Anda di halaman 1dari 3

Nama : Faisal Salim

NPM : 2202019018
Mata Kuliah : Teknik Pembuatan Akta II
(Kuis Pertemuan 7)
Dosen : Frengki Hardian, S.H., M.Kn., Ph.D.

PENDAPAT HUKUM (Legal Opinion)


Magister Kenotariatan Universitas Yarsi

I. KRONOLOGI
Para Persero telah melaksanakan kegiatan Usahanya sebelum dan sesudah Akta Pendirian
tersebut diajukan pengesahannya kepada instansi yang berwenang.

II. Isu Hukum


1. Apa akibat hukum atas kegiatan usaha yang telah dilakukan sebelum CV tersebut
mendapat pengesahan dari instansi terkait?
2. Akibat hukum apa yang terjadi bila kegiatan usaha tersebut dilaksanakan sesudah CV
tersebut mendapatkan pengesahan dari instansi terkait?

III. Dasar Hukum


Pada pembahasan ini penulis menggunakan dasar hukum atas CV yaitu pada pasal 19-23 KUHD
dan Permenkumham No. 17 Tahun 2018 :

Pasal 19 KUHD
(1) Perseroan secara melepas uang yang juga dinamakan perseroan komanditer, didirikan
antara satu orang atau beberapa persero yang secara tanggung menanggung
bertanggung jawab untuk seluruhnya pada pihak satu, dan satu orang atau lebih sebagai
pelepas uang pada pihak lain.
(2) Dengan demikian bisalah terjadi suatu perseroan itu pada suatu ketika yang sama
merupakan perseroan firma terhadap para persero firma didalamnya dan merupakan
perseroan komanditer terhadap si pelepas uang

Pasal 20 KUHD
“Dengan tidak mengurangi kekecualian yang terdapat dalam pasal 30 alinea kedua, maka nama
persero komanditer tidak boleh digunakan dalam firma. Persero ini tidak boleh melakukan
tindakan pengurusan atau bekerja dalam perusahaan perseroan tersebut, biar berdasarkan
pemberian kuasa sekalipun. Ia tidak ikut memikul kerugian lebih daripada jumlah uang yang
telah dimasukkannya dalam perseroan atau yang harus dimasukkannya, tanpa diwajibkan untuk
mengembalikan keuntungan yang telah dinikmatinya.”

Pasal 21 KUHD
“Persero komanditer yang melanggar ketentuan-ketentuan alinea pertama atau alinea kedua
dari pasal yang lain, bertanggung jawab secara tanggung renteng untuk seluruhnya terhadap
semua utang dan perikatan perseroan itu.”
Pasal 22 KUHD
Tiap-tiap perseroan firma harus didirikan dengan akta otentik, akan tetapi ketiadaan akta yang
demikian tidak dapat dikemukakan untuk merugikan pihak ketiga.

Pasal 23 KUHD
Para pesero firma diharuskan mendaftarkan atas tersebut dalam register yang disediakan untuk
itu dikepaniteraan Pengadilan Negeri yang dalam daerah- hukumnya perseroan mereka
bertempat kedudukan.

Pasal 3 Permenkumham No. 17 Tahun 2018


(1) Permohonan pendaftaran pendirian CV, Firma, dan Persekutuan Perdata diajukan oleh
Pemohon kepada Menteri.
(2) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan melalui Sistem Administrasi
Badan Usaha.

IV. ANALISA HUKUM


Berdasarkan Analisa penulis, dapat di simpulkan bahwa dalam pembuatan CV minilan terdapat
dua persero yang memiliki tugas yang berbeda. Pada pasal 19 KUHD dijelaskan terdapat 2
sekutu yaitu sekutu aktif sebagai sekutu yang bertanggung jawab atas kegiatan perseroan, dan
sekutu pasif atau komanditer sebagai sekutu Pelepas uang.

Pada akta pendirian CV. Puter terdapat dua sekutu aktif yang menjalankan perusahaan yaitu
tuan Jaya dan Tuan Rusli, dan tuan Susanto sebagai sekutu pasif atau sekutu komanditer yang
bertanggung jawab sesuai dengan jumlah modal yang ia masukan. (pasal 4 Akta Pendirian CV).
Dalam hal ini, berdasarkan pasal 20 KUHD dijelaskan bahwa sekutu Komanditer tidak memiliki
hak apapun terkait pengurusan perusahaan meskipun mendapat kuasa dari para sekutu aktif.
Bila ketentuan ini dilanggar, maka berdasarkan pasal 21 KUHD, Sekutu Komanditer yang semula
tidak dapat dimintai pertanggungjawaban selain dari dana yang ia masukan ke perseroan,
dengan kata lain terbatas, maka dengan ini tanggugn jawabnya menjadi tidak terbatas.

Perlu di ingat bahwa suatu perusahaan dapat dikatakan sebagai sebuah CV apa bila sudah
didirikan dengan akta Otentik (pasal 22 KUHD) dan sudah mendapatkan pengesahan dari
Pengadilan Negeri. Semenjak di terbitkan Permenkumham No. 17 Tahun 2018, pada pasal 3
mengatur tentang pendirian firma, CV, dan Persekutuan Perdata lainnya, pengadilan tidak lagi
sebagai yang mengesahkan pendirian CV sebagai mana yang tertera pada Pasal 23 KUHD.
Namun pengesahan di lakukan oleh Menteri Hukum.

CV yang belum memiliki akta pendirian dan belum disahkan oleh Menteri dalam hal ini bila
mengacu kepada peraturan tentang CV dalam KUHD pasal 21, maka tanggung jawab sekutu
komanditer menjadi tidak terbatas. Yang semula hanya terbatas pada modal yang ia berikan,
menjadi masuk kedalam harta pribadinya. Namun bila pada proses berjalannya perusahaan,
perusahaan mendapatkan pengesahan dari Menteri atas akta pendiriannya, dan sekutu
komanditer tidak ikut serta dalam kegiatan pengurusan perusahaan sejak tanggal pengesahan
Menteri tersebut di terbitkan, maka tanggung jawab tidak terbatasnya hanya dapat dimintai
hingga sejak kegiatan usaha itu berjalan sampai terbitnya pengesahan dari Menteri tersebut.
agar dapat lebih mudah dipahami, perhatikan contoh berikut :

Perusahaan Puter menjalankan kegiatan usahanya sejak tanggal 1 Januari 2020. Dalam
hal ini belum berbentuk CV karena belum ada Akta pendirian. Yang menjalankan kegiatan
usaha tersebut adalah tuan Jaya dan Rusli, sedangkan tuan Susanto hanya sebatas
sebagai pemberi modal. Namun pada tanggal 1 September 2020, terbit pengesahan dari
Menteri Hukum atas CV . Puter tersebut. Maka dalam hal ini, Tuan Sanjaya dapat juga
dimintai pertanggung jawaban secara tanggung renteng atas segala kegiatan atau
transaksi dari rentang waktu tanggal 1 Januari 2020 hingga 31 Agustus 2020.

Demikan berikut legal opinion yang bisa saya jelaskan berdasarkan dasar-dasar hukum yang
saya jabarkan.

Anda mungkin juga menyukai