1.3. Tujuan
Tujuan penulisan untuk makalah ini adalah :
1. Memenuhi salah satu tugas Mata Pelajaran Pengantar Sosiologi
2. Untuk mengetahui perilaku menyimpang dan antisosial
3. Untuk mengetahui jenis-jenis perilaku menyimpang
4. Untuk mengetahui karakteristik pelaku antisosial
BAB 2
PEMBAHASAN
1.
2.
2.1. Apa Itu Perilaku Menyimpang dan Antisosial
Perilaku menyimpang adalah semua tindakan yang menyimpang dari norma-norma
yang berlaku dalam suatu sistem sosial dan menimbulkan usaha dari mereka yang
berwenang dalam sistem itu untuk memperbaiki perilaku tersebut.
Komunitas antisosial dapat dikatakan sebagai bentuk kelompok anak-anak atau orang-
orang yang memiliki gaya hidup sesuai dengan selera mereka, tanpa disadari apakah
selera tersebut sejalan dengan nilai dan norma sosial atau tidak.
1.
2.
2.1.
2.2. Batasan Perilaku Menyimpang
1. James Vander Zander, membuat batasan perilaku menyimpang meliputi semua
tindakan yang dianggap sebagai hal yang tercela dan diluar batas-batas toleransi oleh
sejumlah besar orang.
2. Robert M. Z. Lawang, membatasi perilaku menyimpang meliputi semua tindakan
yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku dalam suatu sistem sosial dan
menimubulkan usaha dari mereka yang berwenang dalam sistem itu untuk
memperbaiki perilaku tersebut.
3. Bruce J. Cohen, membatasi perilaku menyimpang sebagai setiap perilaku yang tidak
berhasil menyesuaikan diri dengan kehen dak masyarakat atau kelompok tertentu
dalam masyarakat.
4. Paul B. Horton, penyimpangan adalah setiap perilaku yang dinyatakan sebagai
pelanggaran terhadap norma-norma kelompok atau masyarakat.
B. Penyimpangan Negatif
Penyimpangan yang bersifat negatif merupakan penyimpangan yang cende
rung mengarah pada tindakan yang dipandang rendah, berdampak buruk serta
merugikan bagi pelaku dan juga masyarakat. Bobot penyimpangan negatif dapat
dilihat dari norma-norma atau nilai-nilai yang telah dilanggar. Pelanggaran terhadap
norma-norma kesopanan dinilai lebih ringan dibanding pelanggaran terhadap norma
hukum. Contoh penyimpangan yang bersifat negatif adalah membolos,
pembunuhan, pencurian, korupsi, penyimpangan seksual dan sebagainya.
1.
2.
2.1.
2.2.
2.3.
2.4.
2.5.
2.6. Penyebab Perilaku Menyimpang
A. Sikap mental yang tidak sehat. Ada beberapa perilaku seseorang atau sekelompok
orang yang dikategorikan sebagai kelompok orang yang tidak sehat mentalnya.
Beberapa perilaku tersebut dilatarbelakangi oleh depresi, deprivasi social, dan
psikopati. Sehingga orang atau sekelompok orang ini melakukan perilaku
menyimpang sebagai dampak dari mental yang tidak sehat
B. Ketidakharmonisan dalam keluarga. Hal ini muncul ketika keluarga tidak dapat
menjaga kebutuhannya, sehingga keluarga yang bersangkutan akan mengalami
broken home. Dalam keluarga yang broken home, dimana sering terjadi percekcokan
di antara anggota keluarga yang disertai dengan tindakan yang agresif, sehingga
banyak anggota keluarga yang mengalami broken home mengekspresikan
kekesalannya atau kesedihannya dengan melakukan perilaku yang menyimpang.
C. Pelampiasan rasa kecewa. Kekecewaan biasanya muncul karna keinginan atau
harapan kita ridak terpenuhi. Bentuk kekecewaan sering kali dilampiaskan melalui
tindakan menyimpang, contohnya adalah tindakan anarkis para supporter suatu klub
bola yang justru merusak fasilitas umum yang tersedia di stadion dimana klubnya
kalah saat bertanding.
D. Dorongan kebutuhan ekonomi. Ekonomi seringkali menjadi alasan bagi para
palaku prilaku menyimpang untuk membenarkan tindakannya, contohnya seperti
orang yang membegal pengendara motor untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
E. Pengaruh lingkungan. Hal ini sering terjadi jika seseorang lahir dilingkungan
masyarakat yang buruk, yang dimana banyak masyarakatnya melakukan perjudian,
mabuk-mabukan, dan lain sebagainya. Sehingga hal tersebut akan menjadi budaya
yang normal bagi seseorang, dan ketika orang tersebut keluar ke lingkungan yang
lebih baik, dia masih melakukan kebudayaan yang buruk dari tempat asalnya.
F. Keinginan untuk dipuji. Keinginan dipuji terutaman dikalangan anak-anak
ataupun remaja adalah hal yang wajar. Akan tetapi, banyak anak yang bukannya
melakukan tindakan yang berprestasi, justru melakukan tindakan yang menyimpang
agar mendapat pujian. Seperti, remaja yang melakukan tawuran, merokok, ataupun
kenakalan remaja lainya untuk mendapatkan pujian dari teman-temannya.
G. Proses belajar yang menyimpang. Yang dimaksud dengan proses belajar yang
menyimpang adalah proses di mana anak-anak mengidentifikasi perilaku di
lingkungannya yang menyimpang, terutama dari kelompok seusia dan sepermainan
mereka. Ketika seorang remaja berkumpul dengan teman sepermainan mereka yang
memiliki kebiasaan menyimpang sementara orang tua tidak mengetahui dengan siapa
anaknya bergaul, atau tidak memperdulikan pergaulan anak, maka keadaan demikian
berarti anak telah mempelajari perilaku yang menyimpang. Seorang anak bisa saja
memiliki kecenderungan perilaku seks menyimpang walaupun secara kejiwaan anak
tersebut sebenarnya normal hanya dikarenakan bergaul dengan teman-teman yang
memiliki orientasi seks menyimpang. Demikian juga seorang anak yang menjadi
anggota geng motor dan melakukan kejahatan ataupun vandalisme.
H. Ketidaksanggupan menyerap norma. Seseorang memiliki kebiasaan berjudi,
menjadi wanita penghibur, mengonsumsi narkoba, minuman keras, merampok,
masuk dalam kelompok gengster tertentu merupakan akibat dari kelompok orang
tersebut yang tidak sanggup menyerap norma-norma yang bersifat konformis.
I. Proses sosialisasi nilai-nilai subkultur menyimpang. Perilaku menyimpang tidak
saja dilakukan secara perorangan, tap tak jarang juga dilakukan secara berkelompok.
Penyimpangan yang dilakukan oleh kelompok disebut dengan subkultur
menyimpang. Subkultur adalah sekumpulan norma, nilai, kepercayaan, kebiasaan,
atau gaya hidup yang berbeda dari kultur dominan.
J. Kegagalan dalam proses sosialisasi. Seorang tokoh agama, atau anak-anak yang
terdidik menjadi kelompok yang antisosial dan melakukan penyimpangan. Anak
seorang tokoh agama tidak akan mungkin mendidik keturunannya dengan materi
pendidikan menyimpang. Didalam dunia pendidikan, tidak mungkin memberikan
pembelajaran tentang perilaku antisosial. Anak-anak menerima pendidikan tentang
nilai dan norma yang konformis, dan berapa waktu anak didik bergaul dengan
lingkungan sepermainan yang memiliki kebiasaan menyimpang. Dengan demikian
intensitas pergaulan sangat berpengaruh pada berhasil atau gagalnya proses
sosialisasi.
K. Adanya ikatan sosial yang berlainan. Perbedaan ikatan sosial antar kelompok
dengan perbedaan nilai dan norma yang ada akan menimbulkan perbedaan
penilaian tentang perilaku masing-masing anggota masyarakatnya. Suatu kelompok
yang terikat oleh nilai-nilai sosial yang konform tentu menganggap kelompok yang
terikat oleh nilai-nilai sosial yang delinkuen melakukan pelanggaran stas nilai-nilai.
Akan tetapi, pihak yang mengikuti ikatan sosial yang menyimpang justru
menganggap kelompok yang mengikuti nilai-nilai konfrorm dianggapnya sebagai
penyimpangan.
1.
2.
2.1.
2.2.
2.3.
2.4.
2.5.
2.6.
2.7. Karakteristik Antisosial
1. Asosial
Seseorang yang asosial juga disebut individualis atau penyendiri, sering merasa
mereka tidak punya kaitan dengan masyarakat dan budaya umum, atau justru
merasa bahwa masyarakat atau budaya umum yang menjauhi mereka.
2. Introvert
Introvert adalah pribadi yang bersifat menyendiri dan biasanya lebih pendiam
dan tertutup, sedikit bicara dan lebih suka menjadi pendengar yang baik didalam
suatu kelompok.
1.
2.
2.1.
2.2.
2.3.
2.4.
2.5.
2.6.
2.7.
2.8. Kepribadian Antisosial
Kepribadian antisosial setidaknya menunjukkan lima ciri kepribadian, yaitu:
1. Ketidakmampuan belajar atau mengambil manfaat dari pengalaman.
2. Emosi bersifat superficial, tidak alami.
3. Irresponsibility/tidak bertanggung jawab.
4. Tidak memiliki hati nurani, bersikap tegaan.
5. Impulsiveness.
BAB 3
PEMBAHASAN
1.
2.
3.
3.1. Kesimpulan
Perilaku menyimpang adalah tindakan yang tidak sesuai dengan norma-norma dan
nilai sosial yang berlaku dalam masyarakat. Penyebab perilaku menyimpang, yaitu,
Ketidaksanggupan menyerap nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat, Proses
belajar yang menyimpang, Ketegangan antara kebudayaan dan struktur sosial, Akibat
proses sosialisasi nilai-nilai subkebudayaan menyimpang, Akibat proses sosialisasi yang
tidak sempurna, Desakan faktor ekonomi, dan sebagainya.
Perilaku menyimpang ada yang bersifat positif (yang dapat di terima masyarakat) dan
bersifat negatif (Yang tidak dapat diterima masyarakat) Terdapat berbagai jenis perilaku
menyimpang yang terjadi selama ini. Perilaku menyimpang harus segera ditangani
dengan cara Penanganan di Lingkungan Sekolah, Penanganan di lingkungan keluarga,
dan Penanganan Di Lingkungan Masyarakat (Bidang Sosial).