Anda di halaman 1dari 11

Objek kriminologi

1. Para sarjana penganut aliran hukum (yuridis)


a. Penjahat adalah mereka yang sudah diputuskan oleh
pengadilan sebagai penjahat karena kejahatan yang
dilakukannya.
b. Kejahatan adalah perbuatan yang ditetapkan oleh Negara
dalam hukum pidana dan diancam sanksi
2. Para sarjana penganut aliran non yuridis (sosiologis)
Kejahatan merupakan suatu perilaku manusia yang diciptakan oleh
masyarakat
3. Pandangan kriminologi baru tentang kejatan, penjahat, dan reaksi
masyarakat
Kejahatan perilaku yang menyimpang dengan melihat kondisikondisi struktural yang ada dalam masyarakat dan menempatkan
perilaku menyimpang dalam konteks ketidakmerataan kekuasaan,
kemakmuran, dan otoritas serta kaitannya dengan perubahanperubahan ekonomi dan politik dalam masyarakat.
Perbandingan hukum pidana dengan kriminologi
Persamaan
Objeknya kejahatan
Adanya upaya-upaya pencegahan kejahatan
Perbedaan
Kriminologi ingin mengetahui latar belakang seseorang
melakukan kejahatan, hukum pidana ingin mengetahui
apakah seseorang telah melakukan kejahatan
Hukum pidana menetapkan terlebih dahulu seseorang sebagai
penjahat, baru langkah berikutnya giliran kriminologi meneliti
mengapa sesorang itu melakukan kejahatan
Kriminologi memberi bahan dalam perumusan perundangundangan pidana, sedangkan dalam hukum pidana pengertian
kejahatan telah dirumuskan dalam KUHP
Definisi kriminologi
Kriminologi terdiri dari dua suku kata yakni kata crime yang berarti
kejahatan dan logos yang berarti ilmu pengetahuan. Maka
kriminologi dapat berarti ilmu pengetahuan tentang kejahatan dan
penjahat.
Definisi kejahatan
Definisi kejahatan dapat dilihat dari dua sudut pandang. Pertama,
dari sudut pandang hukum. Batasan kejahatan dari sudut pandang
ini adalah setiap tingkah laku yang melanggar hukum pidana.
Kedua, dari sudut pandang masyarakat. Batasan kejahatan dari
sudut pandang ini adalah setiap perbuatan yang melanggar normanorma yang masih hidup di dalam masyarakat.
Definisi penjahat

Penjahat adalah seseorang yang telah melakukan kejahatan.


Hubungan kejahatan dan penjahat

Faktor penyebab kejahatan


a. Kemiskinan, pengangguran, kebutahurufan (kebodohan),
ketiadaan/ kekurangan perumahan yang layak dan sistem
pendidikan serta latihan yanag tidak cocok/serasi.
b. Meningkatnya jumlah penduduk yang tidak mempunyai prospek
(harapan) karena 81 proses integrasi sosial, juga karena
memburuknya ketimpangan-ketimpangan sosial
c. Mengendurnya ikatan sosial dan keluarga
d. Keadaan-keadaan/ kondisi yang menyulitkan bagi orang-orang
yang beremigrasi ke kota-kota atau ke negara-negara lain.
e. Rusaknya atau hancurnya identitas budaya asli, yang bersamaan
dengan adanya rasisme dan diskriminasi menyebabkan
kerugian/kelemahan dibidang sosial, kesejahteraan clan lingkungan
pekerjaan
f. Menurun atau mundurnya (kualitas) lingkungan perkotaan yang
mendorong peningkatan kejahatan dan berkurangnya pelayanan
bagi tempat-tempat fasilitas lingkungan/bertetangga
g. Kesulitan-kesulitan bagi orang-orang dalam masyarakat modern
untuk berintegrasi sebagaimana mestinya didalam lingkungan
masyarakatnya, keluarganya, tempat kerjanya atau lingkungan
sekolahnya
h. Penyalahgunaan alkohol, obat bius dan lain-lain yang
pemakaiannya juga diperlukan karena faktor-faktor yang disebut
diatas
i. Meluasnya aktivitas kejahatan terorganisasi, khususnya
perdagangan obat bius dan penadahan barang-barang curian
j. Dorongan-dorongan (khususnya oleh mass media) mengenai ideide dan sikap-sikap yang mengarah pada tindakan kekerasan,
ketidaksamaan (hak) atau sikap-sikap tidak toleransi.
Penanggulangan kejahatan
1. Pre-emtif
Pre-emtif adalah upaya-upaya awal yang dilakukan oleh pihak
kepolisian untuk mencegah terjadinya tindak pidana dengan
menanamkan norma-norma yang baik sehingga norma-norma
tersebut terinternalisasi dalam diri seseorang. Jadi dalam usaha preemtif faktor niat menjadi hilang meskipun ada kesempatan. Contoh:
di tengah malam saat lampu merah pengemudi tetap berhenti tidak
ada polisi yang berjaga.
2. Preventif
Upaya preventif adalah tindak lanjut dari upaya pre-emtif yang
masih dalam tataran pencegahan sebelum terjadinya kejahatan.
Dalam upaya preventif yang ditekankan adalah menghilangkan

kesempatan untuk dilakukannya kejahatan. Contoh: ada orang yang


berniat mencuri motor tapi kesempatan hilang dan tidak terjadi
kejahatan karena motor ditempatkan di tempat penitipan motor.
3. Represif
Upaya ini dilakukan pada saat telah terjadi tindak pidana yang
tindakannya berupa penegakan hukum dengan menjatuhkan
hukuman.
Relativitas pengertian kejahatan
Pengertian kejahatan sangat relatif (selalu berubah), baik ditinjau
dari sudut pandang hukum maupun ditinjau dari sudut pandang
masyarakat.
1. Isi pasal-pasal dari hukum pidana sering berubah.
2. Pengertian kejahatan menurut anggapan suatu masyarakat
tertentu juga selalu berubah.
3. Pengertian kejahatan sering berbeda dari suatu tempat ke
tempat yang lain, dari suatu daerah dengan daerah lainnya.
4. Suatu tindakan yang serupa, kadang-kadang mendapat
hukuman yang berbeda dari hakim yang berbeda pula.
5. Sering terlihat adanya perbedaan materi hukum pidana antara
suatu Negara dibandingkan dengan Negara lain.
Penggolongan jenis kejahatan menurut Bonger
Bonger membagi kejahatan berdasarkan motif pelakunya sebagai
berikut
1. Kejahatan ekonomi, misalnya penyelundupan.
2. Kejahatan seksual, misalnya perbuatan zina.
3. Kejahatan politik, misalnya pemberontakan PKI.
4. Kejahatan lain-lain, misalnya penganiayaan dengan motif
balas dendam.
Penyebab aparat penegak hukum kesulitan dalam menyusun
statistik kejahatan
Tercecernya perkara disebabkan berbagai faktor antara lain
kurangnya bukti, petugas yang tidak jujur, adanya pertimbanganpertimbangan tertentu dan lain-lainnya.
Crimes known to the police: Kejahatan-kejahatan yang
dilaporkan kepada polisi
Hidden crime: Kejahatan terselubung
Crime Index: Jenis kejahatan yang dianggap serius dan jenis
kejahatan yang sering terjadi yang menimbulkan keresahan
masyarakat.
Crime rate: Angka yang menunjukkan pada tingkat kerawanan
suatu jenis kejahatan pada suatu daerah dalam waktu tertentu.
Crime clock: Menunjukkan pada beberapa kali kejahatan yang
terjadi pada setiap jam.
Faktor-faktor terjadinya kejahatan terselubung

1. Pihak pelaku
a. Pelaku melarikan diri
b. Pelaku lihai menghilangkan jejak
c. Adanya privilege (hak-hak istimewa)
2. Pihak korban
a. Korban kejahatan kadang-kadanga menganggap bahwa tidak
begitu penting melaporkan kejadian itu
b. Korban kadang-kadang mempunyai hubungan baik dengan
pelaku kejahatan
c. Korban menghindari publikasi mengenai dirinya (malu)
d. Korban menghindari selalu dipanggil oleh polisi karena hal itu
dianggap sangat mengganggu
e. Korban mungkin diancam oleh pelaku kejahatan
f. Korban mungkin terlibat di dalam kejahatan tersebut
g. Korban tidak cocok dengan sistem penghukuman yang ada
h. Korban beranggapan bahwa meskipun hal itu dilaporkan,
polisi tidak akan mampu menangkap pelakunya
3. Pihak kepolisian
a. Pihak kepolisian tidak mau menangkap pelaku kejahatan
karena bukti-bukti kurang
b. Kejahatan yang dilaporkan setelah diadakannya penyelidikan,
ternyata bukan merupakan tindak pidana
c. Petugas tidak jujur
d. Pihak kepolisian tidak profesional
e. Sarana yang tersedia kurang memadai
4. Pihak masyarakat
a. Masyarakat acuh tak acuh
b. Takut kepada pelaku kejahatan
c. Takut dianggap terlibat dalam kejahatan
d. Masyarakat beranggapan hanya membuang-buang waktu
dengan melaporkan kejadian yang terjadi
Aliran-aliran dalam kriminologi
A. Spiritualisme
Memfokuskan perhatiannya pada perbedaan antara kebaikan yang
datang dari Tuhan atau Dewa, dan keburukan yang datang dari
setan. Landasan pemikiran yang paling rasional dari perkembangan
ini adalah bahwa pada periode sebelumnya kejahatan dianggap
sebagai permasalahan antara korban dan keluarga korban dengan
pelaku dan keluarganya.
B. Naturalisme
1. Aliran klasik
Beberapa landasan pemikirannya adalah sebagai berikut:
a. Individu dilahirkan denga kehendak bebas hidup untuk
menentukan pilihannya sendiri
b. Dalam bertingkah laku, manusi memeliki kemampuan untuk
memperhitungkan segala tindakan berdasarkan keinginannya
sendiri.
c. Individu memiliki hak asasi di antaranya hak untuk hidup,

kebebasan, dan memiliki kekayaan.


d. Kejahatan merupakan pelanggaran terhadap perjanjian sosial,
oleh karena itu kejahtan merupakan kejahatan moral.
2. Aliran positivis
Beberapa landasan pemikirannya adalah sebagai berikut:
a. Kehidupan manusia dikuasai oleh hukum sebab akibat
b. Tanda-tanda abnormalitas tersebut dapat dibandingkan
dengan tanda-tanda yang normal
c. Abnormalitas tersebut dapat diperbaiki dan karenanya
penjahat dapat diperbaiki
3. Aliran Social Defence
Aliran ini muncul disebabkan teori aliran positif klasik dianggap
terlalu statis dan kaku dalam menganalisis kejahatan yang terjadi
dalam masyarakat.
Unsur-unsur aliran Social Defense
a. Social defense tidak bersifat deterministic
b. Social defense menolak tipilogi yang bersifat kaku tentang
penjahat dan menitikberatkan pada keunikan kepribadian
manusia
c. Social defense meyakini sepenuhnya nilai-nilai moral
d. Social defense menghargai sepenuhnya kewajiban-kewajiban
masyarakat terhadap penjahat
e. Sekalipun mempergunakan penemuan-penemuan ilmu
pengetahuan namun social defense menolak dikuasai olehnya
dan menggatikannya dengan sistem yang modern politik
kriminal
Klasifikasi penjahat menurut Lombrosso
1. Born criminal, yaitu orang berdasarkan pada doktrin atavisme
(sifat hewani turunan nenek moyang).
2. Insane criminal, yaitu orang menjadi penjahat sebagai hasil
dari beberapa perubahan dalam otak mereka yang
mengganggu kemampuan mereka untuk membedakan antara
benar dan salah.
3. Occasional criminal, yaitu pelaku kejahatan berdasarkan
pengalaman yang terus-menerus sehingga mempengaruhi
pribadinya
4. Criminal of passion yaitu pelaku kejahatan yang melakukan
tindakannya karena marah, cinta, atau karena kehormatan.
Perbedaan tipe fisik
Ernst Kretchmer
Asthenic: kurus, bertumbuh ramping, berbahu kecil yang
berhubungan dengan schizophrenia
Athletic: menengah tinggi, kuat, beroto, bertulang kasar
Pyknic: tinggi sedang, figure tegap, leher besar, wajah luas
yang berhubungan dengan depresi
Tipe campuran yang tidak terklarifikasi

William H. Sheldon
The endomorph (tubuh gemuk)
The mesomorph (berotot dan bertubuh atletis)
The ectomorph (tinggi , kurus, fisik rapuh)
Learning Disabilities: Kerusakan pada fungsi sensor dan motoric
yang merupakan hasil dari beberapa kondisi fisik abnormal.
Etiologi criminal menurut Teori Psikoanalisa dari Sigmund
Freud
Kriminalitas mungkin hasil dari an overactive conscience yang
menghasilkan perasaan bersalah yang tidak tertahankan untuk
melakukan kejahatan dengan tujuan agar ditangkap dan dihukum.
Begitu dihukum maka perasaan bersalah mereka akan mereda.
Hal pokok pada theory of attachment
1. Specify, kasih sayang bersifat selektif.
2. Duration, kasih sayang berlangsung lama dan bertahan.
3. Engagement of emotion, kasih sayang melibatkan emosi.
4. Ontogeny, pada rangkaian perkembangannya, anak
membentuk kasih sayang pada satu figure utama.
5. Learning, kasih sayang merupakan hasil dari interaksi sosial
yang mendasar.
6. Organization, kasih sayang mengikuti suatu organisasi
perkembangan.
7. Biological function, perilaku kaish sayang memiliki fungsi
biologis yakni survival.
Perbedaan antara teori Anomie
Emile Durkheim
Durkheim menekankan mengendornya pengawasan dan
pengendalian social yang berpengaruh terhadap terjadinya
kemerosotan moral, yang menyebabkan individu sukar
menyesuaikan diri dalam perubahan norma, bahkan kerapkali
terjadi konflik norma dalam pergaulan. Anomie adalah hancurnya
keteraturan social sebagai akibat hilangnya patokan-patokan dan
nilai-nilai.
Robert Merton
Anomie adalah satu kondisi manakala tujuan tidak tercapai oleh
keinginan dalam interaksi social. Berbeda dengan Durkheim,
masalah sesungguhnya tidak diciptakan oleh sudden social change
tetapi oleh social structure yang menawarkan tujuan-tujuan yang
sama untuk mencapainya.
Cloward dan Ohlin
Kaum muda kelas bawah akan cenderung memilih satu tipe
subcultural lainnya yang sesuai dengan situasi anomie mereka dan
tergantung pada adanya struktur peluang melawan hukum dalam
lingkungan mereka.
Cohen

Delinkuensi timbul dari reaksi kelas bawah terhadap nilai-nilai kelas


menengah yang dirasakan oleh remaja kelas bawah sebagai tidak
adil dan harus dilawan.
Modes of Adaptation oleh Robert Merton
1. Conformity, perilaku yang terjadi manakala tujuan dan cara
yang sudah ada di masyarakat diterima dan melalui sikap itu
seseorang mencapai keberhasilan.
2. Innovation, terjadi ketika masyarakat beralih menggunakan
sarana tidak sah jika menemui dinding atau halangan
terhadap sarana yang sah untuk menemui suksek ekonomi
tersebut.
3. Ritualism, adanya penyesuaian diri dengan dengan norma
yang mengatur institutionalized means dan hidup dalam
batas-batas rutinitas hidup sehari-hari.
4. Retreatism, mencerminkan mereka yang terlempar dari
kehidupan kemasyarakatan.
5. Rebellion, adaptasi orang-orang yang tidak hanya menolak
tetapi juga berkeinginan untuk mengubah sistem yang ada.
Social Disorganization Theory: Memfokuskan diri pada
perkembangan area-area yang angka kejahatannya tinggi yang
berkaitan dengan disintegrasi nilai-nilai konvensional yang
disebabkan oleh industrialisasi yang cepat, peningkatan imigrasi,
dan urbanisasi.
Differential Association Theory: Pendekatan individu mengenai
seseorang dalam kehidupan masyarakatnya, karena pengalamanpengalamannya tumbuh menjadi penjahat.
Culture Conflict Theory: Keadaan masyarakat dengan ciri-ciri
sebagai berikut
a. Kurangnya ketetapan dalam pergaulan hidup
b. Sering terjadi pertemuan norma-norma dari berbagai daerah
yang satu sama lain berbeda bahkan ada yang saling
bertentangan
Perbedaan antara konflik primer dan konflik sekunder
Konflik primer terjadi ketika norma-norma dari dua budaya
bertentangan. Konflik sekunder muncul jika suatu budaya
berkembang menjadi budaya yang berbeda-beda, masing-masing
perangkat conduct norms-nya sendiri.
Komponen dari control social dalam menjelaskan kenakalan
remaja menurut Reiss
1. Kurangnya control internal yang wajar selama masa anakanak
2. Hilangnya kontrol tersebut
3. Tidak adanya norma-norma social atau konflik antara norma-

norma dimaksud di sekolah, orangtua, atau di lingkungan


dekat.
Tipe control social menurut Ivan F. Nye
a. direct control imposed from without by means of restriction
and punishment (kontrol langsung yang diberikan tanpa
mempergunakan alat pembatas dan hukum) ;
b. internalized control exercised from within through conscience
(kontrol internalisasi yang dilakukan dari dalam diri secara
sadar) ;
c. indirect control related to affectional identification with parent
and other non-criminal persons, (kontrol tidak langunsung
yang berhubungan dengan pengenalan (identifikasi) yang
berpengaruh dengan orang tua dan orang-orang yang bukan
pelaku kriminal lainnya) ; dan
d. availability of alternative to goal and values (ketersediaan
sarana-sarana dan nilai-nilai alternatif untuk mencapai
tujuan).
Teknik netralisasi Sykes dan Matza
1. Teknik yang disebut denial of responsibility, menunjuk pada
suatu anggapan di kalangan remaja nakal yang menyatakan
bahwa dirinya merupakan korban dari orang tua yang tidak
kasih, lingkungan pergaulan yang buruk atau berasal dari
tempat tinggal kumuh (slum).
2. Teknik denial of injury, menunjuk kepada suatu alasan di
kalangan remaja nakal bahwa tingkah laku mereka
sesungguhnya tidak merupakan suatu bahaya yang
besar/berarti. Sehingga, mereka beranggapan bahwa
vandalisme merupakan kelalaian semata-mata dan mencuri
mobil sesungguhnya meminjam mobil, perkelahian antara
gang merupakan pertengkaran biasa.
3. Teknik denial of the victim, menunjuk kepada suatu keyakinan
diri pada remaja nakal bahwa mereka adalah pahlawan
sedangkan korban justru dipandang sebagai mereka yang
melakukan kejahatan.
4. Teknik yang disebut condemnation of the comdemners,
menunjuk kepada suatu anggapan bahwa polisi sebagai
hipokrit, munafik atau pelaku kejahatan terselubung yang
melakukan kesalahan atau memiliki perasaan tidak senang
pada mereka. Pengaruh teknik ini adalah mengubah subyek
yang menjadi pusat perhatian, berpaling dari perbuatanperbuatan kejahatan yang telah dilakukannya.
5. Teknik appeal to higher loyalties, menunjuk pada suatu
anggapan di kalangan remaja nakal bahwa mereka tertangkap
di antara tuntutan masyarakat, hukum dan kehendak
kelompok mereka.
Unsur social bonds

Pertama, Attachment adalah kemampuan manusia untuk


melibatkan dirinya terhadap orang lain. Kalau attachment ini sudah
terbentuk, maka orang tersebut akan peka terhadap pikiran,
perasaan dan kehendak orang lain.
Kedua, Commitment adalah keterikatan seseorang pada subsistem
konvensional seperti sekolah, pekerjaan, organisasi dan sebagainya.
Komitmen merupakan aspek rasional yang ada dalam ikatan sosial.
Ketiga, Involvement merupakan aktivitas seseorang dalam
subsistem. Jika seseorang berperan aktif dalam organisasi maka
kecil kecenderungannya untuk melakukan penyimpangan.
Keempat, Belief merupakan aspek moral yang terdapat dalam
ikatan sosial dan tentunya berbeda dengan ketiga aspek di atas.
Belief merupakan kepercayaan seseorang pada nilai-nilai moral
yang ada.
Teori Labeling: Persoalan pertama dari labeling adalah
memberikan label/cap kepada seorang yang sering melakukan
kenakalan atau kejahatan. Persoalan labeling kedua adalah
bagaimana labeling mempengaruhi seseorang yang terkena
label/cap.
Konsep Sobural: Dengan sobural dimaksudkan suatu akronim dari
nilai-nilai sosial, aspek budaya dan faktor struktural (masyarakat).
Dengan kekerasan struktural dimaksudkan kekerasan tidak
langsung, yang bukan berasal dari orang tertentu, tetapi yang telah
terbentuk dalam suatu sistim sosial tertentu. Jadi bila anda berkuasa
atau memiliki harta kekayaan berlimpah, maka akan selalu ada
kecenderungan untuk melakukan kekerasan, kecuali kalau ada
hambatan yang jelas dan tegas.
Teori penjatuhan pidana
1. Teori pembalasan: Orang yang berbuat jahat harus dipidana
dengan jalan menyiksa fisiknya, agar ia menjadi jera.
2. Teori penjeraan: Hukuman harus dapat menukuri orang
supaya tidak berbuat jahat.
3. Teori penutupan: Tindakan karantina yang memang sangat
penting dan diperlukan dalam pelaksanaan pidana untuk
mencegah pengulangan kejahatan oleh penjahat yang
berbahaya.
4. Teori memperbaiki: Tujuan dijatuhkannya pidana kepada para
pelanggar hukum adalah untuk memperbaiki si terhukum itu
sendiri.
Pola sistem pembinaan narapidana berdasarkan sistem
pemasyarakatan
1. Ayomi dan berikan bekal hidup agar mereka dapat menjalankan
peranannya sebagai warga masyarakat yang baik dan berguna.
2. Penjatuhan pidana bukan tindakan balas dendam negara.
3. Berikan bimbingan bukan penyiksaan supaya mereka bertobat.

4. Negara tidak berhak membuat mereka menjadi lebih buruk atau


jahat daripada sebelum dijatuhi pidana.
5. Selama kehilangan kemerdekaan bergerak, para narapidana dan
anak didik harus dikenalkan dengan dan tidak boleh diasingkan dari
masyarakat.
6. Pekerjaan yang diberikan kepada narapidana dan anak didik tidak
boleh diberikan pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan dinas atau
kepentingan negara sewaktu-waktu saja. Pekerjaan yang diberikan
harus satu dengan pekerjaan di masyarakat dan yang menunjang
usaha peningkatan produksi.
7. Bimbingan dan didikan yang diberikan kepada narapidana dan
anak didik harus berdasarkan Pancasila.
8. Narapidana dan anak didik sebagai orang-orang yang tersesat
adalah manusia, dan mereka harus diperlakukan sebagai manusia.
9. Narapidana dan anak didik hanya dijatuhi pidana hilang
kemerdekaan sebagai salah satu derita yang dialaminya.
10. Disediakan dan dipupuk sarana-sarana yang dapat mendukung
fungsi rehabilitatif, korektif dan edukatif dalam Sistem
Pemasyarakatan.
Jenis-jenis pembinaan narapidana di dalam lembaga
pemasyarakatan
1.
TahapAwal(/+1/3MasaPidana) Tahapaninimerupakantahappermulaan
bagipembinaandidalamLapas.Padatahapini,dimulaidengantahapadmisidan
orientasi yaitu merupakan tahap pengenalan lingkungan. Admisi dan orientasi
merupakantahapyangkritisbaginarapidanayangbarumasukkeLapas,karenadari
dunialuaryangbebasdanluasmemasukisituasiLapasyangsempitdanterkekang.
Padatahapinidilakukandenganpengawasanyangsangatketat(maximumsecurity).
Narapidanaakanmerasakanhilangnyakebebasan,pelayanan,danlainlain.Sangat
diharapkanagarnarapidanadapatmenyesuaikandiridalammasatransisitersebut,
sehinggadapathidupsecaranormaldidalamLapas.
2.
TahapLanjutan

/+1/3s.d1/2MasaPidana Tahappembinaanmerupakankelanjutan
daritahapadmisidanorientasi.Tahapinidilakukanapabilanarapidanatelah
menjalani 1/3 masa pidana sampai 1/2 masa pidananya denganmedium
security. Bentukbentuk pembinaan diantaranya, pembinaan kepribadian
(mental dan spiritual) serta pembinaan kemandirian. Untuk kepentingan
pembinaan narapidana akan didata mengenai bakat dan minatnya masing
masingdanjugajenjangpendidikanyangpernahditempuh.

/+1/2s.d2/3MasaPidana
Pembinaan narapidana pada tahap asimilasi dapat dimulai dari 1/2 masa
pidanasampai2/3darimasapidananyadanmenurutpenilaiantimpengamat
pemasyarakatan sudah memiliki kemajuan fisik, mental, dan keterampilan.
TahapAsimilasiinidapatdilakukandidalamLapasataupunNarapidanayang
bersangkutandipindahkankeLapasTerbuka(OpenCamp)
3.
Tahap Akhir (/+ 2/3 Masa Pidana s.d Bebas)
Tahapakhirpadaprosespembinaannarapidanadandikenaldenganistilahintegrasi.

Apabila proses pembinaan dari tahap admisi dan orientasi atau pengenalan,
pembinaan,asimilasidapatberjalandenganlancardanbaiksertamasapidanayang
sebenarnyatelahdijalani2/3,makakepadanarapidanatersebutdapatdiusulkanuntuk
diberikan Pembebasan Bersyarat (PB), Cuti Menjelang Bebas (CMB), dan Cuti
Bersyarat(CB).
Tugas pokok Balai BISPA
Memberikan bimbingan kemasyarakatan dan pengentasan anak
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pelacuran sebagai masalah social
Menurut Hunt, masalah social memiliki dua syarat
Memperngaruhi kesejahteraan sebagian anggota masyarakat:
penularan penyakit kelamin
Harus ada keyakinan bahwa masalah itu dapat diubah:
menghilangkan rumah bordil
Faktor penyebab pelacuran di Indonesia
1. Faktor kejiwaan: interaksi factor-faktor social ekonomi, undur
mental deficiency, permulawaan mengecewakan dalam
kehidupan seksual
2. Faktor social ekonomi: gabungan teori, factor social dan
hukum
Upaya penanggulangan pelacuran di Indonesia
1. Sistem abolition: mengahapus rumah germo, menghukum
pelacur
2. Sistem pendaftaran: lebih pada pengeksploitasian pelacur, di
mana keuntungan yang dapat masuk dalam kas pemerintah.
Sebagai gantinya wanita penghuni mendapat kartu
pendaftaran dan dipelihara dengan baik.
Tujuan sistem pendaftaran
a. Agar pelacuran tidak merajalela dengan merdeka
b. Pelacuran lebih baik disalurkan dan dikontrol
c. Untuk memperkenankan kejahatan yang kecil dan mencegah
yang lebih besar
d. Mudah menyelidiki kejahatan-kejahatan lainnya
e. Memudahkan dinas kesehatan memeriksa mereka
f. Membawa uang kas negara

Anda mungkin juga menyukai