Anda di halaman 1dari 5

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

TUGAS 3

Nama Mahasiswa : Syamsu Wardin

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 048728582

Kode/Nama Mata Kuliah : SOSI4302/Teori Kriminologi

Kode/Nama UPBJJ : 17-Jambi

Masa Ujian : 2023/2024 Ganjil (2023.2)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN


KEBUDAYAAN UNIVERSITAS TERBUKA
SOSI4302-4

NASKAH TUGAS MATA KULIAH


UNIVERSITAS TERBUKA
SEMESTER: 2023/2024 Ganjil (2023.2)

Fakultas : FHISIP/Fakultas Hukum, Ilmu Sosial dan Ilmu Politik


Kode/Nama MK : SOSI4302/Teori Kriminologi
Tugas :3

No. Soal
1 Jelaskan apa yang dimaksud dengan teori social bond oleh Hirschi dalam menjelaskan perilaku
delinkuensi (Kenakalan Anak)? Berikan analisis Anda melalui contoh kasus yang sering terjadi pada
kelompok Gang Motor di kota besar di Indonesia

2 Jelaskan apa yang dimaksud dengan bentuk–bentuk kekerasan domestic di masyarakat? Berikan contoh
salah satu jenis kasus dari artikel media massa dan cantumkan sumbernya

3 Jelaskan apakah yang dimaksud dengan penyimpangan primer (Primary deviance) dan Penyimpangan
sekunder (secondary deviance) dalam proses pemberian labelling terhadap individu yang telah
melakukan penyimpangan di masyarakat berdasarkan pendapat Lemert? berikan contoh kasusnya,
lakukan analisis sederhana dan berikan sumber kutipannya

1 dari 1
No Jawaban
1 Teori Social Bond oleh Hirschi adalah teori yang menjelaskan bahwa individu cenderung
terlibat dalam perilaku delinkuensi ketika mereka memiliki lemahnya ikatan sosial dengan
masyarakat. Hirschi mengidentifikasi empat elemen ikatan sosial yang dapat mempengaruhi
perilaku individu, yaitu ikatan afektif, ikatan komitmen, ikatan normatif, dan ikatan partisipasi.

Ikatan Afektif: Ini mengacu pada ikatan emosional individu dengan orang-orang di sekitarnya,
seperti keluarga, teman, dan anggota masyarakat. Ketika individu memiliki ikatan afektif yang
kuat, mereka cenderung mempertimbangkan perasaan orang lain sebelum terlibat dalam
perilaku delinkuensi. Misalnya, seorang remaja yang memiliki hubungan yang baik dengan
keluarganya mungkin akan berpikir dua kali sebelum terlibat dalam kegiatan kriminal yang
dapat menyakiti orang-orang yang mereka cintai.
Ikatan Komitmen: Ini mengacu pada komitmen individu terhadap tujuan dan nilai-nilai yang
diterima oleh masyarakat. Ketika individu memiliki komitmen yang kuat terhadap tujuan dan
nilai-nilai tersebut, mereka cenderung menghindari perilaku delinkuensi karena mereka tidak
ingin mengorbankan pencapaian tujuan mereka. Sebagai contoh, seorang siswa yang memiliki
komitmen yang kuat terhadap pendidikan mungkin akan menghindari terlibat dalam kegiatan
delinkuensi yang dapat mengganggu pencapaian akademiknya.
Ikatan Normatif: Ini mengacu pada individu yang mematuhi norma-norma sosial yang ada
dalam masyarakat. Ketika individu memiliki ikatan normatif yang kuat, mereka cenderung
menghindari perilaku delinkuensi karena mereka menghormati dan mengikuti aturan-aturan
yang berlaku. Sebagai contoh, seorang individu yang memiliki ikatan normatif yang kuat
mungkin akan menghindari terlibat dalam kegiatan kriminal karena mereka menghormati
hukum dan aturan yang berlaku.
Ikatan Partisipasi: Ini mengacu pada partisipasi individu dalam kegiatan sosial yang positif,
seperti kegiatan olahraga, organisasi masyarakat, atau kegiatan keagamaan. Ketika individu
terlibat dalam kegiatan positif ini, mereka cenderung memiliki ikatan sosial yang kuat dengan
masyarakat dan menghindari perilaku delinkuensi. Sebagai contoh, seorang remaja yang aktif
dalam kegiatan olahraga mungkin akan menghindari terlibat dalam kegiatan delinkuensi
karena mereka terlibat dalam kegiatan yang positif dan membangun hubungan dengan orang
lain.
Analisis Kasus Gang Motor di Kota Besar di Indonesia
Contoh kasus yang sering terjadi pada kelompok Gang Motor di kota besar di Indonesia dapat
dijelaskan melalui teori Social Bond oleh Hirschi. Kelompok Gang Motor sering terlibat dalam
perilaku delinkuensi seperti balapan liar, kekerasan, dan tindakan kriminal lainnya.

Dalam konteks ini, dapat dilihat bahwa kelompok Gang Motor memiliki lemahnya ikatan
sosial dengan masyarakat. Mereka mungkin memiliki ikatan afektif yang lemah dengan
keluarga dan masyarakat karena seringkali terlibat dalam kegiatan yang melanggar hukum dan
dapat menyebabkan kerugian bagi orang lain. Selain itu, mereka mungkin juga memiliki ikatan
komitmen yang lemah terhadap tujuan dan nilai-nilai yang diterima oleh masyarakat, seperti
pendidikan dan kehidupan yang produktif.

Selain itu, kelompok Gang Motor mungkin juga memiliki ikatan normatif yang lemah, karena
mereka melanggar aturan-aturan lalu lintas dan hukum yang berlaku. Mereka mungkin tidak
menghormati norma-norma sosial yang ada dalam masyarakat. Terakhir, mereka mungkin juga
memiliki ikatan partisipasi yang lemah, karena mereka terlibat dalam kegiatan yang negatif
dan merugikan masyarakat.
2 Bentuk-bentuk Kekerasan Dalam Rumah Tangga
Kekerasan dalam rumah tangga (domestic violence) adalah tindakan kekerasan yang dilakukan
oleh seseorang terhadap anggota keluarganya, yang dapat berupa pasangan, anak, orang tua,
atau anggota keluarga lainnya. Berikut adalah beberapa bentuk kekerasan dalam rumah tangga
yang umum terjadi:
1. Kekerasan Fisik: Meliputi pemukulan, tendangan, gigitan, atau penggunaan senjata fisik
untuk menyakiti korban.
2. Kekerasan Emosional: Termasuk ancaman, penghinaan, pengucilan, atau manipulasi
emosional yang bertujuan untuk mengendalikan dan merendahkan korban.
3. Kekerasan Seksual: Melibatkan pemaksaan atau penyalahgunaan seksual terhadap korban,
termasuk pemerkosaan, pelecehan seksual, atau pemaksaan untuk melakukan tindakan
seksual yang tidak diinginkan.
4. Kekerasan Ekonomi: Terjadi ketika pelaku mengendalikan atau membatasi akses korban
terhadap sumber daya ekonomi, seperti uang, pekerjaan, atau harta benda.
5. Kekerasan Psikologis: Melibatkan penggunaan manipulasi psikologis, seperti mengancam
bunuh diri, mengisolasi korban dari keluarga dan teman-teman, atau mengontrol
kehidupan korban secara menyeluruh.
Contoh Kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga dari Artikel Media Massa:
Salah satu contoh kasus kekerasan dalam rumah tangga yang dilaporkan oleh media massa
adalah kasus "X" yang terjadi di "Y". Dalam kasus ini, seorang istri mengalami kekerasan fisik
dan emosional oleh suaminya selama bertahun-tahun. Suami tersebut sering memukul dan
mengancam istri, serta mengisolasi istri dari keluarga dan teman-teman. Kasus ini akhirnya
dilaporkan ke polisi dan suami tersebut diadili di pengadilan.
3 Penyimpangan Primer (Primary Deviance) dan Penyimpangan Sekunder (Secondary
Deviance) dalam Proses Pemberian Labelling

Menurut teori labelling dari Stanley Cohen, penyimpangan primer (primary deviance) merujuk
pada tindakan atau perilaku yang melanggar norma-norma sosial, tetapi belum mendapatkan
label atau stigma sosial. Penyimpangan primer biasanya terjadi dalam situasi yang tidak terlalu
serius dan tidak terlalu sering dilakukan oleh individu. Contohnya, seseorang mungkin
mencuri barang kecil dari toko sekali-sekali tanpa mendapatkan label sebagai pencuri.

Di sisi lain, penyimpangan sekunder (secondary deviance) terjadi ketika individu yang telah
mendapatkan label atau stigma sosial sebagai penyimpang mulai mengidentifikasi dirinya
dengan label tersebut dan mengadopsi perilaku yang sesuai dengan label tersebut.
Penyimpangan sekunder sering kali merupakan hasil dari reaksi sosial terhadap label yang
diberikan kepada individu. Contohnya, seseorang yang diberi label sebagai pencuri mungkin
mulai melakukan tindakan kriminal lainnya karena merasa bahwa label tersebut sudah melekat
pada dirinya.

Analisis sederhana dari konsep ini adalah bahwa proses pemberian label sosial dapat
mempengaruhi perilaku individu. Ketika seseorang diberi label sebagai penyimpang, hal ini
dapat mempengaruhi cara individu tersebut melihat dirinya sendiri dan perilaku yang mereka
lakukan. Label sosial dapat menjadi prediktor perilaku masa depan individu, karena individu
cenderung mengadopsi perilaku yang sesuai dengan label yang diberikan kepada mereka.

Sumber kutipan untuk konsep ini adalah teori labelling dari Stanley Cohen. Anda dapat
merujuk ke bukunya yang berjudul "Folk Devils and Moral Panics: The Creation of the Mods
and Rockers" untuk informasi lebih lanjut tentang konsep ini.

Anda mungkin juga menyukai