahwa tanggung
jawab penyedia jasa transportasi (dalam UU ini, didefinisikan sebagai “penyedia jasa
angkutan multimoda”) meliputi kehilangan atau kerusakan yang terjadi pada barang
serta keterlambatan penyerahan barang. Namun, ayat (3) pasal a quo menyebutkan
bahwa tanggung jawab tersebut terbatas. Yang dimaksudkan adalah keseluruhan jumlah
tanggung jawab yang menjadi beban operator transportasi multimoda tidak boleh
melebihi batas tanggung jawab yang diakibatkan oleh kerugian total terhadap barang.

Anda mungkin juga menyukai