Anda di halaman 1dari 29

KATA PENGANTAR

Puji  dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT.


Berkat rahmat dan inayah-Nya yang diberikan kepada kami,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang Penyimpangan
Sosial.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan
makalah ini masih terdapat banyak kesalahan, untuk itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun, demi
perbaikan makalah ini di masa yang akan datang.
Akhirnya kata penulis berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada
umumnya.

Krui, mei
2017
                                                                               Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN
JUDUL.............................................................. i
KATA PENGANTAR................................................................................... ii
DAFTAR ISI............................................................................................... iii
A.   Latar Belakang.................................................................................... 1
B.   Rumusan Masalah.................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A.   Pengertian Perilaku Menyimpang..................................................... 3
B.   Teori Tentang Perilaku Menyimpang............................................... 3
C.   Faktor-Faktor Penyebab Perilaku Menyimpang............................. 8
D.   Macam-Macam Atau Jenis-Jenis Perilaku Menyimpang............. 9
E.   Sifat-Sifat Perilaku Menyimpang.................................................... 11
F.    Bentuk-Bentuk Perilaku Penyimpangan Sosial............................. 12
G.   Akibat Perilaku Menyimpang............................................................ 12
BAB III PENUTUP
A.  Kesimpulan............................................................................................. 18
B.   Saran..................................................................................................... 18
BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang
Perilaku menyimpang perlu membedakan adanya perilaku
menyimpang yang tidak disengaja dan yang disengaja.Diantaranya
karena si pelaku kurang memahami aturan-aturan yang
ada.Sedangkan perilaku yang menyimpang yang disengaja, bukan
karena si pelaku tidak mengetahui aturan. Hal yang relevan untuk
memahami bentuk perilaku tersebut, adalah mengapa seseorang
melakukan penyimpangan, sedangkan ia tahu apa yang dilakukan
melanggar aturan. Becker (dalam Soerjono Soekanto, 1988,26),
mengatakan bahwa tidak ada alasan untuk mengasumsikan hanya
mereka yang : menyimpang mempunyai dorongan untuk berbuat
demikian. Hal ini disebabkan karena pada dasarnya setiap manusia
pasti mengalami nyimpang dan dorongan untuk melanggar pada
situasi tertentu, tetapi mengapa pada kebanyakan orang tidak
menjadi kenyataan yang berwujud tukan perilaku penyimpangan,
sebab orang dianggap normal biasanya dapat menahan diri dari
dorongan-dorongan untuk menyimpang.
Proses sosialisasi terjadi dalam kehidupan sehari-hari melalui
interaksi sosiai dengan menggunakan media atau lingkungan sosiai
tertentu. Oleh sebab itu, kondisi kehidupan lingkungan tersebut
akan sangat mewarnai dan mempengaruhi input dan pengetahuan
yang diserap. Salah satu variasi dari teori yang menjelaskan
kriminalitas di daerah perkotaan, bahwa beberapa tempat di kota
mempunyai sifat yang kondusif bagi tindakan kriminal oleh karena
lokasi tersebut mempunyai karakteristik tertentu, misalnya
(Eitzen, 1986 : 400), mengatakan tingkat kriminalitas yang tinggi
dalam masyarakat kota pada umumnya berada pada bagian wilayah
kota yang miskin, dampak kondisi perumahan di bawah standar,
overcrowding, derajat kesehatan rendah dari kondisi serta
komposisi penduduk yang tidak stabil. Penelitian inipun dilakukan di
daerah pinggiran kota yaitu di Pondok Pinang Jakarta Selatan
tampak ciri-ciri seperti disebutkan Eitzen diatas. Sutherland
dalam (Eitzen,1986) beranggapan bahwa seorang belajar untuk
menjadi kriminal melalui interaksi. Apabila lingkungan interaksi
cenderung devian, maka seseorang akan mempunyai kemungkinan
besar untuk belajar tentang teknik dan nilai-nilai devian yang pada
gilirannya akan memungkinkan untuk menumbuhkan tindakan
kriminal.

B.   Rumusan Masalah
Dari uraian di atas dapat kami rumuskan sebagai berikut :
1.                  Jelaskan pengertian perilaku menyimpang secara
umum dan menurut para ahli !
2.                  Jelaskan teori tentang perilaku menyimpang !
3.                  Sebutkan faktor-faktor perilaku menyimpang!
4.                  Sebutkan jenis-jenis perilaku menyimpang !
5.                  Sebutkan sifat-sifat perilaku menyimpang !
6.                  Sebutkan bentuk-bentuk perilaku menyimpang sosial !
7.                  Sebutkan dampak perilaku menyimpang !

BAB II
PEMBAHASAN
A.   Pengertian Perilaku Menyimpang

1.      Secara Umum Perilaku individu atau sekelompok individu yang


tidak sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku secara umum
dalam masyarakat sering terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari.

2.      Menurut Pendapat Ahli. Berikut menurut pendapat para ahli


mengenai perilaku menyimpang :

a.    Paul B.Horton Ia mendevinisikan bahwa perilaku menyimpang


adalah perilaku yang dinyatakan sabagai pelanggaran-pelanggaran
terhadap norma-norma kelompok ataupun masyarakat.

b.    Bruce J.Cohen Ia berpendapat bahwa perilaku menyimpang


adalah setiap perilaku yang tidak berhasil menyesuaikan diri
dengan kehendak-kehendak masyarakat atu kelompok tertentu
dalam masyarakat.

c.    Robert M.Z Lawang Ia menyatakan bahwa perilaku menyimpang


adalah semua tindakan yang menyimpang dari norma-norma yang
berlaku dalam suatu sistem sosial dan menimbulkan usaha dari
mereka yang berwenang dalam sistem tersebut untuk memperbaiki
perilaku tersebut.
d.    James Vander Sander Ia berpendapat bahwa yang dimaksud
perilaku menyimpang adalah perilaku yang dianggap sebagai hal
tercela dan di luar batas-batas toleransi oleh sejumlah atau
sebagian besar orang atau masyarakat.
B.   Teori Tentang Perilaku Menyimpang
1.       Berdasarkan Sudut Pandang Sosiologi

a.    Teori Labeling
Teori ini dikemukakan oleh Edwin M.Lemert, menurutnya seseorang
berperilaku menyimpang karena proses labeling yang diberikan
masyarakat kepadanya. Labeling adalah pemberian julukan, cap,
etiket, ataupun kepada seseorang. Pada awalnya seseorang
melakukan “penyimpangan primer” karena itu sang pelaku
penyimpangan mendapatkan cap (labeling) dari masyarakat. Karena
adanya label tersebut, maka sang pelaku mengidentifikasikan
dirinya sebagai penyimpang dan mengulangi lagi penyimpangan
itupun menjadi suatu kebiasaan atau gaya hidup bagi pelakunya.

b.    Teori Sosialisasi
Teori Sosialisasi menyatakan bahwa seseorang biasanya
menghayati nilai-nilai dan norma-norma dari bebrapa orang yang
dekat dan cocok dengan dirinya. Jadi, bagaimanakah seseorang
menghayati nilai-nilai dan norma-norma sosial sehingga dirinya
dapat melahirkan perilaku menyimpang…...????? Ada dua penjelasan
yang dapat di kemukakan. Pertama, Kebudayaan khusus yang
menyimpang, yaitu apabila sebagian besar teman seseorang
melakukan perilaku menyimpang maka orang itu mungkin akan
berperilaku menyimpang juga. Sebagai contoh, beberapa studydi
Amerika, menunjukkan bahwa di kampung-kampung yang
berantakan dan tidak terorganisir secara baik, perilaku jahat
merupakan pola perilaku yang normal (wajar).

c.    Teori Pergaulan Berbeda ( Differential Association )


Teori ini diciptakan oleh Edwin H. Sutherland dan menurut teori ini
penyimpangan bersumber dari pergaulan dengan sekelompok orang
yang telah menyimpang. Penyimpangan didapatkan dari proses alih
budaya (cultural transmission) dan dari proses tersebut seseorang
mempelajari subkebudayaan menyimpangang (deviant subculture).
Contoh teori pergaulan berbeda : perilaku tunasusila, peran sebagai
tunasusila dipelajari oleh seseorang dengan belajar yaitu
melakukan pergaulan yang intim dengan para penyimpang (tunasusila
senior) dan kemudian ia melakukan percobaan dengan melakukan
peran menyimpang tersebut.

d.    Teori Anomie
Konsep anomie di kembangkangkan oleh seorang sosiologi dari
Perancis, Emile Durkheim. Istilah Anomie dapat diartikan sebagai
ketiadaan norma. Konsep tersebut dipakai untuk menggambarkan
suatu masyarakat yang memiliki banyak norma dan nilai yang satu
sama lain saling bertentangan. Suatu mayarakat yang anomis (tanpa
norma) tidak mempunyai pedoman mantap yang dapat dipelajari dan
di pegang oleh para anggota masyarakatnya. Selain Emile Durkheim
ada tokoh lain yang mengemukakan tentang teori anomie yaitu
Robert K. Merton, ia mengemukakan bahwa penyimpangan terjadi
melalui struktur sosial. Menurut Merton struktur sosial dapat
menghasilkan perilaku yang konformis (sesuai dengan norma) dan
sekaligus perilaku yang dapat menyebabkan terjadinya
penyimpangan. Merton berpendapat bahwa struktur sosial
mengahasilkan tekanan kearah anomie dan perilaku menyimpang
karena adanya ketidakharmonisan antara tujuan budaya dengan
cara-cara yang dipakai untuk mencapai tujuan tersebut.
Menurut Merton ada lima tipe cara adaptasi individu untuk
mencapai tujuan budaya dari yang wajar sampai menyimpang, yaitu
sebagai berikut :

a.  Konformitas (Conformity) Konformitas merupakan sikap


menerima tujuan budaya dengan cara mengikuti tujuan dan cara
yang ditentukan oleh masyarakat.
Contoh : seseorang yang ingin menjadi orang kaya berusaha untuk
mewujudkannya dengan menempuh pendidikan tinggi dan bekerja
keras.

b. Inovasi (Innovation) Inovasi merupakan sikap menerima secara


kritis cara-cara pencapaian tujuan yang sesuai dengan nilai budaya
sambil menempuh cara-cara batu yang belum biasa atau tidak umum
dilakukan.
Contoh : seseorang yang ingin menjadi orang kaya, tetpai
kedudukannya di tempat tidak memungkinkan memperoleh gaji
besar, sehingga ia melakukan jalan pintas memperoleh rasa aman
saja.

c. Ritualisme (Ritualism) Ritualisme merupakan sikap menerima


cara-cara yang diperkenalkan secara cultural, namun menolak
tujuan-tujuan kebudayaan, sehingga perbuatan ritualisme
berpegang teguh pada kaida-kaidah yang berlaku namun
mengorbankan nilai sosial budaya yang ada.
Contoh : seorang karyawan bekerja tidak untuk memperoleh
kekayaan, tetapi hanya sekedar memperoleh rasa aman saja.

d.    Pengasingan Diri (Retreatism) Pengasingan diri merupakan


sikap menolak tujuan-tujuan ataupun cara-cara untuk mencapai
tujuan yang telah menjadi bagian kehidupan masyarakat ataupun
lingkungan sosialnya.
Contoh : para pemabuk dan pemakai narkoba yang seakan-akan
berusaha melarikan diri dari masyarakat dan lingkungan.

e.  Pemberontakan (Rebeliion) Pemberontakan merupakan sikap


menolak sarana dan tujuan-tujuan yang disahkan oleh budaya
masyarakat dan menggantikan dengan cara yang baru.
Contoh : kaum pemberontak yang memperjuangkan ideologinya
melalui perlawanan bersenjata. Dari kelima tipe diatas, tipe cara
adaptasi konformitaslah yang merupakan bentuk perilaku yang
tidak menyimpang, sedangkan ke-empat tipe adaptasi lainnya
termasuk dalam bentuk perilaku yang menyimpang.
Untuk memperjelas pemahaman anda mengenai tipe cara adaptasi
individu menurut Merton, perhatikan table di bawah ini :
Tipe Cara Adaptasi Tujuan Budaya Cara-Cara yang Melembaga
Konformitas Inovasi Ritualisme Pengasingan diri Pembenrontakan +
+--±+-+-±
Keterangan : +: sikap menerima - : penolakan ± : penolakan terhadap
nilai-nilai yang berlaku dan upaya menggantinya dengan nilai-nilai
baru.

1. Berdasarkan Sudut Pandang Psikologi Seorang tokoh psikolog


asal Australia yang terkenal dengan teori psikoanalisasinyabernama
Sigmund Freud (1856-1939) menyatakan bahwa dalam diri manusia
terdapat tiga bagian penting, yaitu berupa hal-hal sebagai berikut:

a.    Id, adalah bagian dari yang bersifat tidak sadar, nalurilah, dan
mudah terpengaruh oleh gerak hati.
b.    Ego, adalah bagian diri yang bersifat sadar dan rasional yang
berfungsi menjaga pintu kepribadian.

c.    Supergo, adalah bagian dari diri yang telah mengabsorbsi


(menyerap) nilai-nilai cultural yang berfungsi sebagai suara hati.
Menurut Fried perilaku menyimpang dapat terjadi pada diri
seseorang apabila id terlalu berlebihan sehingga tidak terkontrol
dan muncul bersamaan dengan superegoyang tidak aktif, sementara
dalam waktu yang bersamaan ego tidak berhasil memberikan
perimbangan.

3. Berdasarkan Sudut Pandang Biologi Sheldon mengidentifikasikan


tipe tubuh menjadi tiga tipe dasar,yaitu sebagai berikut :
a.    Endomorph (bundar, halus, dan gemuk)
b.    Mesomorph (berotot dan atletis)
c.    Ectomorph (tipis dan kurus) Stiap tipe tubuh mempunyai
kecenderungan sifat-sifat kepribadian.
Contohnya, penjahat pada umumnya bertipe mesomorph. Sedangkan
Cesare Lombroso, seorang kriminologi dari Italia berpendapat
bahwa orang jahat memiliki ciri-ciri ukuran rahang dan tulang pipi
panjang, memiliki kelainan pada mata yang khas, tangan dan jari-
jari relative besar, dan susunan gigi abnormal. Adapun tipe pelaku
kriminal menurut Casare Lomboso adal sebagai berikut : “ Teori
biologis mendapat banyak kritikan dan diragukam kebenarannya,
sehingga para ilmuwan sosial beranggapan bahwa factor biologis
merupakan factor yang secara relative tidak penting pengaruhnya
terhadap penyimpangan perilaku”.

4. Berdasarkan Sudut Pandang Kriminologi


a.    Teori Konflik Berdasarkan teori ini terdapat dua macam
konflik, yaitu sebagai berikut :

1)    Konflik Budaya Dalam suatu masyarakat dapat terjadi konflik


budaya etika dalam masyarakat tersebut terdapat sejumlah
kebudayaan khusus dimana setiap kebudayaan khusus tersebut
cenderung tertutup sehingga mengurangi kemungkinan adanya
kesepakatan nilai. Sejumlah norma yang bersumber dari
kebudayaan khusus yang berbeda saling bertentangan antara satu
dengan yang lainnya dan dapat menimbulkan kondisi anomie.

2)    Konflik Kelas Sosial Konflik kelas sosial dapat terjadi di


masyarakat ketika suatu kelompok membuat peraturan sendiri
untuk melindungi kepentingan, sehingga terjadilah eksploitasi kelas
atas terhadap kelas bawah. Orang-orang yang menentang hak-hak
istimewa kelas atas dianggap berperilaku menyimpang dan di cap
sebagai penjahat.

b.    Teori Pengendalian Teori pengendalian beranggapan bahwa


masyarakat sebenarnya mmiliki kesepakatan tentang nilai-nilai
tertentu yang menjadi dasar suatu perilaku dapat dikatakan
menyimpang atau tidak. Pengendalian itu mencangkup dua bentuk,
yaitu pengendalian dari dalam dan pengendalian dari luar.
Pengendalian dari dalam berupa norma yang dihayati dan nilai yang
dipelajari oleh seseorang melalui proses sosialisasi.
Contohnya, nilai-nilai dan norma sosial yang diperoleh dari lembaga
keluarga, lembaga sekolah dan masyarakat yang mengharuskannya
untuk menghormati sesame manusia. Pengendalian dari luar adalah
imbalan sosial terhadap kepatuhan dan sanksi yang diberikan
kepada setiap tindak penyimpangan atau pelanggaran nilai dan
norma dominan. Misalnya, jika seseorang melanggar norma
pergaulan sosial maka ia akan dijatuhi sanksi oleh masyarakatnya.

C.   Faktor-Faktor Penyebab Perilaku Menyimpang


Perilaku menyimpang yang dilakukan oleh seseorang tidak terjadi
begitu saja tanpa ada sebab-sebab yang menyertainya, karena
perilaku menyimpang berkembang melalui suatu periode waktu-
waktu tertentu sebagai hasil dari serangkaian tahapan
interaksisosial dan adanya kesempatan untuk berperilaku
menyimpang.
Adapun sebab atau faktor-faktor terjadinya perilaku menyimpang
antara lain yaitu :
1.      Hasil Sosialisasi yang Tidak Sempurna ( Ketidaksanggupan
Menyerap Norma-Norma Kebudayaan) Apabila proses sosialisasi
tidak sempurna, maka dapat melahirkan suatu perilaku menyimpang.
Proses sosialisasi tidak sempurna terjadi karena nilai-nilai atau
norma-norma yang dipelajari kurang dapat dipahami dalam proses
sosialisasi yang dijalankan, sehingga seseorang tidak
memprhitungkan resiko yang terjadi apabila ia melakukan
perbuatan yang tidak sesuai dengan nilai dan norma sosial yang
berlaku. Contoh perilaku menyimpang akibat ketidaksempurnaan
proses sosialisasi dalam keluarga, bahwa anak-anak yang melakukan
kejahatan cenderung berasal dari keluarga yang retak/rusak,
artinya ia mengalami ketiksempurnaan dalam proses sosialisasi dalm
keluarganya.

2.      Proses Belajar yang Menyimpang Proses belajar ini terjadi


karena melalui interaksi sosial dengan orang lain terutama dengan
orang-orang yang memiliki perilaku menyimpang dan sudah
berpengalaman dalam hal menyimpang.Ketegangan antara
Kebudayaan dan Struktur Sosial Apabila peluang untuk mencari
cara-cara dalam memenuhi kebutuhan hidupnya tidak diberikan,
maka muncul kemungkinan akan terjadinya perilaku
menyimpang. Contoh pada masyarakat feodal tuan tanah memiliki
kekuasaan istimewa atas warga yang berstatus buruh tani atau
penyewa sehingga tuan tanah dapat melakukan tindakan sewenang-
wenang pada para buruh atau penyewa tanah yaitu dengan
menurunkan upah ataupun kenaikan harga sewa. Apabila
kesewenang-wenangan itu terjadi secara terus-menerus, maka
dapat memicu terjadinya perilaku menyimpang yang dilakukan oleh
buruh dan penyewa tanah yaitu dengan melakukan kekerasan,
perlawanan, penipuan, atau bahkan pembunuhan.

3.      Ikatan Sosial yang Berlainan

4.      Hasil Sosialisasi dari Nilai-Nilai Subkebudayaan yang


Menyimpang
  

D.   Macam-Macam Atau Jenis-Jenis Perilaku Menyimpang

1. Berdasarkan Kekerapannya :

a.    Penyimpangan Primer
Penyimpangan primer adalah suatu pelanggaran atau penyimpangan
yang bersifat sementara (temporer), sehingga individu yang
melakukan penyimpangan tersebut masih dapat diterima oleh
kelompok sosialnya, sebab pelanggaran terhadap norma-norma
umum tidak berlangsung secara terus-menerus. Contoh
penyimpangan primer adalah : terlambat membayar pajak listrik,
mencontek saat ulangan, melanggar rambu-rambu lalu lintas.

b.    Penyimpangan Sekunder
Penyimpangan sekunder adalah penyimpangan sosial yang nyata dan
sering dilakukan sehingga menimbulkan akibat yang cukup parah
dan mengganggu orang lain. Contoh penyimpangan sekunder adalah :
berjudi, mencuri, seseorang yang sering mabuk-mabukan, bahkan
pembunhan.

1.  Berdasarkan Jumlah Pelakunya

a.    Penyimpangan Individual (individual deviation) Penyimpangan


individual merupakan pelanggaran yang dilakukan oleh seseorang
atau individu tertentu terhadap norma-norma yang berlaku dalam
kehidupan masyarakatnya.
Macam-macam penyimpangan individu adalah sebagai berikut :
Penyimpangan karena melanggar norma-norma umum yang
Penyimpangan karena berlaku didalam masyarakat disebut
pelanggar. tidak patuh terhadap nasehat orang tua untuk mengubah
pendirian atau kebiasaan buruk menjadi baik yang disebut dengan
pembandel. Penyimpangan karena tidak menepati janji atau
berbohong dan sering berkhianat yang disebut dengan munafik.
Penyimpangan karena tidak taat terhadap peringantan orang lain,
yang disebut pembangkang. Penyimpangan karena melanggar norma-
norma umum yang mengakibatkan kerugian harta benda/jiwa
dilingkungannya yang disebut penjahat atau perusuh.
b.    Penyimpangan Kelompok (group deviation) Perilaku
penyimpangan dapat disebut dengan penyimpangan kelompok
apabila penyimpangan tersebut dilakukan secara bersama-sama
oleh sekelompok orang yang bergabung dalam suatu kelompok
tertentu. Setiap individu yang bergabung didalam kelompok
tersebut berperilaku sesuai dengan norma yang ditentukan dalam
kelompok tersebut walaupun perilaku tersebut jelas-jelas
bertentangan dengan norma-norma sosial umum yang
terdapat/berlaku dalam masyarakat sekitar dimana ia tinggal.
Penyimpangan kelompok lebih rumit dan berbahaya dibandingkan
dengan penyimpangan individual, karena mereka memiliki fanatisme
terhadap nilai, norma, sikap, dan tradisi yang berlaku dalam
kelompoknya sehingga mereka beranggapan bahwa mereka tidak
melakukan suatu penyimpangan. Adapun yang termasuk dalam
penyimpangan kelompok antara lain yaitu:
Kelompok pengacau keamananan dengan tujuan-tujuan tertentu
yang disebut Persekongkolan dalam dunia usaha dan lembaga
dengan teroris. Kelompok atau (geng) pemerintah untuk mencari
keuntungan sendiri. kejahatan terorganisir yang melakukan
perampokan dan penyelundupan. Kelompok yang ingin meisahkan diri
dari suatu Negara, yang disebut separatis.
E.   Sifat-Sifat Perilaku Menyimpang

1. Penyimpangan yang bersifat positif. Penyimpangan yang bersifat


positif adalah sauatu perbuatan yang tidak sesuai dengan aturan
atau norma yang berlaku umum yang mempunyai dampak positif
terhadap sistem sosial dimana ia tinggal. Seseorang dikatakan
menyimpang secara positif ketika ia merealisasikan cita-citanya
akan tetapi masyarakat belum bisa menerima cara yang ia
pergunakan ataupun cita-cita yang ia inginkan. Contoh
penyimpangan yang bersifat positif adalah : seorang wanita yang
bercita-cita sekolah setinggi-tingginya dan menjadi dokter
spesialis atau wanita karier. Bagi sebagian masyarakat perbuatan
sang wanita adalah suatu penyimpangan, namun dari
penyimpangan tersebut ada dampak positif yang muncul dari
dalam dirinya yaitu emansipasi wanita. Karena ia telah bersifat
mulia yaitu mau menjadi seorang dokter atau bersosial kepada
orang lain atau masyarakat dengan menjadi seorang dokter.

2. Penyimpangan yang bersifat negative

3. Penyimpangan yang bersifat ngatif adalah suatu perbuatan atau


kecenderungan bertindak kearah nilai-nilai sosial yang dipandang
rendah dan berakibat buruk sehingga mengganggu sistem sosial
yang ada. Penyimpangan terhadap kaidah hukum positif maka aka
nada hukum dan sanksi yang jelas dari Negara. Contoh
penyimpangan yang bersifat negatif adalah : pencurian,
pembunuhan, pelacuran, pemerkosaan,pemabuk, penjudi, dan lain-
lain.

F.    Bentuk-Bentuk Perilaku Penyimpangan Sosial


Menyimpang atau tidaknya perilaku seseorang ditentukan oleh
norma atau nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat dimana ia
tinggal. Setiap tindakan atau perilaku yang bertentangan dengan
nilai dan norma yang berlaku akan dianggap sebagai penyimpangan.
Ada beberapa bentuk perilaku menyimpang yang bersifat negatif,
diantaranya adalah sebagai berikut:

1.      Tindakan Kriminal atau Kejahatan. Tindakan kriminal atau


kejahatan merupakan tindakan yang bertentangan dengan norma
hukum, norma sosial dan norma agama. Adapun tindakan kriminal
meliputi pencurian, perampokan, pemerkosaan, penganiayan,
pembunuhan. Selain itu berbagai bentuk kegiatan yang mengganggu
keamanan Negara seperti korupsi, maker, dan terorisme, juga
termasuk tindakan kriminal. Berbagai tindakan tersebut biasanya
menjatuhkan korban di mana si korban akan kehilangan harta
benda, cacat tubuh, bahkan tidak jarang pula kehilangan nyawa.

2.      Penyalahgunaan Narkotika. Sebelum kita membahas lebih lanjut


mengenai bahaya penyalahgunaan narkotika, ada baiknya kita
membahasnya dari tinjauan medis terlebih dahulu. Secara medis,
narkotika berfungsi di rumah sakit bagi orang yang menderita sakit
berat dengan rekomendasi dokter. Misalnya untuk penderita
kanker atau orang yang akan menjalani operasi sebagai obat bius.
Efek dari narkotika selain sebagai obat adalah timbulnya efek
halusinasi (khayalan), impian yang indah-indah, atau rasa nyaman.
Karena fungsi sampingan inilah ada sebagian masyarakat, terutama
dikalangan remaja, ingin menggunakan narkotika walaupun tidak
sedang menderita suatu penyakit. Hal itulah yang dinamakan
penyalahgunaan narkotika. Penyalahgunaan narkotika dan obat-obat
perangsang yang sejenis terutama dikalangan remaja berkaitan
erat dengan beberapa hal yang menyangkut sebab, motivasi, dan
akibat yang ingin dicapai. Secara sosiologis, penyalahgunaan
narkotika oleh kaum remaja merupakan perbuatan yang disadari
berdasarkan pengetahuan/pengalaman sebagai pengaruh langsung
ataupun tidak langsung dan pembentukan jati diri. Secara
subjectif, penyalahguanaan narkotika oleh kaum remaja merupakan
salah satu upaya individual agar dapat mengungkap dan menangkap
kepuasan yang belum pernah dirasakan oleh setiap individu,
terutama bagi setiap remaja yang sedang tumbuh dan berkembang
dalam proses pencarian identitas dan pembentukan jati diri.
Sedangkan secara objectif, penyalahgunaan narkotika adalah
merupakan visualisasi dari proses isolasi yang pasti membebani
fisik dan mental sehingga dapat menghambat pertumbuhan yang
sehat. Secara universal, pnyalahgunaan narkotia dan zat lain
sejenisnya merupakan perbuatan destruktif dengan efek-efek
negatifnya atau bahkan dapat menimbulkan kematian bagi
penggunanya. Sedangkan menurut Graham Baliene, seorang remaja
yang melakukan penyalahgunaan narkotika disebabkan oleh hal-hal
sebagai berikut :

a.   Membuktikan keberanian dalam melakukan tindakan-tindakan yang


berbahaya seperti berkelahi, ngebut dijalan atau balap sepeda,
bergaul dengan lawan jenis, dan lain-lain.

b.    Menunjukkan tindakan menentang otoritas terhadap orang tua,


guru, orang lain, atau bahkan kepada norma-norma sosial yang
berlaku dalam masyarakat.
c.    Melepaskan diri dari kesepian dan memperoleh pengalaman-
pengalaman emosional.

d.    Mencari dan menemukan arti hidup.

e.    Menghilangkan kegelisahan, frustasi, dan kepenatan hati.

f.     Mempermudah penyaluran dan perbuatan seksual.

g.    Hanya iseng-iseng atau didorong oleh rasa ingin tahu.

h.    Mengisi kekosongan dan kesepian/kebosanan.

i.     Mengikuti kemauan teman atau sepergaulan dalam rangka


pembinaan solidaritas.
Penyalahgunan narkotika dapat mengakibatkan ketergantungan
obat (ketagiahan) atau biasa disebut adikasi. Adikasi adalah
ketergantungan obat atau keracunan obat yang bersifat kronik
atau periodic sehinggan penderita menjadi kehilangan control
terhadapdirinya dan menimbulkan kerugian, baik bagi dirinya
sendiri maupun masyarakat. Mungkin pada awalnya seorang
“pemakai” (sebutan bagi pengguna narkotika) hanya coba-coba
dalam dosis ringan atau kecil, akan tetapi lama-kelamaan hal
tersebut menjadi kebiasaan (habituasi).
Apabila sudah sampai kondisi itu, maka ia akan menambah dosis
untuk dapat menikmati efek yang diinginkan dan seperti itu terus-
menerus (terus menambah dosis) hingga ia mengalami fase
dipendensi (ketergantungan) dan merasa ia tidak dapat hidup tanpa
narkotika. Kondisi demikian sudah dipastikan sangat membahayakan
karena mengonsumsi narkotika secara berlebihan dapat merusak
saraf, kelumpuhan, atau bahkan menimbulkan kematian yang biasa
disebut dengan istilah “OD” (over dosis). Adapun bberapa gejala
yang tampak pada sesorang yang menunjukkan ketergantungan
terhadap obat-obat narkotika, diantaranya adalah sebagai berikut :

a.    Muncul perilaku yang tidak dapat diterima oleh masyarakat


sekelilingnya, seperti bertindak semaunya sendiri, sering berdusta,
menjadi tidak disiplin, ingin selalu keluar rumah, dan susah untuk
bangun pagi.

b.    Pada proses lanjut, kenakalan meningkat sampai pada tindakan


mengambil barang berharga milik orang lain (mencuri) guna
memenuhi kebutuhannya untuk mengonsumsi narkotika.
c.    Pada dosis tinggi pemakai akan merasa dirinya paling tinggi,
paling hebat, dan paling sanggup melakukan apa saja (kepercayaan
dirinya melampaui batas).

d.    Pada saat efek mulai menurun, penderita merasa sangat


gelisah, muncul perasaan seperti diancam, dikejar-kejar, dan ingin
menyakiti dirinya sendiri sampai bunuh diri atau membunuh orang
lain yang disebut dengan sakau. Berikut ini adalah bebrapa jenis
bahan narkotika dan obat bius antara lain adalah sebagai berikut :

1)    Tembakau Didalam tembakau terdapat racun nikotin keras


yang dan dapat merangsang susunan saraf sehingga menimbulkan
ketagihan. Selain nikotin, dalam tembakau juga terdapat tar yaitu
zat yang dapat mengakibatkan penyakit kanker paru-paru.
2)    Kafein Kafein terdapat didalam kopi yang dapat mempengaruhi
susunan saraf dan jantung. Kopi dapat menyebabkan orang sulit
tidur dan dapat menyebabkan ketagihan sehingga orang yang telah
ketagihan akan merasa cemas dan kepala pusing apabila tidak
meminumnya.

3)    Candu atau Opium Candu dan Opium berasal dari tumbuhan


Paper somniferum. Tumbuhanini banyak dijumpai di Rusia, Meksiko,
Iran, Turki, Cina, India,, dan Afrika Selatan. Candu dan Opium
termasuk tanaman semak dengan ketinggian 70-110 cm. Memiliki
bunga dengan warna ungu, merah, dan putih. Buahnya berbentuk
seperti pemukul gong dan bergetah. Getah itulah yang dihisap dan
dijadikan sebagai candu.

4)    Morfin Morfin adalah zat yang didapat dari candu. Morfin


ditemukan oleh Setumur berkewarganegaraan Jerman pada tahun
1805. Pada umumnya morfin berwarna putih dan berwujud bubukan
(serbuk) dengan rasa yang pahit. Melalui proses kimia morfin
dijadikan sebagai zat yang berfungsi menenangkan sistem urut
saraf.

5)    LSD (Lusergic Acid Diethylamide) LSD ditemukan oleh dokter


yang berkewarganegaraan Jerma yang bernama Dr. Albert
Hoffman. LSD dapat menimbulkan halusinasi atau bayangan dengan
berbagai macam khayalan.

6)    Alkohol Alkohol apabila diminum pada awalnya menimbulkan


perasaan riang gembira dan banyak berbicara, namun lama-
kelamaan tingkat kesadaran menjadi menurun dan keseimbangan
badan terganggu hingga mabuk. Pemakaian alcohol secara
berlebihan dapat menyebabkan kelumpuhan karena radang saraf
yang diakibatkan oleh pemakaian alcohol bersifat menimbulkan
gangguan susunan saraf (kelumpuhan).

7)    Ganja atau Mariyuana Ganja berasal dari tanaman bernama


Canabis sativa. Tumbuhan tersebut banyak tumbuh di daerah
tropic dan subtropik dan tergolong tumbuhan semak. Pemakaian
ganja dilakukan dengan mengambil daun yang diiris-iris dan
dikeringkan seperti tembakau.

8)    Kokain Kokain berasal dari tumbuhan Erythroxylon coca. Dan


termasuk golongan semak dengan ketinggian 2 meter. Serbuk
kokain berwarna putih dengan rasa yang pahit dan diperoleh dari
daun tanaman Erythroxy yang berfungsi sebagai obat pembius
sehingga sering digunakan pada proses pembedahan (operasi).

1.      Perkelahian Antarpelajar Perkelahian antarpelajar atau yang


lebih disebut tawuran antar pelajar pada awalnya hanya terjadi di
kota-kota besar karena kompleksnya kehidupan dan persoalan di
kota. Akan tetapi, pada saat ini fenomena tawuran antar pelajar
sudah menjamur di kalangan pelajar yang jauh dari kawasan
perkotaan. Perkelahian antarpelajar merupakan termasuk salah
satu bentuk kenakalan remaja dan termasuk perilaku menyimpang
karena bertentangan dengan nilai-nilai ataupun norma-norma sosial
yang berlaku di dalam masyarakat tersebut. Perkelahian
antarpelajar merupakan masalah sosial yang berkaitan dengan
krisis moral. Tingkat emosi yang belum stabil serta kerterbatasan
pengetahuan akan kaidah-kaidah masyarakat dan agama
mengakibatkan remaja cenderung bertindak tanpa memikirkan
resiko karena mereka hanya mementingkan ego semata. Perkelahian
antarpelajar bisa disebabkan oleh anggapan dari sebagian pelajar
bahwa dengan perkelahian bisa menunjukkan kejantanan dan
sportivitas. Perkelahian tersebut umumnya diawali dari hal-hal yang
sepele atau kecil, bahkan hanya menyangkut dua orang saja dari
sekolah yang berbeda. Tetapi karena alasan solidaritas kelompok,
maka konflik bisa meluas dan menjadi konflik antarsekolah.

2.      Hubungan Seksual di Luar Nikah Hubungan seks diluar nikah


termasuk perilaku menyimpang yang sangat ditentang oleh
masyarakat. Macam seks di luar nikah antara lain adalah pelacuran,
kumpul kebo, dan pemerkosaan. Selain mendapatkan hubungan bagi
para pelakunya, hubungan seksual di luar nikah juga dianggap dapat
mendatangkan bencana bagi daerah tempat tinggal mereka
sehingga masyarakat mengutuk perbuatan tersebut. Hubungan
seksual diluar nikah juga dapat menyebabkan penyakit yang
berbahaya dan bahkan mematikan seperti AIDS dan PSM (penyakit
seks menular).
3.       Penyimpangan Seksual Penyimpangan seksual adalah perilaku
seksual yang tidak semestinya, misalnya perzinahan, lesbianism,
homoseksual, kumpul kebo, dan sodomi. Tindakan-tindakan tersebut
merupakan perbuatn yang bertentangan dengan norma-norma sosial
dan agama sehingga dianggap sebagai salah satu bentuk perilaku
menyimpang.

G.   Akibat Perilaku Menyimpang


Seorang perilaku penyimpangan senantiasa berusaha mencari kawan
yang sama untuk bergaul bersama, dengan tujuan supaya
mendapatkan “teman”. Lama-kelamaan berkumpullah berbagai
individu pelaku penyimpangan menjadi penyimpangan kelompok,
akhirnya bermuara pada penentangan terhadap norma masyarakat.
Dampak yang ditimbulkan selain terhadap individu juga terhadap
kelompok atau masyarakat. Dampak apa saja yang ditimbulkan
adanya tindak penyimpangan terhadap kelompok masyarakat…???
Marilah kita bahas satu persatu :

1. Kriminalitas tindak kejahatan Tindak kekerasan seorang


kadangkala hasil penularan seorang individu lain, sehingga tindak
kejahatan akan muncul berkelompok dalam masyarakat.
Contoh : seorang residivis dalam penjara akan mendapatkan kawan
sesama penjahat, sehingga sekeluarnya dari penjara akan
membentuk “kelompok penjahat” , sehingga dalam masyarakat
muncullah kriminalitas-kriminalitas baru.
2. Terganggunya keseimbangan sosial Robert K. Merton
mengemukakan teori yang menjelaskan bahwa perilaku menyimpang
itu merupakan penyimpangan melaliu struktur sosial. Karena
masyarakat merupakan struktur sosial, maka tindak penyimpangan
pasti akan berdampak terhadap masyarakat yang akan mengganggu
keseimbangan sosialnya.
Contoh : pemberontakan, pecandu obat bius, gelandangan, pemabuk,
dsb.

3. Pudarnya nilai dan norma Karena pelaku penyimpangan tidak


mendapatkan sanksi yang tegas dan jelas, maka muncullah sikap
apatis pada pelaksanaan nilai-nilai dan norma masyarakat. Sehingga
nilai dan norma menjadi pudar kewibawaannya untuk mengatur tata
tertib dalam masyarakat. Juga karena pengaruh globalisasi di
bidang informasi dan hiburan memudahkan masuknya pengaruh
asing yang tidak sesuai dengan budaya Indonesia mampu
memudarkan nilai dan norma, karena tindak penyimpangan sebagai
eksesnya.
Contoh : karena pengaruh film-film luar yang mempertontonkan
tindak penyimpangan yang dianggap hal-hal yang wajar disana, akan
mampu menimbulkan orang yang tidak percaya lagi pada nilai dan
norma di Indonesia.
BAB III
PENUTUP

A.   Kesimpulan
Perilaku individu atau sekelompok individu yang tidak sesuai dengan
nilai dan norma yang berlaku secara umum dalam masyarakat sering
terjadi dalam kehidupan kita . Teori ini dikemukakan oleh Edwin
M.Lemert, menurutnya seseorang berperilaku menyimpang karena
proses labeling yang diberikan masyarakat kepadanya. Labeling
adalah pemberian julukan, cap, etiket, ataupun kepada seseorang.
Pada awalnya seseorang melakukan “penyimpangan primer” karena
itu sang pelaku penyimpangan mendapatkan cap (labeling) dari
masyarakat. Karena adanya label tersebut, maka sang pelaku
mengidentifikasikan dirinya sebagai penyimpang dan mengulangi
lagi penyimpangan itupun menjadi suatu kebiasaan atau gaya hidup
bagi pelakunyaari-hari.
B.   Saran
Kami sadari bahwa dalam penulisan makalah ini penulis masih
banyak kekurangan dan kesalahan dalam hal pengetahuan tentang
Mata pelajaran sosiologi. Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan kritik saran dari pembaca tentunya yang bersifat
membangun.

Anda mungkin juga menyukai