Anda di halaman 1dari 17

Penyimpangan

Sosial & Analis


Kasus
Kelompok 7 reg D
Anggota Kelompok
NIKOLAS SIMBOLON
(2316041139)
CESYA GINA RAHMATIN
(2316041140)
ATIKA KHAIRUNNISA
(2316041141)
ILHAM KAMIL ROYAN
(2316041142)
ILHAM WAHYUDI
(2316041143)
INAYAH FITRIANA
(2316041144)
Latar Belakang
Masalah sosial atau penyimpangan sosial bukan hal yang
baru dilingkungan masyarakat. Bentuk penyimpangan
sosial pun ada berbagai macam, tetapi dengan
bertaburnya kasus penyimpangan sosial ini belum ada
penanganan yang benar-benar tepat dan seolah tidak
ada tindakan yang menanganinya. Berlakunya hukum
mengenai penyimpangan sosial tidak menjadikan
penyimpangan tidak lagi terjadi, pada kenyataannya,
sampai saat ini penyimpangan sosial masih terus terjadi
meskipun aturan dan sanksi tegas sudah ditegakkan.
Pengertian Konformitas dan Penyimpangan Sosial

Konformitas

Proses sosialisasi menghasilkan konformitas. Menurut


John M. Shepard, konformitas merupakan bentuk
interaksi ketika seseorang berperilaku terhadap orang
lain sesuai dengan harapan kelompok atau masyarakat
tempat tinggalnya. Konformitas berarti. proses
penyesuaian diri dengan masyarakat dengan cara
menaati norma dan nilai yang dianut masyarakat.
Sementara itu, perilaku yang menyimpang atau tidak
sesuai dengan norma dan nilai dalam masyarakat disebut
sebagai perilaku nonkonformis atau perilaku menyimpang
(deviant behavior).
Pengertian Konformitas dan Penyimpangan Sosial

Penyimpangan Sosial

Menurut Robert M. Z. Lawang perilaku menyimpang


adalah semua tindakan yang tidak sesuai dengan norma
yang berlaku dalam sistem sosial masyarakat. Suatu
perilaku dikatakan menyimpang apabila tidak sesuai
dengan nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat.
Contohnya, menyontek, melakukan tawuran, merampok,
mencuri, membunuh, menganiaya, menculik,
menggunakan narkoba, atau melakukan korupsi. Dalam
skala yang lebih kecil, perilaku menyimpang juga
termasuk pelanggaran terhadap kebiasaan atau
kepantasan, seperti siswa yang bolos sekolah atau
pemuda yang mabuk-mabukan.
Teori Perilaku Menyimpang

Edwin H. Sutherland

Mengemukakan sebuah teori dinamakannya


differential association yang bersumber pada
pergaulan dengan orang theory. Menurutnya,
penyimpangan berperilaku menyimpang.
Penyimpangan dipelajari melalui proses alih budaya.
Melalui proses belajar ini, seseorang yang mempelajari
suatu budaya menyimpang
Jenis-jenis Penyimpangan
Penyimpangan positif

Merupakan sebuah perilaku menyimpang yang memiliki atau


memberikan dampak positif terhadap kehidupan sosial karena
memiliki unsur-unsur yang berinovatif, ide-ide yang dibuat juga
kreatif serta memperkaya wawasan masyarakat

Penyimpangan Negatif

Merupakan sebuah perilaku menyimpang yang memiliki atau


memberikan dampak negatif terhadap sistem sosial karena
memiliki unsur-unsur yang sifatnya merendahkan dan selalu
menyebabkan hal-hal buruk terjadi seperti pencurian,
perampokan, hingga pemerkosaan.
Jenis-jenis Penyimpangan
Penyimpangan berdasarkan perilaku

- Penyimpangan Individual atau individual deviation


Merupakan sebuah perilaku menyimpang yang biasanya hanya dilakukan oleh satu
orang atau individu yang tidak dapat mematuhi nilai maupun norma yang berlaku
pada suatu lingkungan.

- Penyimpangan Kelompok atau group deviation


Merupakan sebuah perilaku menyimpang yang biasanya dilakukan oleh sekelompok
orang yang tidak dapat mematuhi nilai maupun norma yang berlaku pada suatu
lingkungan dan biasanya didasari perasaan dan juga dorongan secara kolektif.

- Penyimpangan Campuran atau combined deviation.


Merupakan sebuah perilaku menyimpang yang biasanya dilakukan oleh seseorang
atau individu yang merupakan bagian dari suatu kelompok yang tidak dapat
mematuhi nilai maupun norma yang berlaku pada suatu lingkungan.
Bentuk-bentuk Penyimpangan

1. Kejahatan tanpa korban (crime without victim), kejahatan


yang tidak mengakibatkan penderitaan pada korban akibat
tindak pidana orang lain. Kejahatan itu dilakukan tetapi yang
menjadi korban adalah diri sendiri. Contohnya ketika ada
seseorang yang menggunakan narkoba.

2. Kejahatan terorganisasi (organized crime), kejahatan


komplotan yang secara berkesinambungan melakukan
berbagai cara untuk mendapatkan uang atau kekuasaan
dengan jalan menghindari hukum. Contoh komplotan
koruptor, perjudian gelap, penadah barang curian dan
sebagainya.
Bentuk-bentuk Penyimpangan
3. Kejahatan kerah putih (white collar crime), tipe kejahatan yang mengacu
pada kejahatan yang dilakukan oleh orang yang terpandang oleh orang
yang berstatus tinggi dalam rangka pekerjaannya. Contohnya penghindaran
pajak, penggelapan uang Perusahaan oleh pemilik Perusahaan, pejabat
negara yang melakukan korupsi.

4. Kejahatan kerah biru (blue collar crime), kejahatan yang dilakukan secara
konvensional artinya pelaku yang melakukan kejahatan ini adalah orang-
orang dari kelas rata-rata menengah ke bawah. Biasanya mereka mencuri
untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari. Contohnya pencurian,
perampokan, dan sebagainya.

5. Kejahatan korporat (corporate crime), kejahatan ini dilakukan oleh nama


organisasi dengan tujuan menaikkan keuntungan tertentu dan menekan
kerugian. Biasanya dilakukan oleh Perusahaan besar dimana Perusahaan ini
melakukan Tindakan tersebut untuk mendapatkan keuntungan yang
sebanyak-banyaknya dan menekan kerugian.
Penyebab terjadinya penyimpangan sosial

- Menurut Edwin M. Lemert (Labelling)

Menurut beliau seseorang menjadi menyimpang karena proses labelisasi atau


pemberian julukan oleh Masyarakat terhadap orang tersebut. Proses ini bisa
menjadikan seseorang yang tadinya tidak biasa menyimpang justru menjadi
terbiasa. Bahkan kebiasaan tersebut menjadi gaya hidupnya.

-Karena sosialisasi tidak sempurna, artinya dalam proses sosialisasi ada


sesuatu hal yang mengganjal sehingga bisa melahirkan penyimpangan sosial,
atau ada peran yang tidak dijalankan semestinya.

-Keterbatasan ekonomi, artinya melakukan penyimpangan sosial karena


untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

-Pelampiasan rasa kecewa

-Keinginan untuk dipuji


Contoh Kasus Penyimpangan

* Kekerasan dalam rumah tangga.


* Pemerkosaan atau pelecehan seksual.
* Pembunuhan.
* Pencurian atau perampokan.
* Penyerangan, kekerasan, atau intimidasi.
* Penipuan.
* Kecanduan dan penggunaan narkoba.
* Perdagangan atau pengedaran narkoba.
Analis Kasus

Bullying siswa SMP


di Cilacap
Polresta Cilacap menetapkan dua siswa SMP Negeri 2 Cimanggu berinisial MK (15) dan WS (14)
sebagai tersangka kekerasan dalam kasus bullying atau perundungan terhadap FF (14).
Kabid Humas Polda Jawa Tengah Kombes Stefanus Satake Bayu mengatakan penetapan tersebut
dilakukan penyidik usai memeriksa sejumlah saksi serta rekaman video yang beredar di media
sosial. "Iya, sudah menetapkan dua pelaku menjadi tersangka" ujar Bayu saat dikonfirmasi,
Jumat (29/9). Bayu mengatakan kedua pelaku dijerat dengan pasal berlapis yakni Pasal 80 UU
Sistem Peradilan Pidana Anak, dengan ancaman hukuman 3,5 Tahun serta Pasal 170 KUHP dengan
ancaman hukuman 7 tahun penjara."Untuk penganiayaan ini dijerat Pasal 80 UU SPPA dan dilapis
juga dengan Pasal 170 KUHP," jelasnya. Sebelumnya, peristiwa penganiayaan siswa SMP itu
terekam dalam video yang viral di media sosial. Dalam video tersebut, terdapat beberapa anak
sekolah yang sedang berkumpul. Namun, penganiayaan dan perundungan itu paling banyak
dilakukan oleh seorang siswa yang menggunakan topi hitam. Pelaku menganiaya korban dengan
memukul, menyeret, menginjak, dan menendang berkali-kali hingga tersungkur. Sementara
korban tidak melawan sekali pun. Dia tampak tidak berdaya dan merintih kesakitan. Beberapa
temannya yang mencoba memisahkan bahkan mendapat ancaman oleh pelaku dengan
menggunakan Bahasa Sunda, agar tidak ikut campur. Namun, ada pula temannya yang
menertawakan, bahkan ikut menampar korban.
Menurut analisis pada penyimpangan sosial pada kasus ini dapat di bagi menjadi beberapa
kategori, yaitu :

1. Faktor psikologis, seperti krisis identitas, kontrol diri lemah, dan gangguan mental. Dalam kasus
ini pelaku memiliki tingkat kontrol diri yang lemah hal ini dibuktikan dengan adanya kekerasan
tersebut karena hal sepele dari korban.
2. Faktor lingkungan, seperti lingkungan keluarga yang kurang baik dan pengaruh lingkungan
sosial dan kelompok teman. Di kasus ini pelaku memiliki lingkungan sosial yang buruk hal ini di
buktikan dengan adanya geng yang sifatnya mengekang siswa lain.
3. Faktor sosialisasi, seperti tidak pandai bersosialisasi dan kurangnya pendidikan karakter.Hal ini
bisa mengacu dengan pendidikan karakter yang di terima si pelaku, kurangnya pendidikan
berperilaku menyebabkan si pelaku menjadi liar dan tidak segan untuk menyelakai orang lain.
4. Faktor kurangnya komunikasi dan kolaborasi antara sekolah, orang tua, dan siswa.
Pengawasan yang lemah dari orang tua maupun guru menyebabkan pelaku segan melakukan
bullying pada teman sebaya nya sendiri.
Maka dari itu dalam mencegah terjadinya penyimpangan sosial, perlu dilakukan upaya bersama
antara pihak sekolah, orang tua, dan masyarakat untuk membentuk karakter yang baik pada
generasi muda dan memperkuat sistem pengendalian sosial yang ada.
Mari menjadi lebih
baik
- Terima Kasih -

Anda mungkin juga menyukai