Anda di halaman 1dari 18

HUKUM PERKAWINAN

Presented By :
Muhammad Yusman, S.H., M.H.
Pengertian Perkawinan
Perkawinan berasal kata “kawin” menurut KBBI: membentuk keluarga
dengan lawan jenis, melakukan hubungan kelamin atau bersetubuh.
Sedangkan perkawinan (KBBI) : Perkawinan mengandung arti perihal
(urusan dan sebagainya) kawin, pernikahan, pertemuan hewan jantan
dan betina secara seksual.
Problematik dalam perisitilahan di masyarakat :
PERKAWINAN PERNIKAHAN
Pengertian Yuridis
UU No 1/74 ttg Perkawinan: ikatan lahir batin antara seorang pria dan
seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk
keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa. (Pasal 1 UU Perkawinan)
KUHPerdata: hubungan hukum antara seorang pria dan seorang
wanita untuk hidup bersama dengan kekal, yang diakui oleh negara
(Pasal 27, 28 BW)
Perkawinan menurut hukum Islam adalah pernikahan, yaitu akad
yang sangat kuat miitsaqan ghaliizhan untuk menaati perintah Allah
dan melakukannya merupakan ibadah. (Kompilasi Hukum Islam)
Asas Perkawinan
• BW : Asas Monogami Mutlak
Asas kebebasan, kata sepakat (consensus), tidak ada paksaan
• Menurut UU Perkawinan:
Asas monogami, tapi boleh poligami dg syarat-syarat tertentu (Pasal 3 –
5 UUPerkawinan )
Syarat Perkawinan menurut UU perkawinan
(Ps. 6 s/d 12)
• Adanya persetujuan kedua calon mempelai
• Adanya izin kedua orang tua/ wali bagi calon mempelai sebelum
berusia 21 tahun
• Usia calon mempelai laki-laki 19 tahun, perempuan 19 tahun
• Tidak ada ikatan perkawinan dengan yang lain
• Tidak ada dalam waktu tunggu (iddah) bagi perempuan janda
• Bagi suami istri yang telah bercerai, lalu kawin lagi tidak dari talak tiga
Syarat Perkawinan dalam BW
• Persetujuan kedua mempelai
• Batas usia, bagi laki-laki 18 tahun, perempuan 15 tahun (Pasal 29)
• Bagi janda harus mengindahkan masa tunggu selama 300 hari (Pasal 34 BW)
• Diperlukan izin bagi semetara orang (Pasal 35 – 49)
• Larangan untuk kawin dengan orang yang sangat dekat dalam hubungan
keluarga (Pasal 30 – 31)
• Larangan untuk kawin dengan orang, dg siapa orang itu pernah melakukan
zina (Pasal 32)
• Larangan memperbaharui perkawinan setelah adanya perceraian sebelum
lewat waktu 1 tahun (Pasal 33)
Pencegahan Perkawinan
• Menurut BW:
- Suatu upaya hukum yang dapat dilakukan oleh jaksa (penuntut umum)
dan orang-orang yang tertentu, berdasarkan alasan2 tertentu
mempunyai hubungan dengan calon suami/istri; terjadi jika perkawinan
itu tidak seyogyanya dilaksanakan
• Menurut UU Perkawinan (Pasal 13 – 21):
- Perkawinan dapat dicegah bila ada phak yang tidak memenuhi syarat
dalam perkawinan
Orang yang dapat melakukan pencegahan
perkawinan:
• Para keluarga dari salah seorang calon mempelai
• Saudara dari salah seorang calon mempelai
• Wali nikah dari salah seorang calon mempelai
• Pengampu dari salah seorang calon mempelai
• Pihak-pihak yang berkepentingan
• Suani/ istri dari salah seorang calon mempelai
• Pejabat yang ditunjuk untuk melakukan pencegahan
• (Pasal UU Perkawinan)
Pembatalan perkawinan:
• Pasal 85 – 99 BW ; Pasal 22 – 28 UU Perkawinan; Pasal 37 – 38 PP No
9/75
• Bukan batal demi hukum; melainkan dengan permohonan pembatalan.
• Dapat diajukan oleh:
• Para keluarga
• Suami/ istri
• Pejabat yang berwenang; pejabat yang ditunjuk; jaksa
• Orang yang mempunyai kepentingan hukum secara langsung dengan
perkawinan itu, tetapi hanya setelah perkawinan itu putus
Lanjutan
• Batalnya perkawinan dimulai setelah keputusan pengadilan
mempunyai kekuatan hukum tetap; dan berlaku sejak berlansungnya
perkawinan
• Pasal 28 UU Perkawinan, bahwa keputusan tidak berlaku surut
terhadap:
• anak-anak yang dilahirkan dari perkawinan (tetap anak sah)
• Suami istri yang beriktikat baik, kecuali harta perkawinan, bila
pembatalan karena adanya perkawinan terdahulu
• Orang-orang ketiga lainnya tidak termasuk di atas
Akibat Hukum Perkawinan
• Terhadap harta perkawinan
• Harta yang diperoleh selama perkawinan: harta bersama
• Harta bawaan: harta yang dimiliki sebelum perkawinan atau harta yang
diperoleh dari hadiah/warisan: dalam penguasaan masing-masing,
selama keduanya tidka menentukan lain.
• Perjanjian perkawinan: mengenai pengaturan tersendiri tentang harta
kekayaan, secara tertulis dan disahkan oleh pegawai pencatat
perkawinan, pada waktu atau sebelum perkawinan dilaksanakan.
• Kedudukan suami istri terhadap harta bersama adalah sama; masing-
masing dapat menggunakan herta bersama atas persetujuan keduanya.
Lanjutan
• Anak sah: anak yang dilahirkan dalam atau akibat perkawinan yang
sah; sedangkan anak yang dilahirkan diluar perkawinan yang sah
adalah anak tidak sah, yang hanya mempunyai hubungan dengan
ibunya (Pasal 42).
• Suami dapat melakukan penyangkalan bahwa anak yang lahir tidak
sah, jika dapat membuktikan bahwa istrinya telah berzina (Pasal 44)
• Hak dan kewajiban orang tua terhadap anak (Pasal )
• Kekuasaan orang tua terhadap anak sejak lahir hingga dewasa
Putusnya Perkawinan
Karena kematian (Pasal 199 BW; Pasal 38 UU Perkawinan)Karena
perceraian (cerai talak –dari suami--ataupun gugat cerai –dari
istri)Dalam BW: Keadaan tidak hadir (selama sepuluh tahun, diikuti
dengan perkawinan baru istri/ suami), putusan hakim setelah pisang
ranjang dan meja makan, setelah dibukukan di Kantor Catatan Sipil
Alasan perceraian (UU Perkawinan):
• Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabuk, pemadat,
penjudi dan sebagainya yang sukar disembuhkan
• Salah satu pihak meninggalkan yang lain selama dua tahun berturut-
turut tanpa izin pihak yang lain dan tanpa alasan yang sah
• Salah satu pihak mendapatkan hukuman penjara lima tahun
• Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit yang
mengakibatkan tiak dapat menjalankan sebagai sumai isteri
• Antara suami istri terjadi terus menerus peselisihan dan pertengkaran
dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga.
Akibat putusnya perkawinan:
• Jika putusnya perkawinan karena kematian, maka terjadi hak waris
• Bagi sitri terdapat masa iddah/ tunggu
• Harus memperhatikan ketentuan-ketentuan setelah perkawinan;
misalnya jika ingin rujuk, atau ingin menikah dengan orang lain
Akibatnya terhadap keturunan:
Ibu atau bapak tetap berkewajiban memelihara dan mendidik anak-
anaknya, semata untuk kepentingan anak. Jika ada perselisihan,
pengadilan yang memutuskannya.
Bapak yang bertanggungjawab atas semua biaya pemeliharaan anak
dan pendidikan anak-anak. Jika bapak tidak mampu, maka pengadilan
bisa memutuskan ibu ikut menanggung biayanya
Pengadilan bisa memutuskan kewajiban mantan suami untuk
memberikan biaya penghidupan kepada mantan isteri, atau juga
menentukan kewajiban bagi mantan isteri
Soal :
• Ari menyukai seorang wanita bernama Anita, namun Anita telah mencintai lelaki lain
yang ia suka. Karena Ari dekat dengan orang tua Anita akhirnya orang tua Anita
memintanya untuk bersedia menjadi istri Ari. Anita pun menuruti kehendak orang
tuanya. Dalam perkawinan Ari dan Anita dikarunai 1 orang anak lelaki berusia 2
tahun, namun karena Anita tidak mencintai Ari akhirnya Ari digugat cerai oleh Anita.
• Pertanyaan :
1. Sahkah pernikahan mereka?
2. Bagaimana Anita jika ingin membatalkan perkawinannya?dapatkah dilakukan?
jelaskan!
3. Dapatkan Anita menggugat cerai Ari dengan alasan mencintai lelaki lain?
4. Apabila terjadi perceraian, bagaimana akibat hukumnya terhadap anak mereka?
Dasar Hukum
• KUHPerdata Buku ke II
• UU No 1 Tahun 1974 dan Perubahannya UU No 16 Tahun 2019
tentang Perkawinan;
• Peraturan Pemerintah No 9 Tahun 1975 tentang pelaknaan UU
perkawinan;
• Kompilasi Hukum Islam (Inpres No.1 Tahun 1991)

Anda mungkin juga menyukai