Dosen Pengampu
(Amnah, S.Kom.,M.T.I)
DISUSUN OLEH:
DEANI INTAN SARI (2011010011)
PUTRI GUSTINA (2111010071)
Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami bisa menyelesaikan Laporan “Perilaku Menyimpang (Deviant Behavior)”.
Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut memberikan
kontribusi dalam penyusunan laporan ini. Tentunya, tidak akan bisa maksimal jika tidak mendapat
dukungan dari berbagai pihak.
Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari penyusunan
maupun tata bahasa penyampaian dalam laporan ini. Oleh karena itu, kami dengan rendah hati
menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki laporan ini.
Kami berharap semoga laporan yang kami susun ini memberikan manfaat dan juga inspirasi untuk
pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
Perilaku yang dilakukan oleh seseorang dalam hidupnya dapat berupa perilak positif maupun
perilaku yang bersifat negatif. Salah satu perilaku negatif yan dilakukan seseorang berupa perilaku
korup. Perilaku korup yang terjadi ju merupakan suatu bentuk perilaku menyimpang yang
merugikan masyaraka umum. Apakah yang dimaksud dengan perilaku menyimpang?
Perilaku menyimpang adalah sebuah perilaku seseorang yang berbeda denga norma dan kebiasaan
yang umum berlaku di masyarakat. Sebuah perilak dianggap sebagai perilaku menyimpang apabila
perilaku tersebut tidak sesua dengan budaya, nilai-nilai, dan norma sosial yang berlaku dalam
masyarakat ataupun bertentangan dengan aturan hukum yang ada. Perilaku menyimpang yang saat
ini marak dan bertentangan dengan aturan hukum serta norma masyarakat antara lain berupa
vandalisme, berpakaian tidak sopan, hubungan sejenis (LGBT), hingga perilaku korupsi.
Perbuatan yang dikategorikan sebagai sebuah deviasi sangat sulit ditentukan secara universal dan
merupakan konsep yang sangat relatif. Ada perbuatan yang dianggap menyimpang namun oleh
pihak lain dianggap sebagai sebuah perbuatan yang normal. Harus diingat bahwa sebuah perilaku
dianggap sebagai deviasi atau perilaku menyimpang akan berbeda-beda antara masing- masing
masyarakat. Perilaku yang dianggap sebagai perbuatan yang tidak menyimpang dalam organisasi
atau masyarakat tertentu dapat dianggap sebagai perbuatan menyimpang di dalam organisasi atau
masyarakat lain.
Sebuah perilaku yang dianggap menyimpang di masa lalu dapat dianggap sebagai perbuatan yang
wajar di masa sekarang karena adanya dinamika dan perdebatan antara pihak yang beranggapan
perbuatan tersebut merupakan perilaku yang menyimpang dengan mereka yang menganggap
bahwa perbu- atan tersebut sebagai sebuah perbuatan yang normal. Dinamika dan perde- batan
yang terjadi dapat mengakibatkan norma dan aturan terhadap sebuah perilaku menjadi berubah.
Tolok ukur menyimpang atau tidaknya sebuah perbuatan biasanya ditetapkan berdasarkan norma
dan budaya yang digunakan dalam masyarakat tertentu yang berbeda-beda antarmasyarakat.
Sebagai contoh, standar mengenai perilaku menyimpang yang berlaku di Timur Tengah tentu
tidaklah sama dengan standar perilaku menyimpang di Eropa.
Terdapat beberapa cara untuk menilai apakah sebuah perbuatan dianggap sebagai perbuatan yang
menyimpang atau tidak. Perilaku menyimpang dapat dipandang sebagai sebuah penyimpangan
dari aturan hukum yang berlaku dan nilai-nilai etika yang berlaku universal. Perilaku menyimpang
juga dapat dinilai berdasarkan situasi dan lingkungan yang ada, misalnya seseorang yang
berpakaian minim di lingkungan tertentu dapat dianggap menyimpang, namun di lingkungan yang
lain dapat dikategorikan sebagai perbuatan yang tidak menyimpang.
Contoh lain, misalnya seseorang yang merokok di ruangan bebas dari rokok (no smoking area)
maka berdasarkan aturan yang berlaku di ruangan tersebut, tentu hal tersebut adalah perilaku yang
menyimpang. Di sisi lain, apabila perbuatan tersebut dilakukan di wilayah yang memang
membebaskan masyarakatnya untuk merokok (smoking area) maka perilaku seseorang yang
merokok di wilayah tersebut tentu dianggap sebagai sebuah perilaku yang wajar dan bukan
merupakan perilaku yang menyimpang.
Perilaku menyimpang pada umumnya terjadi karena pengaruh dari kondisi biologis dan psikologis
yang ada dalam diri seseorang dan interaksi yang terjadi antara seseorang dengan pihak-pihak lain.
Dari pengaruh-pengaruh tersebut, maka perilaku menyimpang dapat dikategorikan ke dalam
beberapa dimensi. Dimensi-dimensi perilaku menyimpang antara lain:
1. Perilaku menyimpang positif. Perilaku menyimpang positif adala perilaku yang bersifat
out of the box dan bermanfaat untuk menyelesa ikan masalah-masalah yang tidak dapat
diselesaikan menggunaka aturan yang ada. Perilaku menyimpang positif biasanya berupa
berbag macam inovasi dan penemuan yang dapat digunakan untuk memecahka
permasalahan atau meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Perilaku menyimpang
negatif.
2. Perilaku menyimpang negatif adal perilaku-perilaku yang bertentangan dengan norma dan
aturan serta merugikan masyarakat umum. Perilaku menyimpang dapat muncul karena
kondisi psikologis seseorang yang kurang baik atau karena pengaruh orang-orang lain.
Perilaku menyimpang yang bersifat beraneka ragam, namun dapat diklasifikasikan menjadi:
Seseorang melakukan perilaku menyimpang setelah mempelajari berbagai norma dan perilaku
yang ada di lingkungannya. Baik itu norma dan perilaku di lingkungan keluarga, perilaku di
lingkungan pergaulan dengan teman-temannya maupun lingkungan masyarakat hingga norma dan
perilaku di tempat kerjanya.
Salah satu perilaku menyimpang yang berdampak sangat negatif bagi masyarakat adalah
kriminalitas, yaitu sebuah perbuatan menyimpang yang dilakukan oleh seseorang dengan cara
melanggar hukum yang merugikan masyarakat.
B. Pengertian Kriminologi
Salah satu bentuk perilaku menyimpang yang berdampak sangat negatif bagi orang lain dan
masyarakat adalah kejahatan (kriminalitas). Dalam memahami aspek-aspek kriminalitas maka
muncul ilmu kriminologi. Kriminalitas yang menjadi pembahasan utama dalam ilmu kriminologi
adalah perilaku henyimpang yang bertentangan dengan aturan-aturan resmi yang berlaku dalam
masyarakat. Kriminologi adalah sebuah ilmu yang secara khusus mempelajari mengenai berbagai
macam aspek sebuah kejahatan (crime).
Kriminologi berasal dari bahasa latin, yaitu crimen dan logos. Crimen berarti kejahatan, sementara
logos berarti ilmu. Dengan demikian, secara harfiah, kriminologi adalah ilmu pengetahuan tentang
kejahatan, atau lebih tepatnya kriminologi mempelajari segala aspek tentang kejahatan. Kata
“kriminologi” pertama kali digunakan oleh antropolog Perancis bernama Paul Topinard (1830-
1911) yang meneliti dengan pendekatan antropologi fisik bagaimana bentuk tubuh mempengaruhi
seseorang untuk berbuat jahat. Kriminologi dapat didefinisikan sebagai studi sistematis tentang
sifat, jenis, penyebab, dan pengendalian dari perilaku kejahatan, penyimpangan, kenakalan, serta
pelanggaran hukum. Kriminologi adalah ilmu sosial terapan di mana kriminolog bekerja untuk
membangun pengetahuan tentang kejahatan dan pengendaliannya berdasarkan penelitian empiris.
Penelitian ini membentuk dasar untuk pemahaman, penjelasan, prediksi, pencegahan, dan
kebijakan dalam sistem peradilan pidana.
Terdapat beberapa mazhab cara pandang, atau perspektif seseorang terhadap ilmu kriminologi,
sebagai berikut :
a. Mazhab Klasik
- Persoalan sebab kejahatan telah dijawab secara sempurna sehingga tidak diperlukan lagi
penelitian untuk menggali sebab musabab kejahatan.
- Mempelajari tentang kriminlogi dari sisi internal seseorang, yaitu melalui aspek kondisi
tubuh dan kondisi jiwa seseorang
c. Mazhab Perancis
- Faktor lingkungan yang buruk, seperti kemiskinan, budaya, yang menyebarkan nilai
negatif sangat berpengaruh dalam menjadikan seseorang menjadi jahat.
- Tokohnya A. Lacassagne .
d. Mazhab Sosiologi
- Penganut mazhab ini berpendapat bahwa segala kejahatan sebagai ekspresi kondisi sosial
tertentu .
Masih ingat pendapat para ahli, salah satunya adalah : “Power tends to corrupt, and
absolute power corrupts absolutely”. Ungkapan usang ini adalah semacam postulat yang
dikemukakan oleh Lord Acton bahwa kekuasaan cenderung untuk korupsi. Hal ini selaras dengan
apa yang dikemukakan oleh Montesquieu dalam le Esprit Des lois yang diterjemahkan sebagai
The Spirit of law bahwa terhadap orang yang berkuasa ada tiga kecenderungan. Pertama,
kecenderungan untuk mempertahankan kekuasaan. Kedua, kecenderungan untuk memperbesar
kekuasaan. (Montesqieu, 1993: 27). Ketiga adalah kecenderungan untuk memanfaatkan
kekuasaan. Dalam kaitannya dengan memanfaatkan kekuasaan inilah maka sering terjadi apa yang
disebut abuse of power yang acap kali memperkaya diri sendiri atau memperkaya orang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Clinard, B. Marshall dan Robert F. Meier. 2008. Sociology of Deviant Behavior. Fourteenth
Edition. United States of America: Wadsworth Cengage Learning.
Bystrova, Elena G. Dan Petter Gottschalk. 2015. “Social Conflict Theory and White-Collar
Criminals: Why Does The Rulling Class Punish their Own?” Pakistan Journal Of Criminology.
Volume 7. NO. 1.pp. 1_15.