Anda di halaman 1dari 38

BODY TYPES

THEORIES
(Teori tipe fisik)
Teori ini mengemukakan bahwa penjahat itu
dapat dilihat dengan kondisi fisik tertentu. para
ahli yang memiliki teori dengan model tipe fisik
ini melihat orang melakukan kejahatan dapat
diamati melalui keadaan fisik baik fisik yang
terlihat yaitu lahiriah maupun fisik yang
termasuk ke dalam gen atau kromosom-
kromosom dalam tubuh.

banyak sekali ahli-ahli yang membangun


teorinya dengan tipe fisik ini namun dalam hal
ini hanya beberapa saja yang disampaikan
yang dianggap menarik untuk dikaji.
William H Sheldon (1898-1917)
dia memformulasikan tipe-tipe tubuh yang
dapat dikelompokkan menjadi:

The Endomorph (memiliki tubuh gemuk)


The Mesomorph (berotot dan bertubuh Atletis)
The ectomorph (tinggi, kurus, fisik yang rapuh)
setiap tipe tadi mempunyi temperamen yang berbeda-
beda. menurutnya ada korelasi antara fisik dan
temperamen tetapi tidak untuk satu hubungan. sehingga
dalam kesimpulan penelitiannya dia menyimpulkan
bahwa orang yang didominasi sifat bawaan Mesomorph
(secara fisik kuat, agresif dan atletis) cenderung lebih
dari orang lainnya untuk terlibat dalam perilaku ilegal.
dalam studinya ini Shaldon meneliti 200 pria berusia 15
sampai 21 guna menghubungkn antara fisik dan
temperamen.
Sheldon Gluck dan Eleanor
Gluck
Temuan William Sheldon tadi mendapat
dukungan dari Sheldon Gluck dan eleanor
Gluck yang melakukan study kompartif
antara pria Delinquent dengan non
delinquent. sebagai suatu kelompok, pria
Delinquent didapati memiliki wajah yang
lebih sempit. (kecil) dada lebar, pinggang
yang lebih besar dan luas, lengan bawah dan
lengan atas yang lebih besar dibandingkan
non Delinquent. penyelidikan mereka juga
menyimpulkan bahwa kurang lebih 60 %
delinquent dan 31 % non delinquent
didominasi mereka yang Mesomorphic.
Kriminalitas dan faktor genetika
ada beberapa hasil kajian yang menghubungkan
faktor-faktor genetika dengan kriminalitas, antara
lain studi tentang orang kembar (Twin Studis),
adopsi (adoption Studies) dan Cromosom ( The
XYY syindrom).
untuk membuktikan apakah benar kejahatan
ditentukan oleh genetika, para peneliti telah
meneliti Monozigotic twins dihasilkan dari satu
telur yang dibuahi yang membelah menjadi dua
embrio kembar seperti ini membagi sama gen-gen
mereka. sedangkan Fraternal atau Dizygotic
dihasilkan dri dua telur terpisah, keduanya dibuahi
pada saat yang bersamaan. mereka membagi
sekitar setengah dari gen-gen mereka.
Karl kristiansen dan sarnof A.
mednick
melakukan study terhadap 3.586 pasangan
kembar disatu kawasan Denmark antara tahun
1881 dan tahun 1910 diakitkan dengan kejahatan
serius. mereka menemukan bahwa pada indetical
twins jika pasangannya melakukan kejahatan
maka 50 % pasanganya juga melakukan kejahatan
sedangkan pada Fraternal twins angka tersebut
hanya 20 %. temuan ini mendukung hipotesa
bahwa beberapa pengaruh genetika meningkatkan
resiko kriminalitas.
selain itu juga ada study terhadap adopsi anak,
yang menyimpulkan bahwa. kriminalitas dari
orang tua asli (orang tua bilologis) memiliki
pengaruh besar terhadp anak dibansing
kriminalitas orang tua angkat.
CULTURAL DEVIANCE THEORIES
(Teori-teori penyimpangan
budaya)

ada tiga teori utama dari Cultural Deviance theories


yaitu:

1. Social Dis organization


2. Differential assosiation
3. Cultural Conflik
A.d.1. Social Disorganisation

teori ini memfokuskan diri pada


perkembangan area-area yang angka
kejahatannya tinggi yang berkaitan dengan
disintegrasi nilai-nilai konvensional yang
disebabkan oleh industrilisasi yang cepat,
peningkatan imigrasi dan urbanisasi.
Dari salah satu penelitian
disimpulkan bahwa:
 angka kejahatan tersebut secara berbeda
sepanjang kota, dan area yang mempunyai
angka kejahatan tinggi juga mempunyai
angka problem kemasyarakatan seperti
pembolosan, kerusakan mental dan
kematian bayi yang juga tinggi.

 kebanyakan deliquency terjadi diarea yang


paling dekat dengan distrik pusat bisnis
dan berkurang dengan semakin jauh dari
pusat kota;
Lanjutan
 beberapa area secara konstan mengalami angka
delinquency tinggi tidak peduli etnis mana yang
membentuk populasi itu;
 area yang tingkat delinquencynya tinggi ditandai
oleh suatu presentasi imigran yang tinggi, bukan
kalangan kulit putih, dan bukan keluarga
berpendapatan rendah, serta angka kepemilikan
rumahyang rendah;
 didalam area yang ditingkat delinquency-nya
tinggi ada penerimaan secara umum terhadap
norma-norma non konvensional, tetapi norma-
normaitu bersaing dengan norma-norma
konvensional yang tetap dianut oleh sebagian
penghuni area itu.
kritik terhadap teori
disorganisation social

 terlalu tergantung kepada data


resmi yang sangat mungkin
mencerminkan ketidaksukaan polisi
pda lingkungan kumuh;

 terlalu terfokus pada bagaimana


pola-pola kejahatan ditransmisikan,
bukn bagaimana ia dimulai pertama
kali;
Lanjutan
 tidak dapat menjelaskan mengapa
delinquency berhenti dan tidak menjadi
kejahatan begitu mereka beranjak besar;
 mengapa banyak orang di area yang “
socialy disorganised” tidak melakukan
perbuatan jahat;
 tidak menerangkan delinquency
dikalangan menengah.
A.d.2. Defferencial
Assosiation

Sutherland
memperkenalkan teori
Defferential Assosiation
dalam buku teksnya
Principles of Criminology
pada tahun 1939,
Defferential Assosiation didasarkan
pada sembilan proposisi (dalil) yaitu:

 Criminal behavior is learned ( tingkah


laku dipelajari)

 criminal behvior is learned in enteraction


with other person in procss of
comunication ( tingkah laku kriminal
dipelejari dalam interaksi dengan orang lain
dalam proses komunikasi) seseorang tidak
begitu saja menjadi kriminal hanya karena
hidup dalam suatu lingkungan yang
kriminal. kejahatan dipelajari dengan
partisipasi bersama orang lain baik dalam
lingkungan komunikasi verbal maupun non
verbal;
Next
 The principal part of the learning of
kriminal behavior occurs within
intimate personal groups ( bagian
terpenting dari mempelajari tingkah laku
kriminal itu terjadi didalam kelompok
orang yang intim/ dekat).keluarga dan
kawan-kawan dekat mempunyai
pengaruh paling besar dalam
mempelajari tingkah laku menyimpang.
komunikasi-komunikasi mereka jauh
lebih banyak daripada media masa,
seperti film, televisi, dan surat kabar;
Next
 When criminal behavior is learned, the
learning includes (a) techniques of
comunicating the crime, which are sometimes
very, complicated, sometimes very simple and
(b) the specific direction of motives, drive,
rationalization, and attitudes ( ketika tingkah
laku kriminal dipelajari, pembelajaran itu
termasuk (a) teknik-teknik melakukan
kejahatan, yang kadang sangat sulit dan kadang
sangat mudah, dan (b) arah khusus dari motif-
motif dorongan-dorongan, rasionalisasi-
rasionalisasi, dan sikp-sikap). Deliquen muda
bukan saja belajar bagaimana mencuri ditoko,
membongkar kotak tetapi juga belajar bagaimna
merasionalisasi dan membela tindakan-tindakan
mereka.
Next
 The Specific direction of motives and
drives is learned from definitions of the
legal codes as favorable or un favorable
( arah khusus dari motif-motif dan dorongan-
doronganitu dipelajari melalui devinisi-devinisi dari
aturan-turn hukum apakah dia menguntungkan atau
tidak) dibeberapa masyarakat seorang individu
dikelilingi orang-orang yang tanpa kecuali
mendevinisikan aturan-aturn hukum sebagai aturan
yang harus dijalankan, sementara ditempat lain dia
dielilingi oleh orang-orang yang definisinya
menguntumgkan untuk melanggar aturan-aturan
hukum. tidak setiap orang dalam masyrakat kita
setuju bahwa hukum harus ditaati. bahwa hukum itu
diangap tidak penting.
(pelanggaran lalu lintas)

Next
A personbecomes deliquenct because of and exces of definition
faforable to violation of law over definition unfavorable to violation
of law (seseorang menjadi delinquent karena definisi-definisi yang
menguntungkan untuk melanggar hukum lebih dari definisi-definisi yang
tidak menguntungkan untuk melanggar hukum). ini merupakn prinsip
kunci dri defferential Assosiation, arah utama dri teori ini, dengan kata
lain mempelajari tingkah laku kriminal bukanlah semata-mata persoalan
hubungan dengan teman/kawan yang buruk tetapi mempelajari tingkah
laku kriminal tergantung pada berapa banyak definisi yang kita pelajri
yang menguntungkan untuk pelanggaran hukum sebagai lawan definisi
yang tidak menguntungkan.
Next
 Differential Assosiation may vary in frequency, duration,priority and
intencity ( Assosiasi deferential itu mungkin bermacam-macam dalam
frekuensi/kekerapanya, lamanya, prioritasnya dan intensitasnya) tingkat
dari asosiasi-asosiasi seseorang yang akan mengakibatkan kriminalitas
berkaitan dengan kekerapan kontak, beberapa lamanya, dan arti dari
asosiasi/definisi kepada individu.

 The process of learning criminal behavior by assosiation with


criminal and anticriminal pattern involves all of the mechanism that
are involved in any other learning (proses mempelajari tingkah laku
kriminal melalui assosiasi dengan pola-pola kriminal dan anti kriminal
melibatkan semua mekanisme yang ada disetiap pembelajaran lain).
Next

 While criminal behavior is nd


expression of general needs and
values,it si not explained by those
general needs and values, since non
criminal behavior is and expression
of the same needs and values
(walaupun tingkah laku kriminal
merupakan ungkapan dari kebutuhan-
kebutuhan dan nilai-nilai umum, tingkah
laku kriminal itu tidak dijelaskan oleh
kebutuhan-kebutuhan dan nilai nilai
umum tersebut, karena tingkah laku non
kriminal juga ungkapan dari kebutuhan-
kebutuhan dan nilai-nilai yang sama)
Pengujian terhadap teori
Differential Association

 Albert Reis dan A lewis


menemukan bahwa kesempatan
melakukan perbuatan delinquent
tergantung pada apakah teman-
temannya melakukan perbuatan
yang sama;
 Travis hirschi menunjukkan
bagaimana anak laki-laki dengan
teman-teman delinquent lebih
mungkin untuk menjadi delinquent;
Kritik terhadap Teori Defferntial
Association

 apakah teori ini benar dapat menjelaskan


semua kejahatan,mungkin ia dapat diterapkan untuk
pencurian, tapi bagaimana dengan pembunuhan yang
disebabkan oleh kemarahan karena cemburu;
 mengapa beberapa orang yang mempelajari pola-pola
perilaku kriminal tidak terlibat dalam perbuatan
kriminal;
 teori ini menjelaskan bagaimana tingkah laku kriminal
dipelajari, tetapi ia tidak menjelaskan bagimana
pertamakali teknik-teknik dan definisi kriminal itu ada ?
atau dengan kata lain, teori ini tidak menjelaskan
kepada kita bagaimana penjahat yang pertama
menjadi penjahat.
A.d.3. Cultural Conflik
Theorie
Setiap masyarakat tentunya memiliki “Conduct norm”
sendiri sendiri, fungsi dari conduct norm tersebut adalah untuk
mendefinisikan apa yang dianggap sebagai tingkah laku yang
normal/baik dan apa yang dianggap sebagai tingkah laku yang
tidak baik.
dari setiap kelompok memiliki conduct norm yang
berbeda-beda, yang memungkinkan terjadinya pertentngan-
pertentangan antara conduct norm yang satu dengan yang
lainnya. seorang individu yang mengikuti conduct normnya
dianggap melakukan kejahatan apabila norma-norma itu
dipandang bertentangan dengan norma-norma yang lain.
menurut penjelasan teori ini perbedaan utama antara
seseorang kriminal dengan non kriminal adalah bahwa
masing-masing menganut perangkat conduct norm yang
berbeda.
Sellin membedakan antara conflik
primer dan konflik skunder.

konflik primer: terjadi ketika norma-norma


dari dua budaya bertentangan (Clash).
pertentangan itu bisa terjadi diperbatasan
antara area area budaya yang berdekatan;
apabila hukum dari satu kelompok budaya
meluas sehingga mencakup wilayah
kelompok budaya yang lain: atau apabila
anggota-anggota dari satu kelompok
berpindah kebudaya yang lain.
konflik skunder: muncul jika satu
budaya berkembang menjadi budaya
yang berbeda-beda, masing-msing
memiliki perangkat conduct norm-
nyasendiri-sendiri. konflik jenis ini
terjadi ketika satu masyarakat
homogen atau sederhana menjadi
masyarakat yang kompleks dimana
sejumlah kelompok-kelompok sosial
berkembang secara konstan dan
norma-norma sering kali tertinggal.
TEORI LABELING
(teori pemberian cap/label)

Teori labeling ini merupakan teori yang terinspirasi oleh


bukunya Tannembaum yang berjudul crime and the
cumunity menurutnya, kejahatan tidaklah sepenuhnya
hasil dari kekurangmampuan seseorang untuk
menyesuaikan dengan kelompok, akan tetapi dalam
kenyataanya, ia dipaksa untuk menyesuaikan dirinya
dengan kelompoknya. sehingga di simpulkan bahwa
kejahatan merupakan hasil dari konflik antara kelompok
dengan masyarakatnya.
Pendekatan labeling dapat
dibedakan menjadi dua bagian
yaitu:

 persoalan tentang bagaimana dan


mengapa seseorang memperoleh
cap atau label. (labeling sebagai
akibat dari reaksi dari masyarakat.)
 Efek lebeling terhadap
penyimpangan tingkah laku
berikutnya. ( persoalan kedua ini
adalah bagaimana lebeling
mempengaruhi seseorang yang
terkena label.)
Dua konsep penting dalam teori
labeling adalah,

 Primary Devience yaitu: ditujukan pada


perbuatan penyimpangan awal;
 scondary devience adalah berkaita dengan
reorganisasi psikologis dari pengalaman
seseorang sebagai akibat dari penangkapan
dan cap sebagai penjahat;

kalau sekali saja cap atau status itu melekat pada diri
seseorang maka sangat sulit seseorang untuk
selanjutnya melepaskan diri dari cap tersebut, dan
kemudian akan mengidentifikasikan dirinya dengan cap
yang telah diberikan masyarakat terhadap dirinya.
sebagi contoh terjdinya scondary
deviance yang diawali dengan Primary
Devience,
 seorang individu (anak)melakukan perbuatan
menyimpang yang ringan (primary Devience) misalnya
duduk ditempat yang lebih tingi dari orang tua;

 akibatnya terjadi reaksi sosial yang informal dari


masyarakat ; orang tua tadi marah dan mengatakan
anak tadi tidak sopan;

 individu (anak) tersebut melakukan pelanggaran aturan


berikutnya dengan keluar masuk rumah orang tersebut
tanpa permisi (primary devience);

 selanjutnya terjadi peningkatan reaksi sosial; orang tua


tadi mengatakan pada tetangga yang lain bahwa
individu (anak) tersebut telah melakukan pencurian
ringan (primary Devience)
Next
 akhirnya (anak) tadi diadili sebagai seorang Juvenile
Delinquency di pengadilan;
 anak muda tadidiberi label oleh pengadilan sebagai
seorang yang nakal oleh pengadilan dan buruk oleh
masyarakat;
 anak muda tersebut mulai berpikir tentang dirinya
mengapa label diberikan pada dirinya, karena sudah
terlanjur akhirnya dia memilih untuk bergabung dengan
anak-anak muda inconvensional lainnya;
 anak muda dengan pergaulanya bersama pemuda yang
delinquence terpengaruh untuk ikut melakukan kejahatan
yang lebih serius misalkan merampok toko, bank
(Scondary Devience)
 anak muda tadi kembali diadili di pengadilan, mendapat
lebih banyak lagi catatan kejahatan, sehingga semakin
jauh dari masyarakat convensional dan menempuh jalan
hidup yang sepenuhnya menyimpang.
Lanjutan
 anak muda dengan pergaulanya bersama
pemuda yang delinquence terpengaruh
untuk ikut melakukan kejahatan yang lebih
serius misalkan merampok toko, bank
(Scondary Devience)
 anak muda tadi kembali diadili di
pengadilan, mendapat lebih banyak lagi
catatan kejahatan, sehingga semakin jauh
dari masyarakat convensional dan
menempuh jalan hidup yang sepenuhnya
menyimpang.
Kritik terhadap teori Labeling

 teori ini terlalu diterministik dan menolak


pertanggungjawaban individual, penjahat bukanlah robot
yang pasif dari reaksi masyarakat;

 jika penyimpangan tingkah laku hanya merupakan


persoalan reaksi masyarakat, maka bagaimana dengan
bentuk kejahatan yang tidak diketahui, tidak terungkap
pelakunya (Pelacuran dan korupsi);

 teori ini sangat mengabaikan faktor penyebab awal dari


munculnya penyimpangan tingkah laku;
TEORI PILIHAN
RASIONAL
Pilihan rasional berarti pertimbangan-
pertimbangan yang rasioanl dalam menentukan
pilihan perilaku yang kriminal atau non kriminal.
dengan kesadaran bahwa ada ancaman pidana
apabila perbuatannya yang kriminal diketahui dan
dirinya diproses melalui peradilan pidana. dengan
demikian maka semua perilaku kriminal adalah
keputusan-keputusan rasional. Hal ini
mengingatkan pada teori pada kriminologi klasik,
hedonisme misalnya.
PENGGOLONGAN PENDAPAT
TENTANG SEBAB MUSABAB
KEJAHATAN

 Golongan salahmu sendiri


 Golongan Tiada yang salah
 Golongan Salah Lingkungan
 Golongan Kombinasi
Golongan Salahmu
sendiri
menurut golongan ini tidak perlu dicari
sebab musabab kejahatan, karena
setiap perbuatan yang dilakukan
seseorang berdasarkan pertimbangan
yang sadar yang telah diperhitungkan
untung ruginya. golongan ini adalah
rasioanalisme, hedonisme,
utilitarianisme.
Golongan tiada orang yang
salah (awal pengaruh positivisme)

menurut golongan in, seseorang yang


melakukan kejahatan, memang ada
sebabnya namun diluar kesadaran atau
kemampuan untuk mengekangnya. seperti
sering dikatakan orang yang berbuat jahat itu
karena kemasukan setan terkena kekuasan
kegelapan, kemudian dicetuskan oleh ahli-
ahli psikiatri dan psikologi bahwa mereka
yang berbuat jahat disebabkan oleh pada
dirinya terdapat kondisi psiklogis abnormal.
Golongan salah lingkungan
(pengaruh Positivisme)

menurut golongan ini sebab musabab adanya orang yang


melakukan kejahatan terletak pada pengaruh-
pengaruh lingkungan seperti, kondisi masyaakat yang
tidak baik, faktor kemiskinan, sehingga semboyan
golongan ini adalah bahwa dunia adalah lebih
bertanggungjawab terhadap bagaimana jadinya saya,
dari pada saya sendiri.
makagolongan ini sangat bereaksi terhadap pendapat
lombroso yang meletakkan pemikiranya pada sebab
kejaatan oleh faktor antropologis atau bakat.
Golongan kombinasi
(pengaruh positivisme)
golongan ini dipelopori oleh murid-murid lombroso yaitu
Feryy. yang mengatakan bahwa sebab kejahatan
terletak pada faktor Bio-Sosiologis tau bakat dan
lingkungan yang sama-sama memberi pengaruh
terhadap pribadi dan kondisi seseorang. sehingga
rumusnya adalah:

K = B+L
K=Kejahatan
B= Bakat
L= Lingkungan
Namun menurut Bonger perlu
ditambahkan menjadi:

K= (B+L) + L

yang mana L berikutnya adalah


lingkungan keluarga, karena
manusia masih sejak orok sudah
dipengaruhi oleh lingkungan
keluarganya.

Anda mungkin juga menyukai