Anda di halaman 1dari 10

A.

Pengertian Perantara Hukum Dagang


Perantara di luar perusahaan adalah penamaan yang diberikan kepada mereka sebagai
pihak yang berada di luar perusahaan berdasarkan perjanjian pemberian kuasa dengan pihak
perusahaan guna menghubungkan pengusaha sebagai pemberi kuasa dengan masyarakat sebagai
konsumen. Mereka yang dimaksud, di antaranya:

1.Makelar
Ketentuan tentang makelar ditemukan dalam pengaturan Pasal 62-73 KUHD. Makelar
dalam hal ini adalah seorang perantara yang diangkat oleh Presiden atau oleh seorang pejabat
yang ditunjuk oleh Presiden, dalam hal ini Kepala Pemerintah Daerah (Pasal 62 KUHD - L.N
1906 No. 479). Seorang makelar adalah pedagang perantara yang membuka usahanya di bidang
perantara atas izin pejabat setempat atas nama presiden. Berdasarkan rumusan tersebut, contoh
makelar yang dimaksud menurut peraturan tersebut adalah semisal broker dan pialang saham
pada Bursa Efek (Pasar Modal).
Menurut ketentuan Pasal 62 ayat (1) dan ayat (2) KUHD bahwa beberapa syarat yang
harus dipenuhi untuk pengangkatan makelar, yaitu:
a. Ahli dalam bidangnya
b. Harus mengikuti ujian dan lulus dalam ujian tersebut
c. Harus seorang pengusaha
d. Dilakukan secara terang-terangan atau tidak melanggar hukum
e. Merupakan profesi sehari-hari, atau dialkuakn secara terus-menerus
f. Berorientasi mencari keuntungan;
g. Diangkat oleh presiden, atau pejabat yang ditunjuk.

26
h. Mengangkat sumpah di Pengadilan Negeri setempat.
Menurut ketentuan pasal 65 ayat (1) KUHD, pengangkatan makelar dua macam, yaitu:
a. Maklar umum, yaitu makelar yang diangkat untuk segala jenis usaha dagang.
b. Maklar khusus, yaitu makelar yang diangkat hanya untuk jenis usaha dagang tertentu,
sebagaimana disebutkan dengan jelas dalam akta pengangkatannya.
Menyangkut hubungan hukum antara principal (pengusaha), makelar dan pihak ketiga,
dapat ditelaah dari alur hubungan berikut ini:
1. principal menunjuk makelar melalui suatu perjanjian pemberian kuasa, yang di dalamnya
ditentukan kewenangan makelar;
2. makelar mengadakan hubungan hukum dengan pihak ketiga, sebagai pelaksana amanat
dari pemberi kuasa;
3. sebagai akibat hukum yang timbul dari No. 1 dan No. 2, maka antara principal dengan
pihak ketiga telah terjadi hubungan hukum perikatan.
Oleh karena dalam pelaksanaan tugas makelar bertindak untuk dan atas nama principal,
maka dapat diketahui dari hubungan hukum tersebut bahwa makelar bertindak semata-mata
hanya sebagai perantara. Demikian secara konkret sifat hubungan hukum yang terjalin antara
principal dengan makelar, adalah:
a. Hubungan yang bersifat sementara atau tidak tetap.
b. Makelar bertindak untuk kepentingan dan atas nama principal.
c. Makelar bukan para pihak dalam perjanjian tetapi hanya sebagai perantara. Hal ini
membawa konsekuensi jika terjadi sengketa makelar hanya bisa ditempatkan turut
tergugat dan tidak sebagai tergugat.
d. Makelar memiliki hak atas upah atau provisi dari principal.
e. Makelar juga memiliki hak retensi yaitu menahan barang, jika belum mendapatkan
provisi.
Selanjutnya, mengingat makelar adalah pihak yang menjalankan prusahaan, maka sesuai
ketentuan Pasal 66-71 KUHD, bahwa makelar memiliki kewajiban yaitu:
a. Membuat pembukuan (buku saku dan buku harian) yang berisi: nama para pihak,
waktu transaksi, waktu levering, dan macam atau jenis dan jumlah barang.
b. Membuat kutipan pembukuan kepada pihak yang berkepentingan.

26
c. Melakukan pembukaan pembukuan atas perintah hakim guna pemeriksaan perkara di
pengadilan.
d. Menyimpan contoh barang.
e. Bertanggung jawab atas keaslian tanda tangan surat berharga.
f. Membayar ganti rugi, biaya-biaya dan bunga.
Di samping itu, menurut ketentuan Pasal 65 ayat (2) KUHD, bahwa makelar dalam
pelaksanaan tugasnya:
a. dilarang berdagang atau berusaha jenis barang yang sama dengan usaha principalnya.
b. dilarang menjadi penjamin atas perjanjian atau perikatan yang diperantarainya.
Terakhir menyangkut sanksi, bahwa makelar dalam melakukan pelanggaran akan
dikenakan sanksi sebagaimana diatur dalam Buku I Bab IV Bagian II KUHD yo. Pasal 71
KUHD, Pasal 72 dan 73 KUHD, yaitu:
a. Dibebastugaskan oleh pejabat yang mengangkat jika melanggar, sekalipun makelar
tersebut masih bisa diangkat kembali.
b. Dilepas dari jabatannya jika melanggar pasal 65 ayat (2) KUHD yang disebutkan di
atas, dan jika makelar jatuh pailit tidak dapat diangkat kembali.

2.Komisioner
Komisioner sebagai perantara dagang di atur dalam Pasal 76-85 KUHD. Menurut
ketentuan Pasal 76 KUHD bahwa Komisioner adalah orang yang menjalankan perusahaan
dengan membuat perjanjian-perjanjian atas namanya sendiri, tetapi atas amanat dan tanggungan
orang lain dengan menerima upah atau provisi.
Berangkat dari pengertian tersebut, terlihat bahwa komisioner berbeda dengan makelar.
Di sini dalam pelaksanaan tugasnya, komisioner bertindak atas nama sendiri, dan ia bertindak
atas perintah dan tanggungan orang lain. Persamaannya bahwa keduanya sebagai perantara
dagang yang untuk tindakannya, mereka sama-sama menerima upah atau provisi.
Mendalami lebih jauh beberapa ketentuan KUHD yang disebutkan di atas, Nampak
bahwa komisioner memiliki ciri-ciri, yaitu:
a. Sebagai pengusaha.
b. Bertindak untuk principal dan atas nama diri sendiri. Hal ini membawa konsekuensi
hukum bahwa:

26
1. Komisioner terikat langsung dalam perikatan dengan pihak ketiga
(masyarakat/konsumen).
2. Principal tidak dapat menuntut pihak ketiga, karena principal bukan para pihak di
dalam perjanjian (perikatan).
3. Komisioner bertanggung jawab atas biaya, kerugian, dan bunga jika terjadi
wanprestasi pihak ketiga (Pasal 1800 ayat (1) KUH Perdata).
c. Tidak berkewajiban menyebut nama principal.
d. Boleh bertindak atas nama principal. Tindakan ini membawa konsekuensi hukum,
bahwa:
1. Terhadap komisioner hanya berlaku perjanjian pemberian kuasa biasa.
2. Komisioner hanya sebagai perantara biasa, bukan termasuk para pihak dalam
perjanjian (perikatan).
3. Komisioner tidak memiliki hak mendahului kreditur lain ketika terjadi kepailitan
principal.
e. Secara umum komisioner adalah pihak dalam perjanjian (kecuali jika ia bertindak atas
nama principal sebagaimana disebutkan pada huruf d).
f. Tidak diperlukan pengangkatan secara resmi dan sumpah.
Berdasarkan uraian di atas, seorang komisioner selain bertindak atas nama diri sendiri
juga boleh bertindak atas nama principal. Kedua pilihan tersebut membawa konsekuensi hukum
yang berbeda.
Dalam pelaksanaan tugas komisioner, yang secara prinsip bertindak untuk principal dan
atas nama diri sendiri, di dalam pengaturan KUHD kepadanya diberikan hak-hak khusus, yaitu:
a. Hak mendahului, yaitu hak istimewa komisioner atas barang-barang principal yang
ada di tangan komisioner dalam rangka pemenuhan hutang atau penagihan
komisioner: untuk dijual, yang ditahan guna kepentingan yang akan datang, dan yang
dibeli dan diterima untuk kepentingan principal. Namun untuk maksud tersebut,
komisioner harus mendapat izin penjualan dari Pengadilan Negeri setempat dan harus
memberitahu principal (Pasal 80-83 KUHD).
b. Hak retensi, yaitu hak kuasa untuk menahan barang sampai upah atau provisi dan
biaya-biaya lain dibayar oleh principal. Akan tetapi, barang tersebut tidak boleh dijual
jika terjadi pailit, kecuali penjualan itu dilakukan oleh curator dimana hasil penjualan

26
tersebut, kedudukan komisioner sebagai kreditur yang didahulukan pelunasan
upahnya daripada kreditur lain (Pasal 85 KUHD jo. Pasal 1812 KUH Perdata).

3.Ekspeditur
Sumber hukum tentang ekspeditur terdapat dalam Pasal 86-90 KUHD. Dalam ketentuan
tersebut mengatur pengertian ekspeditur, yaitu orang yang pekerjaannya menyuruh pihak
pengangkut untuk menyelenggarakan pengangkutan atas nama sendiri dan untuk kepentingan
principal (Pasal 86 ayat (1) KUHD).
Dari pengertian ini, dapat diketahui bahwa ekspeditur adalah perantara yang bertugas
mencarikan alat angkut yang tepat untuk mengangkut barang milik pihak lain (principal)
ketempat tertentu atas namanya sendiri. Dalam pekerjaannya ini ekspeditur bertanggung jawab
kepada principal untuk mendapatkan alat angkut yang tepat.
Memperhatikan uraian di atas, maka dapat diketahui bahwa ciri-ciri ekspeditur, yaitu:
a. Bertindak atas nama sendiri.
b. Untuk kepentingan principal.
c. Bertanggung jawab pada principal.
Terkait hubungan hukum ekspeditur, principal dan pihak pengangkut, terdapat dua hal
yang perlu diperhatikan, yaitu:
a. Hubungan hukum antara ekspeditur dengan principal, adalah berdasarkan perjanjian
pemberian kuasa (Pasal 1792-1819 KUH Perdata).
b. Hubungan hukum antara ekspeditur dengan pengangkut adalah berdasarkan perjanjian
pengangkutan.
Mengingat aktivitas ekspeditur dan pengangkut tidak melibatkan penerima barang dalam
perjanjian pengangkutan, maka dengan sendirinya penerima barang tidak dapat menggugat
pengangkut atau pihak ekspeditur ketika ada terjadi kerusakan barang angkutan yang diterima.
Dalam kaitan itu, maka:
a. Penerima hanya bisa menggugat pengirim atas dasar alas hak yang sah. Pengirim
dalam hal ini adalah principal dari ekspeditur.
b. Pengirim menggugat ekspeditur.

4.Agen

26
Agen tidak diatur dalam KUHD sebagaimana halnya makelar, komisioner dan ekspeditur
yang diuraikan sebelumnya. Agen diatur dalam Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 11/M-
DAG/PER/3/2006 Tahun 2006 tentang Ketentuan dan Tata Cara Penerbitan Surat Tanda
Pendaftaran Agen atau Distributor Barang dan/atau Jasa (“Permendag 11/2006”).
Agen adalah suatu badan usaha atau perorangan yang bertindak sebagai perantara untuk
dan atas nama pihak yang menunjuknya untuk melakukan pembelian, penjualan/ pemasaran
tanpa melakukan pemindahan atas fisik barang. Dari pengertian tersebut, hal yang pertama
diketahui bahwa suatu agen memiliki ciri dimana perusahaan tersebut menjual barang atau jasa
untuk dan atas nama principal.
Selain ciri bertindak untuk dan atas nama principal sebagaimana dikemukakan di atas,
agen masih memiliki ciri lain yaitu:
1. Pendapatan yang diterima oleh agen adalah komisi dari hasil penjualan barang-barang
atau jasa yang dijualnya kepada konsumen.
2. Oleh karena dalam agen tidak ada pemindahan atas fisik barang, maka barang yang
dikirimkan langsung dari principal kepada konsumen ketika terjadi kesepakatan jual beli
barang antara agen dan konsumen. Demikian pula, pembayaran atas barang-barang yang
telah diterima oleh konsumen langsung disetor konsumen kepada principal bukan melalui
pihak agen.
Agen sebagaimana dikemukakan, dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa jenis yaitu
Agen manufaktur, Agen penjualan, Agen pembelian, Agen umum, Agen khusus, Agen
tunggal/eksklusif.

5.Distributor
Sebagaimana halnya Agen, Distributor juga tidak diatur dalam KUHD. Distributor diatur
dalam Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 11/M-DAG/PER/3/2006 Tahun 2006 tentang
Ketentuan dan Tata Cara Penerbitan Surat Tanda Pendaftaran Agen atau Distributor Barang
dan/atau Jasa (“Permendag 11/2006”).
Distributor ialah suatu badan usaha atau perorangan yang bertindak atas namanya sendiri
yang ditunjuk oleh pabrik atau pemasok untuk melakukan pembelian, penyimpanan, penjualan
serta pemasaran barang dalam partai besar secara tidak langsung kepada konsumen akhir atas
barang yang dimiliki/dikuasai oleh pihak yang menunjuknya.

26
Berangkat dari pengertian tersebut, maka untuk adanya suatu distributor harus memiliki
ciri yang berupa;
1. Suatu badan usaha atau perorangan.
2. Dalam usahanya bertindak untuk dan atas namanya sendiri.
3. Melakukan kegiatan membeli barang dari principal dan menjual kembali kepada
konsumen.
4. Bertanggung jawab untuk kepentingan sendiri atas keamanan pembayaran barang dari
konsumen.
Memperhatikan uraian di atas, apabila dibandingkan dengan agen maka dapat diketahui
perbedaan distributor dan agen, yaitu:
1. Agen dalam menjual barang/jasa atas nama principal, sedangkan distributor atas namanya
sendiri.
2. Pendapatan yang diperoleh agen adalah komisi dari hasil penjualan yang diperoleh dari
prinsipal, sedangkan pendapatan yang diperoleh distributor adalah laba dari selisih harga
beli dari principal dengan harga jual ke konsumen.
3. Dalam keagenan barang dikirim langsung principal kepada konsumen, sedang pada
distributor barang dikirim principal ke distributor seterusnya distributor mengirim ke
konsumen.
4. Dalam keagenan pihak principal langsung menerima pembayaran dari konsumen tanpa
melalui pihak agen, sedangkan dalam usaha distribusi pembayaran diterima distributor
dari konsumen.

1.Intisari
Perantara di luar perusahaan di antaranya adalah:
1. Makelar, yaitu seorang perantara yang diangkat oleh Presiden atau oleh seorang
pembesar yang ditunjuk oleh Presiden, dalam hal ini Kepala Pemerintah Daerah (L.N
1906 No. 479), sebagaimana diatur dalam Pasal 62-73 KUHD.
2. Komisioner, yaitu orang yang menjalankan perusahaan dengan membuat
perjanjianperjanjian atas namanya sendiri, tetapi atas amanat dan tanggungan orang lain
dengan menerima upah atau provisi, sebagaimana diatur dalam Pasal 76-85 KUHD.

26
3. Ekspeditur, yaitu orang yang pekerjaannya menyuruh pihak pengangkut untuk
menyelenggarakan pengangkutan atas nama sendiri dan untuk kepentingan principal,
sebagaimana diatur dalam Pasal 86-90 KUHD.
4. Agen adalah suatu badan usaha atau perorangan yang bertindak sebagai perantara untuk
dan atas nama pihak yang menunjuknya untuk melakukan pembelian, penjualan/
pemasaran tanpa melakukan pemindahan atas fisik barang. Agen dimaksud diatur dalam
Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 11/M-DAG/PER/3/2006 Tahun 2006 tentang
Ketentuan dan Tata Cara Penerbitan Surat Tanda Pendaftaran Agen atau Distributor
Barang dan/atau Jasa.
5. Distributor ialah suatu badan usaha atau perorangan yang bertindak atas namanya sendiri
yang ditunjuk oleh pabrik atau pemasok untuk melakukan pembelian, penyimpanan,
penjualan serta pemasaran barang dalam partai besar secara tidak langsung kepada
konsumen akhir atas barang yang dimiliki/dikuasai oleh pihak yang menunjuknya.
Sebagaimana halnya Agen, Distributor juga diatur dalam Peraturan Menteri Perdagangan
Nomor 11/M-DAG/PER/3/2006 Tahun 2006 tentang Ketentuan dan Tata Cara Penerbitan
Surat Tanda Pendaftaran Agen atau Distributor Barang dan/atau Jasa.

2.Evaluasi
Jawablah pertanyaan berikut ini dengan benar dan tepat:
6. Perantara dagang yang diangkat oleh Presiden atau oleh seorang pembesar yang ditunjuk
oleh Presiden (Kepala Pemerintah Daerah), disebut:
A. Komisioner.
B. Makelar
C. Agen
D. Distributor.
7. Pihak yang pekerjaannya menyuruh pihak pengangkut untuk menyelenggarakan
pengangkutan atas nama sendiri dan untuk kepentingan principal, disebut:
A. Distributor
B. Agen
C. Ekspeditur
D. Komisioner.

26
8. Suatu badan usaha atau perorangan yang bertindak sebagai perantara untuk dan atas nama
pihak yang menunjuknya untuk melakukan pembelian, penjualan/ pemasaran tanpa
melakukan pemindahan atas fisik barang, disebut:
A. Ekspeditur
B. Agen
C. Distributor
D. Komisioner
9. Pihak yang menjalankan perusahaan dengan membuat perjanjian-perjanjian atas namanya
sendiri, tetapi atas amanat dan tanggungan orang lain dengan menerima upah atau provisi,
disebut:
A. Makelar
B. Komisioner
C. Agen
D. Ekspeditur
10. Suatu badan usaha atau perorangan yang bertindak atas namanya sendiri yang ditunjuk
oleh pabrik atau pemasok untuk melakukan pembelian, penyimpanan, penjualan serta
pemasaran barang dalam partai besar secara tidak langsung kepada konsumen akhir atas
barang yang dimiliki/dikuasai oleh pihak yang menunjuknya, disebut:
A. Agen
B. Ekspeditur
C. Komisioner
D. Distributor

Cocokkanlah jawaban anda dengan kunci jawaban yang terdapat pada bagian akhir
modul ini. Hitunglah jawaban yang benar, dan gunakan rumus berikut untuk mengetahui rtingkat
penguasaan anda terhadap materi Proses Pembelajaran 2

Arti tingkat penguasaan: 90-100% = Baik Sekali


80-89% = Baik

26
70-79% = Cukup
< 70% = Kurang
Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, anda dapat meneruskan dengan
kegiatan pada Pembelajaran sel;anjutnya. Namun, jika masih dibawah 80% maka anda harus
mengulangi materi pada Pembelajaran ini, terutama pada bagian yang belum dikuasai.

26

Anda mungkin juga menyukai