Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH KELOMPOK 3

FAKTOR PERILAKU PENYIMPANGAN SOSIAL

GURU PEMBIMBING
Hendra fikriadi S.Pd

DISUSUN OLEH:
Eka Hijratul
Kania Putri Cahayani
Mirza Aziz Algaisan
Novita Indira Sari
Philo Alexsandro Toepak
Skandinavia Ilmi Adriati

SMAN 1 KUALA KAPUAS


SOSIOLOGI
KELAS X IPA 1
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas


limpahan rahmat dan anugrah dari-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah tentang “faktor – faktor
penyimpangan sosial”. Serta Terima Kasih kepada
Bapak Hendra Fikriadi S.Pd karena telah membimbing
dan membantu kami dalam mengerjakan makalah ini.
Kliping ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh
karena itu kami mengharapkan kepada pembaca untuk
memberikan kritik dan saran guna untuk memperbaiki
kliping ini agar menjadi lebih baik kedepannya.

Kuala Kapuas, 1 Februari 2020


Daftar Isi

Judul............................................................i
Kata Pengantar....................................................ii
Daftar Isi...............................................................iii
Bab 1 Faktor Perilaku Menyimpang
A.Pengertian Faktor Perilaku
Menyimpang..................................................1B.Faktor
penyimpanan sosial.........................2
Kesimpulan .........................................................iv
Penutup...............................................................v
Bab I
Faktor Perilaku Menyimpang

A. Pengertian Faktor Perilaku Menyimpang


Perilaku menyimpang atau yang biasa dikenal dengan
penyimpangan sosial adalah perilaku yang tidak sesuai dengan nilai-
nilai kesusilaan atau kepatutan, baik dalam sudut pandang
kemanusiaan (agama) , kesusilaan atau kepatutan baik dalam sudut
pandang) secara individu pembenarannya sebagai bagian
daripada makhluk sosial.

Dalam Kamus Besar Bahasa indonesia perilaku menyimpang


diartikan sebagai tingkah laku, perbuatan, atau tanggapan seseorang
terhadap lingkungan yang bertentangan dengan norma-norma
dan hukum yang ada di dalam masyarakat.

Dalam kehidupan masyarakat, semua tindakan manusia dibatasi


oleh aturan (norma) untuk berbuat dan berperilaku sesuai dengan
sesuatu yang dianggap baik oleh masyarakat. Namun di tengah
kehidupan masyarakat kadang-kadang masih kita jumpai tindakan-
tindakan yang tidak sesuai dengan aturan (norma) yang berlaku pada
masyarakat, misalnya seorang siswa menyontek pada saat ulangan,
berbohong, mencuri, dan mengganggu siswa lain.Penyimpangan
terhadap norma-norma atau nilai-nilai masyarakat disebut deviasi
(deviation), sedangkan pelaku atau individu yang melakukan
penyimpangan disebut devian (deviant). Kebalikan dari perilaku
menyimpang adalah perilaku yang tidak menyimpang yang sering
disebut dengan konformitas. Konformitas adalah bentuk interaksi
social yang di dalamnya seseorang berperilaku sesuai dengan
harapan kelompok.
B. Faktor Penyimpangan Sosial
Faktor penyebab perilaku menyimpang dalam sosiologi sangatlah
banyak sekali karena pada dasarnya manusia merupakan
makhluk sosial yang besar peluangnya seorang individu akan
terpengaruh oleh lingkungannya.

Beberapa teori telah dikemukakan oleh para ahli sosiologi untuk


menjelaskan tentang masalah ini. Berikut penjelasan sebab-sebab
terjadinya perilaku menyimpang yang dilihat dari faktor
sosiologis.

Faktor Penyebab Perilaku Menyimpang Dalam Sosiologis

1. Perilaku menyimpang yang diakibatkan adanya


sosialisasi yang tidak sempurna

Menurut teori apabila sosialisasi yang dilakukan tidak sempurna,


maka akan mengakibatkan perilaku menyimpang karena nilai-
nilai yang disampaikan dalam sosialisasi tidak dipahami dengan
baik oleh orang yang disosialisasi.

Misalnya film yang menampilkan berbagai adegan dalam


alur ceritanya. Di film tersebut terselip nasehat-nasehat yang
baik. Jika penontonnya tidak bisa memahami hikmahnya, maka
akan terjadi salah faham sehingga yang dicontoh dan diterapkan
di kehidupan nyata justru adegan yang tidak benar misalnya
mencuri, tawuran, berkendara ugal-ugalan.

2. Perilaku menyimpang yang diakibatkan adanya hasil


sosialisasi dari nilai subkebudayaan yang menyimpang

Shaw dan Mc. Kay berpendapat bahwa daerah yang tidak teratur


dan tidak memiliki organisasi yang baik akan memiliki
kecenderungan menjadi daerah yang penuh kejahatan. Jika sudah
demikian, maka perilaku menyimpang akan dianggap biasa saja
alias wajar-wajar aja karena perilaku menyimpang sudah
tertanam di benak pribadi masyarakat.
Misalnya kompleks perumahan yang mayoritas penghuninya
bergaya hidup mewah, maka perilaku menyimpang seperti
pamer, boros, hidup berfoya-foya, hidup berlebihan akan menjadi
hal yang wajar meskipun perilaku tersebut sangat bertentangan
dengan nilai dan norma kebudayaan masyarakat setempat.

Jika dibiarkan berlarut-larut, maka ini akan menjadi penyakit


mental yang sangat buruk dan memunculkan perilaku
menyimpang yang lainnya. Misalnya karena tidak punya biaya
untuk mengikuti gaya hidup mewah akhirnya melakukan
tindakan korupsi, penipuan, pencurian dsb.
Emile Durkheim mengemukakan perihal penyakit mental ini. Ia
mengenalkan konsep anomie yaitu keadaan kontras antara
subkebudayaan dengan realita kehidupan masyarakat sehari-hari.
Indikasi adanya penyakit ini yaitu masyarakat dalam
kehidupannya seolah-olah tidak memiliki panduan dan pedoman
hidup.
Antara kebenaran dan kebatilan, sopan dan tidak sopan, etis dan
tidak etis, pantas atau tidak pantas menjadi samar di kehidupan
masyarakat. Keberadaan aturan yang ada didalam norma-norma
masyarakat menjadi abu-abu yakni ada atau tiada.
Jika keadaan ini dibiarkan berlarut-larut, maka akan
menyebabkan proses sosialisasi menjadi terganggu. Masyarakat
akan sulit dalam menemukan pedoman hidupnya sehingga
mereka akan berperilaku sesuai keinginannya sendiri-sendiri
sehingga tak jarang akan muncul perilaku menyimpang.

3. Perilaku menyimpang yang diakibatkan dari kesalahan


dalam proses belajar

Pernah melihat berita terorisme? mereka tak segan membunuh


orang yang berbeda faham dengan mereka meskipun agamanya
mengajarkan cinta kasih. Coba pikirkan, mengapa bisa terjadi?.

Para anggota terorisme melakukan perilaku menyimpang


diakibatkan dari kesalahan dalam proses belajar. Setidaknya ada
dua kemungkinan yaitu salah mencari guru atau gurunya sudah
benar namun ia salah faham dalam memahami maksud si guru.

Atau contoh lainnya misalnya, seorang anak yang suka mencuri


makanan di kantin sekolah bisa saja kelak dia akan mencuri hal
yang lebih besar dan rumit yaitu membobol rumah, mencuri
motor dsb. Ia bisa saja belajar mencuri dari pelaku pencurian
yang lebih senior.

4. Perilaku menyimpang yang diakibatkan dari ikatan


sosial yang berlainan
Seseorang dapat berperilaku sesuai dengan perilaku ikatan sosial
yang berlainan dengannya dimana (ikatan sosial yang berlainan
tersebut) sangat ia prioritaskan. Misalnya, seorang pecinta Korea
Pop akan bergaya seperti idolanya misalnya gaya rambutnya,
aksesoris yang digunakan dsb.

Contoh lainnya yaitu seorang yang gemar berteman dengan orang


yang suka kebut-kebutan sepeda motor di jalan, maka tidak
menutup kemungkinan ia akan terpengaruh ikut kebut-kebutan.

Proses belajar untuk perbuatan menyimpang ini disebabkan


adanya interaksi sosial yang pengaruhnya ke orang lain
tergantung dari frekuensi, intensitas dan prioritas. Semakin besar
ketiga faktor tersebut, maka semakin besar kemungkinan
seseorang akan memiliki perilaku yang sama-sama dianggap
menyimpang.

5. Perilaku menyimpang yang diakibatkan dari ketegangan


antar struktur sosial dengan kebudayaan
Setiap masyarakat memiliki kebudayaan yang membolehkan
adanya suatu tujuan dan cara untuk meraih tujuan yang telah
ditetapkan. Akan tetapi, bila (masyarakat) tidak diberi
kesempatan atau peluang untuk melakukan cara tersebut, maka
dapat terjadi perilaku menyimpang.

Contohnya, dalam sebuah struktur sosial misalnya pabrik, ada


yang menjadi karyawan dengan aturan imbalan upah kerja sesuai
UMK (Upah Minimum Karyawan). Namun ketika upah kerjanya di
bawah standar UMK, maka karyawan dapat melakukan perilaku
menyimpang misalnya mogok kerja dan demonstrasi.
Kesimpulan
-Kesimpulan dari segi Pendidikan
Banyak hal yang harus kita jaga untuk mencegah terjadinya
penyimpangan dalam pendidikan. Karena banyaknya perilaku
menyimpang yang terjadi, misalnya tawuran antar pelajar,
bullying dan sebagainya. Maka dari itu kita harus mencegah
terjadinya perilaku menyimpang dalam dunia pendidikan.

-Kesimpulan dari segi Masyarakat


Perilaku menyimpang diartikan sebagai tingkah laku, perbuatan,
atau tanggapan seseorang terhadap lingkungan yang
bertentangan dengan norma norma dan hukum yang ada di dalam
masyarakat. Dalam kehidupan masyarakat, semua tindakan
manusia dibatasi oleh aturan(norma) untuk berbuat dalam
berperilaku sesuai dengan sesuatu yang dianggap baik oleh
masyarakat.

-Kesimpulan dari kami


Menurut kami perilaku penyimpang merupakan perilaku yg
terjadi diluar nilai positif atau perilaku yg buruk yg
keluar/menyimpang dari norma dan dapat melanggar hukum,
perilaku seperti itu jelas harus kita hindari dan tidak kita
terapkan dlm kehidupan sehari-hari. Selain berdampak pada diri
sendiri perilaku menyimpang juga dapat membuat ornglain
merasa dirugikan.
Penutup
-Daftar pustaka
Pada bagian ini disebutkan semua buku sumber dan internet yang
digunakan sebagai penunjang dalam penulisan makalah.

-Lampiran
Meliputi hal : dokumen penting seperti foto atau naskah tertentu.

-Indeks
Bagian ini berisi daftar kata, istilah, atau nama yang ada dalam makalah.

Anda mungkin juga menyukai