Anda di halaman 1dari 30

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan ke Hadirat Ilahi Rabbi yang telah


memberikan rahmat dan karunianya sehingga tugas ini dapat terselesaikan. Tidak
sedikit hambatan yang ditemukan selama pengerjaan makalah ini, walaupun
begitu kiranya masih banyak kekurangan yang terdapat dalam makalah
ini.Sehingga peran serta semua pihak dalam hal kritik dan saran membangun
sangatlah kami butuhkan untuk bisa membuat makalah yang lebih baik di waktu
mendatang. Besar harapan kami apabila makalah ini dapat berguna bagi setiap
pihak dan kalangan yang membaca serta mempelajarinya.

Surabaya, 03 Nopember 2016

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................I
DAFTAR ISI.............................................................................................II
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................ 1
1.3 Tujuan.............................................................................................. 2
1.4 Identifikasi Masalah..........................................................................2
1.5 Sistematika Penulisan.........................................................................2
1.6 kegunaan makalah..............................................................................3
BAB II INTERAKSI SOSIAL
2.1 Pengertian Interaksi Sosial.................................................................4
2.2 Interaksi sebagai dasar proses sosial................................................ 7
2.3 Syarat terjadinya interaksi sosial...................................................... 10
2.4 Bentuk-bentuk interaksi sosial......................................................... 12
2.5 Unsur-unsur lapisan masyarakat ...................................................... 22
2.6 kelas-kelas dalam masyarakat.......................................................... 23
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan......................................................................................27
3.2 Saran.................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seiring dengan perkembangan zaman,banyaknya kemajuan teknologi,yang
di buat seperti HP,Komputer,games, dll yang pada umumnya di gemari dan di
butuhkan. Dengan kemajuan teknologi yang sangat pesat ini kita dapat
berinteraksi dengan orang lain melalui teknologi seperti Handphone, teknologi ini
dapat menyambungkan kita dengan orang lain yang berada jauh dengan kita dan
masih dan masih banyak lagi cara-cara berinteraksi yang lain menggunakan
teknologi.
Dengan cara berinteraksi menggunakan teknologi tentu ada sisi positiv dan
negativ. Namun sangat disayangkan, kemajuan teknologi yang sangat pesat pada
saat ini banyak orang yang menggunakan teknologi itu kearah yang negativ,
terutama dikalangan anak muda. Tanpa disadari bahwa interaksi itu sangat penting
dalam kehidupan manusia. Di dalam kehidupan sehari – hari tentunya manusia
tidak dapat lepas dari hubungan antara satu dengan yang lainnya,ia akan selalu
perlu untuk mencari individu ataupun kelompok lain untuk dapat berinteraksi
ataupun bertukar fikiran. Mungkin kita sudah tidak asing dengan kata Interaksi.
Tapi banyak juga orang yang tidak tahu apa arti Interaksi itu sendiri. Pada
kesempatan ini kami selaku mahasiswa akan membuat makalah yang membahas
tentang apa itu Interaksi. Makalah ini dibuat bukan hanya sekedar tugas, tetapi
makalah ini di buat agar kita semua mengerti tentang interaksi sosial yang selalu
kita temukan di kehidupan sehari-hari. Semoga dengan diadakannya tugas
makalah ini dapat memberikan manfaat untuk kami selaku penulis dan penyusun
maupun pembaca.
I.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, dapat disusun rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apakah pengetian dari interaksi sosial dan lapisan sosial?
2. Mengapa interaksi dijadikan sebagai dasar proses sosial?
3. Apa syarat-syarat terjadinya interaksi sosial?
4. Apa saja bentuk-bentuk interaksi sosial?

1
5. Bagaimana sifat sistem lapisan masyarakat?
6. Apa saja unsur-unsur lapisan masyarakat?
7. Apa pengertian dan penjelasan tentang kelas-kelas sosial dalam masyarakat?
1.3 Tujuan
Penulisan makalah ini adalah kewajiban kami sebagai mahasiswa dalam
melaksanakan tugas yang telah diberikan oleh Dosen yang bersangkutan. Selain
itu adapun tujuannya untuk :
1. Untuk mengetahui dan memahami lebih banyak wawasan tentang Interaksi
Sosial dan pelapisan sosial dalam masyarakat, agar dapat di terapkan di kehidupan
sehari-hari.
2. Untuk mengetahui apa itu Interaksi Sosial, Bentuk-bentuk Sosial dan Syarat
untuk terjadinya Interaksi Sosial.
3. Untuk memenuhi tugas yang di berikan.
1.4 Identifikasi Masalah
1. Banyak orang yang tidak tahu pengertian Interaksi Sosial.
2. Banyak yang tidak tahu aturan/norma dalam berinteraksi.
3. Banyaknya yang menyalahgunakan interaksi dalam bentuk komunikasi.
1.5 Sistematika Penulisan
Dalam laporan ini penulis membuat makalah ini menjadi beberapa bagian agar
sesuai dengan standar makalah yang telah di tentukan.
BAB I PENDAHULUAN
Yang berisikan tentang , latar belakang masalah,tujuan, identifikasi masalah dan
sistem penulisan makalah.
BAB II INTERAKSI SOSIAL
Berisikan tentang pengertian interaksi sosial, syarat terjadinya interaksi sosial,
bentuk-bentuk interaksi sosial, lapisan masyarakat dan lain-lain.
BAB III PENUTUP
Pada bab ini berisikan kesimpulan dan saran penulis dari makalah yang telah
penulis susun.

2
1.6 Kegunaan makalah
1) Bagi penulis
Memperoleh pengetahuan mengenai interaksi sosial dan lapisan sosial ,
dasar lapisan masyarakat, unsur – unsur lapisan masyarakat, kelas-kelas dalam
masyarakat.
2) Bagi pembaca
Menambah pengetahuan mengenai interaksi sosial dan lapisan sosial ,
dasar lapisan masyarakat, unsur – unsur lapisan masyarakat, kelas-kelas dalam
masyarakat.
3) Bagi mahasiswa
Untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Pengantar Sosiologi dan
Antropologi.

3
BAB II
INTERAKSI SOSIAL DAN PELAPISAN SOSIAL

2.1 Pengertian Interaksi Sosial


Interaksi sosial adalah hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut
hubungan antara orang perseorangan, antar beberapa kelompok manusia, maupun
antar perseorangan dengan kelompok. Ineteraksi sosial merupakan syarat utama
terjadinya aktivitas sosial.Sebagai mahluk sosial, tindakan manusia tidak dapat
dilepaskan dari pengaruh lingkungan sosial. Adanya pengaruh timbal balik itu
dapat berlangsung dalam lingkungan keluarga atau yang lebih luas lagi didalam
lingkungan masyarakat. Itulah sebabnya tindakan yang dilakukan oleh manusia
disebut tindakan sosial.
Menurut max weber, tindakan sosial adalah tindakan yang mempunyai
makna, tindakan yang dilakukan seseorang dengan memperhitungkan keberadaan
orang lain atau tindakan individu yang dapat memengaruhi individu-individu lain
dalam masyarakat. Jadi tindakan sosial adalah tindakan atau prilaku manusia yang
mempunyai maksud subjektif bagi dirinya, untuk mencapai tujuan tertentu dan
juga merupakan perwujudan pola pikir individu yang bersangkutan.
Pada dasarnya tindakan sosial dapat dibedakan menjadi 4 tipe, yaitu
tindakan sosial instrumental, sosial berorientasi nilai, tindakan sosial tradisional,
dan tindakan afektif.
1. Tindakan sosial instrumental
Tindakan sosial instrumental dilakukan dengan memperhitungkan
kesesuaian antara cara yang digunakan dan tujuan yang akan dicapai. Tindakan ini
bersifat rasional ( masuk akal ) artinya, tindakan ini didasari oleh tujuan yang
telah matang dipertambangkan.
2. Tindakan sosial berorientasi nilai
Tindakan sosial berorientasi nilai dilakukan dengan memperhitungkan
manfaatnya, tetapi tujuan yang ingin dicapai tidak terlalu dipertimbangkan.
Tindakan seperti ini menyangkut kriteria baik dan benar menurut penilaian
masyarakat. Tercapai atau tidaknya tujuan bukan persoalan dalam tindakan sosial

4
tipe ini. Yang penting adalah keseuaian dengan nilai-nilai dar yang berlaku dalam
kehiduapan masyarakat.
3. Tindakan sosial tradisional
Tindakan ini merupakan tindakan yang tidak rasional. Seseorang
melakukan tindakan hanya karena kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat
tanpa menyadari alasannya atau membuat perencanaan terlebih dahulu mengenai
tujuan dan cara yang akan digunakan, misalnya berbagai upacara adat yang
terdapat di masyarakat.
4. Tindakan afektif
Tindakan sosial afektif tergolong tindakan yang irasional, karena sebagian
besar tindakan dikuasai oleh perasaan (afeksi) ataupun emosi, tanpa perhitungan,
atau pertimbangan yang matang. Perasaan entah marah, cinta, gembira, atau sedih
muncul begitu saja sebagai ungkapan langsung terhadap keadaan tertentu. Itulah
sebabnya tindakan sosial ini lebih berupa reaksi spontan.
Faktor-faktor yang mendasari proses interaksi yaitu :
1. Imitasi
Imitasi artinya meniru atau tiruan. imitasi ialah tindakan atau usaha untuk
meniru tindakan orang lain sebagai tokoh idealnya. Usaha meniru atau tidakan
tiruannya tidak selalu persis sama, apabila tkoh itu berasal dari kelompok tertent,
maka tokoh ideal yang menjadi panutan disebut “ reference group “ , kelompok
acuan atau kelompok referensi. Kelompok Reference merupakan kelompok yang
menjadi ukuran bagi seseorang yang bukan anggota kelompok untuk membentuk
pribadi dan kelakuannya. Reference group memiliki dua tipe, yaitu :
1. Tipe normatif, yaitu kelompok yang menentukan dasar-dasar bagi
kepribadian seseorang.
2. Tipe pembanding, yaitu kelompok yang menjadi pemegang bagi individu
didalam menilai kepribadiannya.
Imitasi memiliki segi negatif bagi pelakunya, yaitu daya kreasinya dapat
tidak berkembang karena hanya ingin meniru oranglain. Segi positifnya ialah
apabila orang yang ditiru adalah sikap dan prilaku yang sesuai dengan norma.
2. Sugesti

5
Sugesti artinya pengaruh karena emosional/perasaan/kata hati tersentuh
oleh pandangan, sikap, dan anjuran dari pihak lain. Pengaruh ini sifatnya
kualitatif, bukan kuantitatif yang selalu di ukur dengan korelasi regresif atau
sejenisnya. Sugesti merupakan proses psikologis karena tindakan pihak lain yang
berpengaruh pada dirinya. Proses sugesti bisa terjadi bila yang memberi
pandangan adalah orang yang berwibawa, yang memiliki sifat otoriter, atau
merupakan sikap sebagian besar anggoa kelompok yang bersangkutan atau
masyarakat seluruhnya.
3. Identifikasi
Identifikasi yaitu kecenderungan atau keinginan dalam diri seseorang
untuk menjadi sama dengan pihak lain. Identifikasi mengakibatkan terjadinya
pengaruh yang lebih dalam dari sugesti dan imitasi . proses identifikasi dapat
dimulai dari sugesti ,kemudian simpati,imitasi,dan identifikasi.contoh: seorang
anak biasanya akan mengidentifikasikan gaya dan perilaku orang tuanya.
4. Simpati
Simpati merupakan suatu proses seseorang yang merasa tertarik pada
pihak lain . pada proses ini perasaan seseorang sangat didorong untuk memahami
pihak lain. Perbedaan utama dengan identifikasi ialah dorongan oleh suatu
keinginan untuk belajar dari pihak lainyang kedudukannya lebih tinggi dan harus
dihormati karena mempunyai kelebihan atau kemampuan tertentu yang patut
dijadikan contoh,dorongan utama pada simpati ialah keinginana untuk memahani
pihak lain untuk bekerja sama.contoh perasaan simpati adalah ungkapan selamat
atas keberhasilan seseorang,atau ungkapan turut berduka cita atas musibah yang
dialami seseorang.
5. Empati
Empati adalah kemampuan mengambil ata memainkan peranan secara
efektif dari seseorang atau orang lain dalam kondisi yang sebenar benarnya,seolah
olah ikut merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain tersebut,seperti rasa
senang,sakit,susah, dan bahagia .contoh, kita turut merasakan empati terhadap
masyarakat Yogyakarta yang menjadi korban Yogyakarta .

6
6. Motivasi
Motivasi adalah dorongan, rangsangan ,pengaruh atau stimulus yang di
berikan seorang individu keapada individu yang lain sedemikian rupa,sehingga
orang yang diberi motivasi tersebut menuruti atau melaksanakn apa yang di
motivasikan secara kritis, rasional, dan penuh tanggung jawab. Motivasi memiliki
sifat yang sama dengan sugesti karna memberikan dorongan kepada individu lain
untuk melakukan tindakan. Individu yang memberikan motivasi biasanya
memiliki status dan kelebihan dari individu yang diberikan motivasi.contoh
seorang guru memberikan motivasi kepada murid-muridnya untuk belajar lebih
giat agar mencapai prestasi.
Ciri – ciri interaksi sosial
Interaksi sosial yang dilakukan manusia sebagai anggota masyarakat pada
hakikatnya mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1. Jumlah pelaku lebih dari satu orang ,artinya dalam sebuah interaksi sosial,
setidaknya ada dua orang yang sedang bertemu dan mengadakan hubungan .
2. Ada komunikasi antar pelaku dengan menggunakan simbol-simbol artinya
dalam sebuah interaksi sosial didalamnya terdapat proses tukar-menukar
informasi atau biasa disebut dengan proses komunikasi dengan menggunakan
isyarat atau tanda yang dimaknai dengan simbol-simbol yang hendak diungkapkan
dalam komunikai itu.
3. Ada dimensi waktu (masa lampau,masa kini,masa mendatang) yang menetukan
sifat aksi yang sedang berlangsung, artinya dalam proses interaksi dibatasi oleh
dimensi waktu sehingga dapat menetukan sifat aksi yang sedang dilakukan oleh
orang-orang yang terlibat dalam interaksi.
4. Ada tujuan-tujuan tertentu,terlepas dari sama atau tidaknya tujuan tersebut
dengan yang diperkirakan oleh pengamat , artinya dalam sebuah interaksi
sosial,orang-orang yang terlibat didalamnya memiliki tujuan yang diinginkan oleh
mereka. Apakah untuk menggali informasi,atau sekedar berramah-tamah atau
yang lainnya.
2.2 Interaksi sebagai dasar proses sosial
Hal-hal yang mempengaruhi pikiran, perasaan, sikap, tingkah laku
sehingga menjadi pola tingkah laku yaitu tatanilai, norma, lembaga/ institusi,

7
status-posisi dan peranan, serta kelas-kelas sosial merupakan unsur-unsur
pembentuk kerangka kehidupan bersama atau sebagai struktur sosial. Sedangkan
berjalannya struktur ini, yang diwujudkan dalam tingkah laku saling berhubungan
atau interaksi disebut proses sosial.
Proses sosial berpangkal atau berdasar pada interaksi sosial yang terjadi,
baik antara orang dengan orang maupun kelompok dengan kelompok di dalam
masyarakat. Pengertian yang tegas dari interaksi sosial adalah suatu hubungan
antara dua orang atau lebih, dimana kelakukan orang yang satu mempengaruhi,
mengubah atau memperbaiki kelakukan yang lain secara timbal balik.
Persyaratan terjadinya suatu interaksi sosial adalah karena kontak sosial,
komunikasi dan struktur sosial. Dengan kontak sosial dimaksudkan adanya
tanggapan timbal balik dan adanya penyesuaian perilaku dalam masing-masing
diri yang melakukan kontak itu. Sedangakn yang dimaksud dengan komunikasi
adalah adanya saling tukar pesan beserta tafsirnya, baik secra tertulis atau secara
lisan. Baik kontak sosial maupun komunikasi ini harus berjalan dalam suatu
kerangka atau suatu struktur sosial tertentu, dimana struktur sosial ini berkaitan
dengan norma sosial.
Di dalam wujudnya atau dalam bentuk nyatanya interaksi sosial atau
proses sosial itu dapat mengarah kerjasama, persaingan, pertikaian atau
pertengkaran dan dapat mengarah kepada perdamaian yaitu apabila terjadi
pertikaian atau pertengkaran itu. Kerjasama dikenal sebagai proses yang asosiatif
atau konstruksi (termasuk juga perdamaian atau akomodasi), sedangkan
persaingan dan pertikaian disebut proses yang diasosiatif atau destruktif.
Kerjasama. Kerjasama penting bagi kelangsungan masyarakat itu yang berarti
bekerja sama dalam rangka mencapai tujuan bersama. Beberapa faktor yang
mendorong terjadinya kerjasama itu antara lain :
1. Dorongan pribadi, yang berarti bahwa tujuan pribadi itu terhimpun dalam usaha
bersama untuk mencapainya; dengan perkataan lain keuntungan pribadi akan
tercapai dengan bekerja sama.
2. Tujuan yang ingin dicapai merupakan kepentingan umum yang dianggap
bernilai tinggi, sehingga mendorong untuk bekerja sama.

8
3. Dorongan yang timbul atau bersumber dari keinginan seseorang untuk
mendorong pihak lain.
4. Adanya tuntutan situasi, misalnya karena menghadapi musibah banjir dan
sebagainya, sedemikian rupa orang tergerak untuk menanggulangi bersama
berbagai akibatnya.
Dalam masyarakat Indonesia kerjasama dapat digolongkan menjadi 2
macam, yaitu tolong menolong dan gotong royong. Gotong royong berbeda
dengan tolong menolong, sebab gotong royong merupakan kegiatan bekerja sama
antara sejumlah warga desa untuk menyelesaikan pekerjaan tertentu yang
dianggap berguna bagi kepentingan umum. Ada dua macam gotong royong :
1. Bekerja sama untuk suatu pekerjaan pembangunan (baik besar maupun kecil)
yang timbul dari inisiatif dan dilaksanakan secara swadaya para warga desa itu
sendiri
2. Bekerja sama untuk proyek-proyek yang dikenakan pada orang di desa oleh
pengusaha dari luar Persaingan.
Persaingan merupakan suatu proses sosial atau bentuk interaksi sosial
dimana dua orang atau lebih, ataupun dua kelompok atau lebih berjuang dengan
satu sama lain untuk memiliki atau mempergunakan sesuatu. Persaingan dapat
terjadi misalnya dalam masalah penguasaan tanah, untuk mengejar kedudukan
atau dalam hal mencari jodoh. Namun persaingan ternyata mempunyai fungsi
yang khusus dalam masyarakat, misalnya dalam mendistribusikan barang-barang
yang tersedia terbatas dalam masyarakat dan sebagai alat pendorong bagi orang
perorangan dan kelompok-kelompok di dalam meningkatkan produktivitas dalam
usaha industri dan pertanian pertikaian.
Pertikaian sering merupakan puncak persaingan. Persaingan berubah
menjadi pertikaian ketika pihak yang bersaing tidak lagi mengarahkan usahanya
kearah tujuan yang ingin dicapai, melainkan untuk mencapai tujuan itu masing-
masing pihak berusaha menghancurkan atau melumpuhkan lawannya. Pertikaian
antar kelompok di dalam masyarakat dapat memberi akibat semakin kuatnya
struktur kelompok yang bertikai oleh karena setiap kelompok akan memperkuat
diri dan juga akan berusaha mengkonsolidasikan diri.

9
Perdamaian menunjukan pada usaha-usaha orang atau kelompok untuk
meredakan suatu pertentangan, untuk mencapai kestabilan atau kelangsungan
hubungan antar kelompok. Yang mereka usahakan adalah agar pertikaian itu tidak
timbul, jika timbul orang dapat menghindari hal-hal yang tidak diinginkan seperti
rusaknya keutuhan masyarakat atau putusnya hubungan kerjasama yang telah
dibina. Sebagai hasil interaksi sosial, perdamaian dapat digambarkan sebagai
suatu keadaan dimana terdapat suatu keseimbangan baru setelah pihak-pihak yang
bertikai berbaik kembali.
2.3 Syarat terjadinya interaksi sosial
Menurut Soerjono Soekanto, interaksi sosial tidak mungkin terjadi tanpa
adanya dua syarat, yaitu kontak sosial dan komunikasi.
Kontak Sosial
Kata “kontak” berasal dari bahasa Latin con atau cum yang artinya bersama-sama
dan tangere yang artinya menyentuh. Jadi, kontak berarti bersama-sama
menyentuh. Dalam pengertian sosiologi, kontak sosial tidak selalu terjadi melalui
interaksi atau hubungan fisik, sebab orang bisa melakukan kontak sosial dengan
pihak lain tanpa menyentuhnya, misalnya bicara melalui telepon, radio, atau surat
elektronik. Oleh karena itu, hubungan fisik tidak menjadi syarat utama terjadinya
kontak.
Kontak sosial memiliki sifat-sifat berikut.
1. Kontak sosial dapat bersifat positif atau negatif.
Kontak sosial positif mengarah pada suatu kerja sama, sedangkan kontak sosial
negatif mengarah pada suatu pertentangan atau konflik.
2. Kontak sosial dapat bersifat primer atau sekunder. Kontak sosial primer terjadi
apabila para peserta interaksi bertemu muka secara langsung. Misalnya, kontak
antara guru dan murid di dalam kelas, penjual dan pembeli di pasar tradisional,
atau pertemuan ayah dan anak di meja makan. Sementara itu, kontak sekunder
terjadi apabila interaksi berlangsung melalui suatu perantara. Misalnya,
percakapan melalui telepon. Kontak sekunder dapat dilakukan secara langsung
dan tidak langsung. Kontak sekunder langsung misalnya terjadi saat ketua RW
mengundang ketua RT datang ke rumahnya melalui telepon. Sementara jika Ketua
RW menyuruh sekretarisnya menyampaikan pesan kepada ketua RT agar datang

10
ke rumahnya, yang terjadi adalah kontak sekunder tidak langsung.
Dalam kehidupan sehari-hari wujud kontak sosial dapat dibedakan menjadi
1. Kontak antarindividu
Kontak yang terjadi antara inidividu dengan individu. Misalnya, kontak
antarteman,kontak anak dengan ibunya,kontak guru dengan siswanya,dan lain
lain.
2. Kontak antarkelompok
Kontak yang terjadi antara kelompok satu dengan kelopok yang lain.
Misalnya ,kontak bisnis antar perusahaan.
3. Kontak antarindividu dengan kelompok
Kontak yang terjadi antara individu dengan suatu kelompok
tertentu.misalnya,kontak calon anggota DPR dengan DPR sebagai lembaga
legislatif. Sedangkan dililhat dari langsung tidaknya kontak tersebut terjadi,
kontak di bedakan menjadi:
1. Kontak primer
Kontak primer yaitu hubungan timbal balik yang terjadi secara langsung.
Kontak seperti itu disebut pula kontak langsung.misalnya, tatap muka,saling
memberikan senyum, dan lain lain.
2. Kontak sekunder
Kontak sekunder yaitu kontak sosial yang memerlukan pihak ketiga
sebagai media untuk melakukan timbal balik. Kontak seperti itu disebut pula
kontak tidak langsung.misalnya, seorang pengusaha yang meminta sekertarisnya
untuk menyampaikan pesan kepada kliennya.
Komunikasi
Kata komunikasi berasal dari bahasa latin, “ communicare “ yang artinya
memberi atau menanamkan. Kata communicare itu sendiri berakar dari kata “
communis “ yang artinya umum. Komunikasi dapat diartikan suatu cara
menyampaikan pesan dari suatu pihak ke pihak yang lain sehingga terjadi
pengertian bersama. Pengertian komunikasi lebih ditekankan pada bagaimana
pesan tersebut diproses.
Komunikasi merupakan syarat terjadinya interaksi sosial. Hal terpenting dalam
komunikasi yaitu adanya kegiatan saling menafsirkan perilaku (pembicaraan,

11
gerakan-gerakan fisik, atau sikap) dan perasaan-perasaan yang disampaikan. Ada
enam unsur pokok dalam komunikasi yaitu sebagai berikut.
1. Pengirim ( sender ) atau yang biasa disebut communicator, yaitu orang yang
menyampaikan pesan, perasaan, atau pikiran kepada pihak lain.
2. Penerima ( receiver ) yang biasa disebut communicant , yaitu orang atau
sekelompok orang yang dikirimi pesan, pikiran, atau perasaan.
3. Pesan ( message ), yaitu sesuatu yang disampaikan oleh komunikator. Pesan
dapat berupa informasi, instruksi, dan perasaan.
4. Umpan balik ( feed back ) adalah reaksi dari penerima atas pesan yang
diterima.
5. Media, yaitu alat untuk menyampaikan pesan. Media komunikasi dapat berupa
lisan, tulisan, gambar, dan film.
6. Efek, yaitu perubahan yang diharapkan terjadi pada komunikan, setelah
mendapatkan pesan dari komunikator.
Ada tiga tahap penting dalam proses komunikasi. Ketiga tahap tersebut adalah
sebagai berikut.
Encoding
Pada tahap ini, gagasan atau program yang akan dikomunikasikan diwujudkan
dalam kalimat atau gambar. Dalam tahap ini, komunikator harus memilih kata,
istilah, kalimat, dan gambar yang mudah dipahami oleh komunikan. Komunikator
harus menghindari penggunaan kode-kode yang membingungkan komunikan.
Penyampaian
Pada tahap ini, istilah atau gagasan yang sudah diwujudkan dalam bentuk
kalimat dan gambar disampaikan. Penyampaian dapat berupa lisan, tulisan, dan
gabungan dari keduanya.
Decoding
Pada tahap ini dilakukan proses mencerna dan memahami kalimat serta
gambar yang diterima menurut pengalaman yang dimiliki.
2.4 Bentuk - bentuk interaksi sosial
Bentuk-bentuk interaksi sosial terbagi dua, yaitu proses asosiatif ( kerja
sama, akomodasi, asimilasi, akulturasi ) dan proses disosiatif ( persaingan,
kontrapensi, pertikaian, konflik sosial ).

12
1. Proses Asosiatif
adalah bentuk interaksi sosial yang menghasilkan kerja sama.
Pembagiannya :
1. Kerja sama (cooperation)
kerja sama adalah suatu usaha bersama antar orang perorangan atau
kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Kerjasama dilakukan sejak manusia
berinteraksi dengan sesamanya. Menurut Charles H Cooley seperti dikutip
soekanto (1982:66) kerjasama timbul apabila orang menyadari bahwa mereka
mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama dan pada saat yang bersamaan
mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk
memenuhi kepentingan tersebut.
Kerja bakti atau gotong royong misalnya, merupakan salah satu contoh bentuk
kerjasama. Bntuk kerja sama dibgi menjadi 4, yaitu :
1. Kerja sama spontan (spontaneous cooperation) yaitu kerja sama yang terjadi
secara serta merta
2. Kerja sama langsung (directed cooperation) yaitu kerja sama sebagai hasil dari
perintah atasan kepada bawahan atau penguasa terhadap rakyatnya
3. Kerja sama kontrak (contractual cooperation) yaitu kerja sama atas dasar
syarat-syarat atau ketetapan tertentu, yang di sepakati bersama.
4. Kerja sama tradisional (traditional cooperation) yaitu kerja sama sebagian atau
unsur-unsur tertentu dari sistem sosial. Kerja sama akan berkembang apabila
menghadapi situasi tertentu, antara lain:
a) Tantangan alam yang berat
b) Pekerjaan yang membutuhkan tenaga masal
c) Upacara keagamaan yang sakral
d) Musuh yang datang dari luar
2. Akomodasi (accomodation)
Akomodasi adalah suatu proses penyesuaian diri dari orang perorang atau
kelompok-kelompok manusia yang semula saling bertentangan sebagai upaya
untuk mengatasi ketegangan-ketegangan. Ada beberapa macam bentuk
akomodasi, berikut ini adalah penjelasan singkatnya:

13
1) Arbitrase
Arbitrase merupakan suatu pengendalian atau penyelesaian konflik yang
menunjuk pihak ketiga untuk memutuskan konflik atau pertentangan tersebut.
Dalam bentuk ini, pihak yang bertikai berusaha untuk mencari pihak ketiga untuk
mengendalikan konflik tersebut.
2) Mediasi
Mediasi merupakan penyelesaian konflik yang dilakukan melalui suatu
jasa perantara yang bersikap netral. Pada mediasi, terdapat pihak yang berusaha
untuk mempertemukan pihak-pihak yang bertikai antara dua belah pihak.
3) Koersi
Koersi merupakan pengendalian konflik yang dilakukan dengan tindakan
kekerasan. Sehingga, konflik tersebut tidak diselesaikan dengan cara damai tetapi
dengan cara keras. Misalkan konflik antara masyarakat atas dan bawah yang
saling bertikai dan pada akhirnya segerombolan masyarakat lain berusaha untuk
melakukan tindakan anarkhis di antara salah satu anggota masyarakat tersebut
misalnya dengan cara memukuli salah satu anggota masyarakatnya.
4) Konsiliasi
Konsiliasi merupakan suatu pengendalian konflik dengan cara melalui
lembaga tertentu. Pada bentuk ini, lembaga tertentu melakukan persetujuan pada
kedua pihak yang bertikai sehingga tidak terulang kembali konflik tersebut.
Misalkan, telah terjadi konflik pada ketua RT daerah Petukangan dengan ketua
RT daerah Tangerang mereka berdua saling bertutur kata dengan cara mengakui
dirinya sendiri siapa yang paling hebat diantara mereka berdua. Karena saling
mengakui kehebatannya itu dan tidak mau kalah, maka timbul lah konflik diantara
mereka berdua. Kemudian, untuk diselesaikannya, lembaga masyarakat meminta
persetujuannya dari kedua pihak yang bertikai tadi agar konflik dapat reda.
Lembaga masyarakat itulah yang disebut lembaga tertentu.
5) Ajudikasi
Ajudikasi merupakan suatu pengendalian konflik yang diselesaikan
dengan cara pengadilan atau diselesaikan di pengadilan. Pada bentuk ini, telah
terjadi konflik yang terjadi antara dua belah pihak, kemudian pihak tersebut
memilih untuk menyelesaikan konfliknya di pengadilan. Misalkan, Pak Ahmad

14
dan Pak Ridwan sedang berbincang - bincang tentang masalah pekerjaan yang
sedang dijalaninya. Kemudian, telah terjadi tidak persetujuan antara Pak Ahmad
dan Pak Ridwan dalam bertutur kata, sehingga timbul lah konflik maka mereka
berdua memutuskan untuk meredakan konflik tersebut di pengadilan.
6) Kompromi
Kompromi merupakan suatu persetujuan yang dilakukan dengan cara
perdamaian untuk saling bersama-sama mengurangi tuntutan. Misalkan, Pedagang
mie ayam melakukan protes terhadap pedagang gado-gado bahwa penghasilan
yang di dapat oleh pedagang gado-gado lebih banyak dari pada pedagang mie
ayam. Di karenakan yang paling laku terjual adalah pedagang gado-gado.
Sehingga, pedagang mie ayam tidak setuju melihat hal itu, kemudian kedua
pedagang tersebut saling marah-marahan dalam berbicara. Pada akhirnya, salah
satu warga yang sedang membeli, melakukan persetujuan diantara mereka dengan
cara damai untuk menyelesaikan masalah tersebut dan berusaha untuk saling
mengurangi tuntutannya diantara mereka berdua.
7) Toleransi
Toleransi merupakan suatu sikap saling menghargai perbedaan-perbedaan
yang terdapat dalam masyarakat. Dalam bentuk ini, masyarakat harus saling
menghargai satu sama lainnya. Apa yang dianutnya, apa yang dipercayainya, dan
sebagainya. Sebagai contoh, Pekerja kantoran selama ini telah berteman baik
dengan seorang yang beragama Islam. Pada suatu saat ia di PHK dan terpaksa
mencari pekerjaan baru. Setelah ia mendapatkan pekerjaan baru tersebut, tak lama
ia saling akrab dan sudah mulai terbiasa berinterkasi dengan teman-teman
barunya. Pada suatu ketika ia mendapatkan teman dekat, lama kelamaan mereka
menjadi bersahabat. Pada saat hari raya Natal ia berjalan-jalan dengan keluarga di
pagi hari, tak lama diperjalanan ia melihat sahabatnya itu ingin memasuki gereja.
Ia mulai tau bahwa sahabatnya bergama non muslim yaitu beragama Kristen.
Disitu ia mempertemukan sahabatnya dan saling menyapa. Itulah yang disebut
toleransi, jadi kita harus menghargai perbedaan dalam masyarakat. Kita boleh
bergaul antara berbeda agama tetapi, kita tidak boleh ikut campur dalam urusan
agama karena hukumnya musyrik.
8) Stalamete

15
Stalamete merupakan suatu keadaan yang ditandai dengan adanya
kekuatan yang seimbang di antara kedua pihak yang bertikai. Sehingga, pertikaian
tersebut terhenti pada titik tertentu.
9) konversi ( conversion )
Konversi yaitu konflik apabila salah satu pihak bersedia mengalah dan
mau menerima pendirian pihak lain.
10) Segregasi
Segregasi yaitu upaya untuk saling menghindar diantara pihak-pihak yang
bertikai untuk mengurangi ketegangan.
11) Ceasefire
Ceasefire yaitu menunda perselisihan dalam jangka waktu tertentu sambil
mengupayakan terselenggaranya penyelesaian konflik.
12) Dispasement
Dispasement yaitu mengakhiri konflik dengan mengalihkan pada objek
masing-masing.
Tujuan akomodasi :
a). mengurangi perbedaan pandangan, pertentangan politik, atau permusuhan
antarsuku atau antarnegara.
b). mencegah terjadinya ledakan konflik yang mengarah pada benturan fisik.
c). mengupayakan terjadinya akomodasi di antara masyarakat yang
dipisahkan oleh sistem kelas atau kasta.
d). mengupayakan terjadinya proses pembauran atau asimilasi di antara kelompok
kesukuan atau ras.
3. Asimilasi (assimilation)
similasi adalah pembauran dua kebudayaan yang disertai dengan
hilangnya ciri khas kebudayaan asli sehingga membentuk kebudayaan baru. Suatu
asimilasi ditandai oleh usaha-usaha mengurangi perbedaan antara orang atau
kelompok. Untuk mengurangi perbedaan itu, asimilasi meliputi usaha-usaha
mempererat kesatuan tindakan, sikap, dan perasaan dengan memperhatikan
kepentingan serta tujuan bersama. Hasil dari proses asimilasi yaitu semakin
tipisnya batas perbedaan antarindividu dalam suatu kelompok, atau bisa juga
batas-batas antarkelompok. Selanjutnya, individu melakukan identifikasi diri

16
dengan kepentingan bersama. Artinya, menyesuaikan kemauannya dengan
kemauan kelompok. Demikian pula antara kelompok yang satu dengan kelompok
yang lain.
Asimilasi dapat terbentuk apabila terdapat tiga persyaratan berikut:
· Terdapat sejumlah kelompok yang memiliki kebudayaan berbeda
· Terjadi pergaulan antarindividu atau kelompok secara intensif dan dalam
waktu yang relatif lama
· Kebudayaan masing-masing kelompok tersebut saling berubah dan
menyesuaikan diri
Faktor-faktor umum yang mendorong atau mempermudah terjadinya asimilasi
antara lain:
· Toleransi di antara sesama kelompok yang berbeda kebudayaan
· Kesempatan yang sama dalam bidang ekonomi
· Kesediaan menghormati dan menghargai orang asing dan kebudayaan yang
dibawanya.
· Sikap terbuka dari golongan yang berkuasa dalam masyarakat
· Persamaan dalam unsur-unsur kebudayaan universal
· Perkawinan antara kelompok yang berbeda budaya
· Mempunyai musuh yang sama dan meyakini kekuatan masing-masing
untuk menghadapi musuh tersebut.
Faktor-faktor umum yang dapat menjadi penghalang terjadinya asimilasi antara
lain:
· Kelompok yang terisolasi atau terasing (biasanya kelompok minoritas)
· Kurangnya pengetahuan mengenai kebudayaan baru yang dihadapi
· Prasangka negatif terhadap pengaruh kebudayaan baru. Kekhawatiran ini
dapat diatasi dengan meningkatkan fungsi lembaga-lembaga
kemasyarakatan
· Perasaan bahwa kebudayaan kelompok tertentu lebih tinggi daripada
kebudayaan kelompok lain. Kebanggaan berlebihan ini mengakibatkan
kelompok yang satu tidak mau mengakui keberadaan kebudayaan
kelompok lainnya

17
· Perbedaan ciri-ciri fisik, seperti tinggi badan, warna kulit atau rambut
· Perasaan yang kuat bahwa individu terikat pada kebudayaan kelompok
yang bersangkutan. Golongan minoritas mengalami gangguan dari
kelompok penguasa.
4. Akulturasi (acculturation)
Akulturasi adalah suatu proses sosial yang timbul manakala suatu
kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur dari
suatu kebudayaan asing. Dan kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan
diolah dalam kebudayaannya sendiri tanpa menyebabkan hilangnya unsur
kebudayaan kelompok itu sendiri.
Akulturasi merupakan sebuah istilah dalam ilmu Sosiologi yang berarti
proses pengambil alihan unsur-unsur (sifat) kebudayaan lain oleh sebuah
kelompok atau individu. Adalah suatu hal yang menarik ketika melihat dan
mengamati proses akulturasi tersebut sehingga nantinya secara evolusi menjadi
Asimilasi (meleburnya dua kebudayaan atau lebih, sehingga menjadi satu
kebudayaan). Menariknya dalam melihat dan mengamati proses akulturasi
dikarenakan adanya Deviasi Sosiopatik seperti mental disorder yang
menyertainya. Hal tersebut dirasa sangat didukung faktor kebutuhan, motivasi dan
lingkungan yang menyebabkan seseorang bertingkah laku.
INTERAKSI SOSIAL DISOSIATIF
Interaksi disosiatif merupakan bentuk interaksi sosial yang menghasilkan
suatu perpecahan. Ada beberapa bentuk proses sosial disosiatif, antara lain
kontravensi, persaingan (competition), dan pertentangan atau konflik.
a. Kontravensi
kontravensi adalah proses sosial yang berada diantara persaingan dan
pertentangan/konflik. Kontravensi terwujud dengan adanya sikap tidak senang,
rasa benci atau keragu-raguan, baik secara jelas maupun tersembunyi terhadap
orang-orang atau unsur-unsur kebudayaan golongan tertentu tanpa menimbulkan
perpecahan atau pertentangan. Misalnya saja aksi Golput dalam pemilu. Menurut
Leopold Von Wise & Howard Becker, kontravensi memiliki lima bentuk, yaitu :
1. Bersifat umum (General Contravention), misalnya aksi protes, perbuatan
menghalang-halangi atau mengacaukan rencana pihak lain.

18
2. Bersifat sederhana (Medial Contravention), misalnya memaki, memfitnah atau
menyebarkan selebaran gelap.

3. Bersifat intensif (Intensive Contravention), misalnya menghasut, menyebarkn


desas-desus.
4. Bersifat rahasia (Mystery), misalnya berkhianat atau menjadi mata-mata pihak
musuh.
5. Bersifat taktis (Tactic Contravention), misalnya mengejutkan pihak lawan
dalam pemilu.
b. Persaingan (Competition)
Persaingan atau kompetisi merupakan suatu proses sosial dimana individu-
ndividu saling bersaing untuk mencari keuntungan dalam bidang-bidang
kehidupan dengan cara menarik perhatian publik tanpa menggunakan ancaman
atau cara-cara kekerasan. Persaingan dapat dilakukan dengan cara perorangan
(Rivalry) ataupun secara kelompok (misalnya, antara dua kelompok perusahaan
besar yang bersaing untuk memenangkan tender). Ada beberapa bentuk
persaingan yang terjadi di masyarakat, yaitu sebagai berikut :
1. Persaingan ekonomi, timbul karena terbatasnya jumlah sumber daya alam
dibandingkan jumlah konsumen. Contoh konkretnya persaingan dua perusahaan
besar dalam menarik minat konsumen.
2. Persaingan kebudayaan, timbul akibat adanya dua kebudayaan atau lebih dalam
kehidupan masyarakat tertentu. Misalnya, kebudayaan belanda yang memasuki
Indonesia pada akhir abad ke-15 sehingga harus berhadapan dengan kebudayaan
asli masyarakat Indonesia.
3. Persaingan kedudukan/peran, dapat terjadi baik secara individu maupun secara
kelompok. Persaingan ini dapat timbul tergantung pada apa yang paling dihargai
oleh masyarakat yang bersangkutan. Misalnya seseorang yang ingin menjadi
presiden, mereka saling bersaing untuk mendapat kedudukan tersebut.
4. Persaingan ras, merupakan persaingan di bidang kebudayaan yang dicirikan
oleh perbedaan warna kulit, bentuk dan warna rambut, serta cirri-ciri fisik lainnya.
Persaingan ras jika tidak dikelola dengan baik, maka akan menimbulkan konflik
atau perpecahan dikalangan masyarakat.

19
Persaingan atau kompetisi memiliki beberapa fungsi positif, antara lain seperti
berikut ini.
1. Menyalurkan aspirasi individu atau kelompok secara kompetitif
2. Menyalurkan daya kreatifitas dan daya juang yang dinamis
3. Sebagai alternatif untuk menyalurkan keinginan-keinginan masyarakat
4. Mengadakan seleksi agar dapat menempatkan individu sesuai dengan
kedudukan, peran serta kemampuan
5. Menghasilkan pembagian/spesialisasi kerja.
c. Pertentangan (konflik)
Konflik adalah suatu proses sosial dimana individu atau kelompok
berusaha untuk memenuhi tujuannya dengan cara menentang pihak lawan dengan
menggunakan ancaman atau cara-cara kekerasan. Sebab-sebab munculnya
pertentangan, antara lain :
1. Perbedaan pendapat, pendirian atau perbedaan perasaan antar individu
2. Perbedaan kebudayaan
3. Perbedaan kepentingan
4. Perubahan sosial
Bentuk-bentuk pertentangan adalah sebagai berikut :
1. Pertentangan pribadi, yang terjadi antar individu yang ditandai dengan rasa
saling benci terhadap pihak lawan.
2. Pertentangan rasial, misalnya pertentangan antara ras kulit putih dengan ras
negro/kulit hitam
3. Pertentangan antarkelas sosial, misalnya konflik antara majikan dengan buruh
4. Pertentangan politik, misalnya konflik antara pendukung partai politik dalam
pemilu
5. Pertentangan internasional, yang diakibatkan adanya perbedaan-perbedaan
kepentingan yang kemudian sampai pada persoalan kedaulatan Negara. Misalnya,
lonflik antara kaum majikan dan buruh sering menimbulkan kasus hukum yang
cukup pelik. Beberapa akibat dari pertentangan atau konflik yang bisa terjadi
adalah sebagai berikut :
1. Timbulnya solidaritas in-group.

20
2. Goyahnya persatuan kelompok, jika konflik terjadi di dalam tubuh sebuah
kelompok
3. Perubahan kepribadian individu yang mengalami konflik
4. Hancurnya harta benda atau korban manusia
5. Akomodasi, dominasi, dan takluknya salah satu pihak
Upaya yang dilakukan untuk mengurangi atau memperbaiki situasi konflik, antara
lain sebagai berikut :
1. Kompromi, yaitu kedua belah pihak yang bertikai saling mengalah. Mereka
saling memberi dan menerima kebijakan tertentu tanpa adanya paksaan
2. Toleransi, yaitu sikap saling menghargai dan menghormati pendirian masing-
masing pihak.
3. Konversi, yaitu salah pihak bersedia mengalah dan mau menerima pendirian
pihak lain
4. Coercion, yaitu penyelesaian konflik melalui suatu proses yang dipaksakan
5. Mediasi, yaitu penyelesaian suatu konflik dengan menggunakan pihak ketiga
yang netral dan berfungsi sebagai penasehat
6. Arbitrase, yaitu penyelesaian konflik melalui pihak ketiga (Lembaga Arbitrase)
yang dipilih oleh kedua belah pihak yang bertikai
7. Konsiliasi, yaitu usaha untuk mempertemukan pihak-pihak yang bertikai dalam
suatu perundingan agar diperoleh suatu persetujuan bersama.
8. Ajudikasi, yaitu penyelesaian konflik di pengadilan
9. Segresi, yaitu upaya untuk saling memisahkan diri dan saling menghindar di
antara pihak-pihak yang bertikai dalam rangka mengurangi ketegangan dan
menghilangkan konflik.
10. Gencatan senjata, yaitu penangguhan konflik untuk jangka waktu tertentu
sambil mengupayakan terselenggaranya upaya-upaya penyelesaian konflik
Lapisan Masyarakat
Stratification berasal dari stratum / strata yang berarti lapisan, Piritim A
Sorokin mengatakan bahwa social stratification adalah pembedaan penduduk atau
masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat (Hirarkis).
Terjadinya lapisan masyarakat biasanya karena ada tingkat kepandaian, tingkat
senior (umur), tingkat kekayaan, pendidikan, dan lain sebagainya.

21
Sifat sistem masyarakat bisa bersifat tertutup (closed social stratification) dan
terbuka (open social stratification).
- Bersifat tertutup membatasi kemungkinan pinddahnya seseorang dari satu
lapisan ke lapisan lain. Baik gerak ke atas maupun gerak ke bawah, dalam sistem
ini satu-satunya jalan untuk menjadi anggota adalah dengan kelahiran.
Ukuran atau kriteria yang biasa dipakai untuk menngolongkan masyarakat ke
dalam suatu lapisan di antaranya
1. Ukuran kekayaan
2. Ukuran kekuasaan
3. Ukuran kehormatan
4. Ukuran ilmu pengetahuan
2.5 UNSUR – UNSUR LAPISAN MASYARAKAT
1. Kedudukan (status)
Kedudukan di artikan sebagai tempat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok
sosial. Masyarakat pada umumnya mengembangkan 2 macam kedudukan
a. Ascribed-status, yaitu kedudukan seseorang dalam masyarakat tanpa
memperhatikan perbedaan-perbedaan rohaniah dan kemampuan.
b. Achieved-Status adalah kedudukan yang dicapai oleh seseorang dengan usaha-
usaha yang disengaja, kedudukan ini tidak diperoleh atas dasar kelahiran. Tetapi
terbuka bagi siapa saja tergantung dari berbagai kemampuan.
2. Peranan (role)
Merupakan aspek dinamis kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakn
hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka dia menjalankan suatu
peranan.
- Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat
seseorang dalam masyarakat.
- Suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat
- Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi
struktur sosial masyarakat.
Mobilitas Sosial
Adalah suatu gerak dalam struktur sosial, terbagi dua, ada gerak sosial yang
horizontal, dan ada juga gerak sosial vertikal

22
2.6 Kelas-kelas dalam Masyarakat dan Pengaruhnya
Sudah merupakan rahasia umum jika dalam kehidupan bermasyarakat kini
telah banyak ditemui adanya kelompok-kelompok atau kelas-kelas yang berbeda
satu sama lain. Entah berdasarkan keayaan, kekuasaan, ilmu pengetahuan, jabatan,
atau apapun itu. Hal inilah yang kemudian dikenal dengan istilah stratifikasi atau
pelapisan kelas-kelas sosial. Stratifikasi sosial dan kelas sosial adalah dua hal
yang berbeda, tetapi seringkali dipergunakan secara bergantian sehingga dalam
beberapa bagian menjadi rancu. Stratifikasi sosial sebenarnya lebih merujuk pada
pembagian sekelompok orang ke dalam tingkatan-tingkatan atau strata yang
berjenjang secara vertikal. Jadi apabila kita berbicara tentang stratifikasi sosial,
kita akan berbicara tentang posisi yang tidak sederajat antar-orang atau antar-
kelompok dalam masyarakat. Secara umum, stratifikasi sosial juga sering
dikaitkan dengan persoalan kesenjangan atau polarisasi sosial.
Sedangkan istilah kelas sosial lebih sempit dari itu. Istilah kelas lebih merujuk
pada satu lapisan atau satu strata tertentu dalam sebuah stratifikasi sosial. Orang-
orang yang berasal dari suatu kelas sosial pada umumnya memiliki orientasi
politik, nilai dan budaya, sikap, dan perilaku sosial yang pada umumnya sama.
Masyarakat kelas atas, misalnya, dalam banyak hal memiliki karakteristik yang
berbeda dengan masyarakat miskin, bukan hanya dalam penampilan fisik mereka,
seperti cara berpakaian dan saara transportasi yang dipergunakan, atau bahkan
mereknya. Tetapi, antarmereka biasanya juga berbeda ideologi politik, nilai yang
dianut, sikap, dan perilaku sehari-harinya.
Secara sederhana, perbedaan kelas sosial bisa terjadi dan dilihat dari
perbedaan besar penghasilan rata-rata seseorang setiap hari atau setiap bulannya.
Namun, seperti yang dikatakan oleh Paul B. Horton dan Chester L. Hunt (1984)
bahwa terbentuknya stratifikasi dan kelas-kelas sosial di dalamnya sesungguhnya
tidak hanya berkaitan dengan uang. Kelas sosial adalah suatu strata atau pelapisan
orang-orang yang berkedudukan relatif sama dalam kontinum atau rangkaian
kesatuan status sosial. Mereka mempunyai jumlah penghasilan yang relatif sama.
Namun, lebih penting dari itu, mereka memiliki sikap, nilai-nilai, dan gaya hidup
yang sama. Semakin rendah kedudukan seseorang di dalam pelapisan sosial,
biasanya semakin sedikit pula perkumpulan dan hubungan sosialnya. Orang-orang

23
dari lapisan rendah lebih sedikit berpartisipasi dalam jenis organisasi apa pun
(klub, organisasi sosial, lembaga formal, atau bahkan lembaga keagamaan)
daripada orang-orang yang berasal dari strata atau kelas menengah dan atas.
Terkait dengan adanya pembagian kelas-kelas dalam masyarakat seperti
kelas atas dan kelas bawah diatas, setidaknya terdapat dua teori dasar yangmana
saling bertolak belakang satu sama lain. Mereka adalah teori struktural fungsional
dan teori konflik. Teori struktural fungsional adalah suatu bangunan teori yang
paling besar pengaruhnya dalam ilmu sosial di abad sekarang. Tokoh-tokoh yang
pertama kali mencetuskan fungsional yaitu August Comte, Emile Durkheim dan
Herbet Spencer. Pemikiran structural fungsional sangat dipengaruhi oleh
pemikiran biologis yaitu menganggap masyarakat sebagai organisme biologis
yaitu terdiri dari organ-organ yang saling ketergantungan, ketergantungan tersebut
merupakan hasil atau konsekuensi agar organisme tersebut tetap dapat bertahan
hidup. Sama halnya dengan pendekatan lainnya pendekatan struktural fungsional
ini juga bertujuan untuk mencapai keteraturan sosial. Jadi secara sederhana dapat
dikatakan bahwa teori ini mendukung adanya pelapisan atau kelas-kelas dalam
masyarakat. Diibaratkan orang kaya pasti akan membutuhkan orang miskin,
begitupun sebaliknya. Jika semua orang di dunia ini kaya, maka siapa yang akan
menjadi petani dan peternak yang mau memproduksi bahan makanan untuk orang
kaya.
Hal tersebut sangat bertolak belakang dengan teori konflik yang memiliki
beberapa asumsi dasar yaitu: Masyarakat senantiasa berada di dalam proses
perubahan yang tidak pernah berakhir. Proses perubahan masyarakat adat
sederhana menjadi modern. Masyarakat mengandung konflik di dalam dirinya
(konflik antar individu, antar kelompok, individu dengan kelompok). Setiap unsur
dalam masyarakat memberikan sumbangan terjadinya disintegrasi atau perubahan
sosial. Dari asumsi-asumsi dasar tersebut jelas terlihat bahwa teori ini menolak
adanya stratifikasi atau pelapisan kelas-kelas sosial.
Adanya wacana yang mengatakan bahwa kelas menengah keatas
berpeluang lebih luas untuk menempati kedudukan-kedudukan diatas tidak dapat
disangkal lagi. Secara langsung maupun tidak, golongan atas lebih mempunyai
modal baik itu secara finansial, kekuasaan, wewenang maupun relasi antar sesama

24
kelas menengah keatas. Walaupun dalam kenyataanya di lapangan tidak semua
orang dari kalangan menengah keatas tersebut memiliki kemampuan atau daya
saing yang memadai seperti dalam hal kecerdasan, ketanggapan dan
kemampuansoft skills yang memadai. Namun, itu semua dapat ditutupi dengan
modal yang telah dimiliki oleh kalangan menengah keatas tadi. Dengan adanya
kekuasaan, kekayaan dan relasi, kalangan menengah keatas bisa saja memperoleh
jabatan atau wewenang dan kekuasaan apapun sesuai yang ia inginkan.
Sementara sebaliknya yang terjadi pada kalangan menengah kebawah.
Walaupun sebenarnya diantara mereka terdapat beberapa individu yang cukup
berkompeten, atau setidaknya lebih berkompeten daripada orang-orang yang lebih
bermodal di kalangan menengah keatas, mereka seakan begitu sulit untuk
mendapatkan posisi atau jabatan yang sejajar apalagi lebih tinggi dari orang-orang
di kalangan menengah keatas. Kurangnya modal dan relasi menjadi faktor
terpenting yang menyebabkan orang-orang di kalangan ini susah memperoleh
jabatan atas.
Contoh nyata yang sederhana saja, jika dilihat dari perekrutan PNS di
daerah-daerah. Sudah merupakan rahasia umum lagi bahwa orang-orang yang
mampu memberikan uang penghalus lebih banyak, apalagi mempunyai kenalan
dengan orang-orang kalangan atas yang berwenang untuk itu, pasti mereka akan
mempunyai kesempatan lebih besar untuk diterima walaupun pada kenyataannya
tak selalu mereka yang diterima tersebut merupakan orang-orang dengan hasil
nilai tes terbaik. Itu hanyalah sebagian fakta yang terjadi di daerah saja, belum di
cakupan yang lebih luas dan tentunya tidak sesederhana hal tersebut.
Dari semua penjabaran diatas dapat disimpulkan bahwa adanya pembagian kelas
ataupun stratifikasi sosial secara tidak langsung telah membatasi ruang gerak tiap-
tiap individu di masing-masing kelas untuk saling berinteraksi satu sama lain.
Kalangan menengah keatas akan merasa lebih nyaman jika tetap berada di dalam
kalangannya dan akan enggan untuk mencoba bergabung dengan kalangan
menengah kebawah. Begitupun sebaliknya yang terjadi di kalangan menengah
kebawah. Semua itu tergantung bagaimana kita melihat dan menyikapinya. Bukan
hal yang mustahil jika orang-orang dari kalangan menengah kebawah memperoleh
jabatan yang tinggi. Sekali lagi semuanya tergantung bagaimana kita menanggapi

25
fenomena tersebut. Yang jelas kecenderungan tentu akan tetap ada yangseakan
menjadi jurang pemisah antar masing-masing kelas dalam stratifikasi sosial.

26
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Interaksi sosial tidak dapat di pisahkan dari dari kehidupan masyarakat,
antarindividu ataupun antar kelompok akan bisa berkomunikasi dan saling
mengenal karna adanya interaksi yang mereka lakukan. Banyak sekali faktor-
faktor yang mendasari proses interaksi, diantaranya :
· Imitasi
· Sugesti
· Identifikasi
· Simpati
· Empati
· Motivasi
Interaksi juga tejadi bila memenuhu syarat terjadinya interaksi, yaitu:
· Kontak sosial
· Komunikasi
Dalam kehidupan masyarakat secara sendirinya muncul yang dinamakan dengan
lapiasan sosial, ini di karnakan perbedaan dari segi ekonomi,keturunan dan
pendidikan.
3.2 Saran
Kami berharap semoga makalah yang kami buat bisa bermanfaat dan
memberi pengaruh positif kepada semua pihak. Kami juga berharap setelah
pembaca membaca makalah yang kami buat, pembaca bisa lebih mengerti dan
memahami tentang interaksi dan lapisan sosial yang ada di masyarakat.

27
DAFTAR PUSTAKA

Budiarti, Atik Catur.2009. BSE Sosiologi Kontesktual x untuk SMA dan MA.
Jakarta: Pusat Perbukuan
Cohen, Bruce J. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar (terjemahan). Jakarta: Bina
Aksara
Depdiknas.2006. kurikulum KTSP. Depdiknas, Jakarta
Hartono Paul B. et.al.1993. Sosiologi Sistematik. Yogyakarta: Penerbit Kanisius
Kartono Kartini.1992. Patologi Sosial, jilid 1. Edisi baru. Jakarta: Rajawali Pers
Sears, David, O. et.al. 1994. Psikologi Sosial, jilid 1 dan 2. Jakarta: Erlangga
Soekanto, Soerjono.2005. Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Raja Grafindo
Persada

28

Anda mungkin juga menyukai