Anda di halaman 1dari 8

DEVIANCE AND SOCIAL REACTION

Nefa Claudia Meliala


• Materi ini diberikan khusus untuk peserta mata kuliah
Kriminologi (LAW182113-2) Kelas B Semester Genap
2019/2020. Mohon untuk tidak menyebarluaskan dan/ atau
memperbanyak bahan kuliah ini.
• Deviance and social reaction  menunjukkan hubungan
antara kejahatan dan proses sosial yang mendefinisikan
orang-orang atau perilaku tertentu sebagai penjahat dan
kejahatan  criminal behavior is defined solely by the
reaction that other people have to it  reactive definition of
crime  the behaviors that are considered deviant differ from
time to time and from place to place.

• Reactive definition of crime can be contrasted with normative


definitions.
LABELLING THEORY
• Kriminal bukanlah orang yang bersifat jahat (evil) yang terlibat
dalam perbuatan-perbuatan bersifat salah, tetapi mereka adalah
individu-individu yang sebelumnya pernah berstatus jahat sebagai
pemberian sistem peradilan pidana maupun masyarakat secara
luas.

• Perbuatan kriminal tidak sendirinya signifikan, justru reaksi sosial


atasnyalah yang signifikan.

• Definisi sosial dan tanggapan dari pihak lain terhadap tingkah laku
seorang individu merupakan pengaruh kunci terhadap tingkah laku
berikutnya dan juga pandangan individu pada diri mereka sendiri.
• Dampak labelling/stigmatisasi :
1. Secondary deviant  menjadi pelaku kejahatan untuk kedua
kalinya akibat pelaku kejahatan (primary deviant) menerima
criminal self image terhadap dirinya yang merupakan social
reaction  the person makes a commitment to criminal
career (dampak negatif).
2. Mencegah orang melakukan kejahatan karena rasa takut
atas label/stigma terhadap orang yang pernah melakukan
kejahatan (dampak positif).
• Bukti terjadinya reactive definition of crime :
• Black : the life chances of the criminal violator may depend on
who his victim is and how his victim presents his claim to the
police.
• Black melakukan penelitian terhadap proses hukum perkara
pidana yang dilakukan polisi. Penelitiannya menunjukkan
persepsi seorang polisi terhadap suatu perkara pidana
menentukan apakah proses hukum terhadap perkara tersebut
dilanjutkan atau tidak yang kemudian akan tercatat dalam
statistik kepolisian.
• Keputusan polisi untuk melanjutkan atau menghentikan
proses hukum terhadap perkara pidana tersebut ditentukan
oleh beberapa faktor :
1. Complainant’s preference  official (+) /unofficial report (-)
2. Relation to the offender  stranger (+) /non stranger (-)
3. Complainant’s attitude  high class (+) /low class economy
(-)
4. Complainant’s race and class  black (+) /white (-)
• Muncul kekecewaan dan ketidakpuasan terhadap Sistem
Peradilan Pidana (Criminal Justice System) dikarenakan :
1. labelling/stigmatisasi  secondary deviant;
2. diskriminatif.

• Lahir pemikiran mengenai Restorative Justice dan Abolisionis.

Anda mungkin juga menyukai