Anda di halaman 1dari 7

PROSEDUR PERCERAIAN

MAKALAH

Disusun dan Diajukan Guna Memenuhi Tugas

Mata Kuliah : Hukum Keluarga Islam Konteporer

Disusun Oleh :

Oleh :

Gunawan Septianto

Wahab Akbar A

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM

JURUSAN SYARIAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AN-NAWAWI

PURWOREJO

2020
A. PENDAHULUAN

Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita
sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan
kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Perkawinan dalam Islam dimaknai sebagai
akad yang sangat kuat atau mitssaqan ghalidzan untuk mentaati perintah Allah dan
melaksanakannya merupakan ibadah.

Dalam pengertian yang lain, perkawinan adalah menyatukan ikatan antara


keluarga isteri dengan keluarga suami. Melalui perkawinan, keduanya terikat dalam ikatan
suci untuk saling bertanggung jawab antara diri keduanya, rumah tangganya, maupun
terhadap keluarganya.

Perkawinan menurut undang-undang telah mensyaratkan bahwa antara suami dan


isteri wajib saling saling cinta mencintai, hormat menghormati, setia dan memberi bantuan
lahir bathin yang satu kepada yang lain dalam kehidupan berumahtangga. Bantuan lahir
bathin yang dimaksud dalam ketentuan undang-undang perkawinan juga mencakup bantuan
dalam mendidik dan mengasuk anak.

Namun, dalam menjalankan roda kehidupan berumahtangga, ikatan perkawinan


antara suami dan isteri tidak selamanya berjalan mulus. Ada kalanya terjadi perselisihan dan
pertengkaran. Sebagian orang menyikapinya sebagai bumbu-bumbu kehidupan, namun tidak
sedikit pula yang mengartikannya sebagai sebuah akhir perjalanan cinta antara keduanya
sehingga berujung pada perceraian.

B. PEMBAHASAN

1. PERCERAIAN HANYA SAH DILAKUKAN DI PENGADILAN

Dalam undang-undang, putusnya ikatan perkawinan dapat disebabkan oleh 3 (tiga) sebab,
yaitu :

1
a)  kematian;
b)  perceraian,
c)   atas putusan pengadilan.

Perceraian sebagai salah satu sebab putusnya ikatan perkawinan hanya dapat dilakukan di
depan sidang pengadilan. Artinya, perceraian hanya dapat sah secara hukum apabila
dilakukan melalui proses persidangan di pengadilan.

Untuk melakukan perceraian harus pula ada cukup alasan bahwa antara suami istri itu
tidak akan dapat rukun sebagai suami isteri.

2. PERCERAIAN MELALUI CERAI TALAK ATAU CERAI GUGAT

Cerai Telak dan Cerai Gugat dikenal dalam proses perceraian yang dilakukan di
Pengadilan Agama, sementara bagi perceraian yang dilaksanakan di Pengadilan Negeri
biasa dikenal dengan Gugatan Perceraian.

Cerai Talak adalah permohonan perceraian yang diajukan oleh suami terhadap
isterinya. Isi dari permohonannya adalah permintaan kepada Pengadilan Agama agar
mengizinkan suami mengucapkan ikrar talak terhadap isteri. Artinya, perceraian yang
diajukan oleh suami baru sah apabila suami mengucapkan ikrar talak di depan sidang
pengadllan.

Cerai Gugat adalah gugatan perceraian yang diajukan oleh isteri terhadap
suaminya. Isi dari gugatannya adalah permintaan kepada Pengadilan Agama agar
menyatakan jatuhnya talak dari suami kepada isteri. Artinya, tidak ada prosesi
pengucapan ikrar talak dalam gugatan yang diajukan oleh isteri, melainkan Pengadilan
Agama yang menjatuhkan talaknya.

Gugatan Perceraian memiliki arti yang sama dengan Cerai Gugat yaitu gugatan
perceraian yang diajukan oleh suami atau isteri kepada pengadilan Negeri. Isi dari
gugatannya adalah permintaan kepada Pengadilan Negeri agar menyatakan putus ikatan
perkawinan antara suami dengan isteri.

2
3. KE PENGADILAN MANA DIAJUKAN PERCERAIAN

Sebelum mengajukan perceraian, terlebih dahulu dicermati perihal kewenangan


absolut pengadilan, yaitu apakah perceraian diajukan ke Pengadilan Agama atau di
Pengadilan Negeri, sebagai berikut :

a) Apabila perkawinan dilakukan menurut agama Islam dan tercatat di Kantor Urusan
Agama (KUA), meskipun salah satu (suami atau isteri)  atau kedua belah pihak
(suami isteri) telah keluar dari agama Islam, maka perceraiannya diajukan di 
Pengadilan Agama;
b) Apabila perkawinan dilakukan menurut hukum agama selain Islam dan tercatat di
Kantor Catatan Sipil, maka perceraiannya diajukan di Pengadilan Negeri.

Selain itu, perlu juga diperhatikan mengenai kewenangan relatif pengadilan yaitu
apabila terkait Pengadilan Agama, maka perceraian diajukan ke Pengadilan Agama mana,
dan apabila terkait Pengadilan Negeri, maka perceraian diajukan ke Pengadilan Negeri
mana.

a).    Pengadilan Agama

1)    Cerai Talak

Permohonan Talak diajukan oleh Pemohon (Suami) atau kuasanya kepada


Pengadilan Agama yang daerah hukumnya meliputi tempat kediaman
Termohon (Isteri), kecuali apabila Isteri dengan sengaja meninggalkan tempat
kediaman yang ditentukan bersama tanpa izin Suami;

Apabila Isteri bertempat kediaman di luar negeri, permohonan diajukan kepada


Pengadilan Agama yang daerah hukumnya meliputi tempat kediaman Suami;

Apabila suami dan isteri bertempat kediaman di luar negeri, maka permohonan
diajukan kepada Pengadilan Agama yang daerah hukumnya meliputi tempat
perkawinan dilangsungkan atau kepada Pengadilan Agama Jakarta Pusat;

3
2)   Cerai Gugat

Gugatan perceraian diajukan oleh istri atau kuasanya kepada Pengadilan


Agama yang daerah hukumnya meliputi tempat kediaman Isteri, kecuali
apabila Isteri dengan sengaja meninggalkan tempat kediaman bersama tanpa
izin Suami.

Apabila Isteri bertempat kediaman di luar negeri, gugatan perceraian diajukan


kepada Pengadilan Agama yang daerah hukumnya meliputi tempat kediaman
Suami;

Apabila suami dan isteri bertempat kediaman bertempat kediaman di luar


negeri, maka gugatan diajukan kepada Pengadilan Agama yang daerah
hukumnya meliputi tempat perkawinan mereka dilangsungkan atau kepada
Pengadilan Agama Jakarta Pusat.

b)    Pengadilan Negeri

1)  Gugatan perceraian diajukan oleh Penggugat ke tempat tinggal Tergugat atau tempat
Tergugat sebenarnya berdiam;
2)  Tempat tinggal Penggugat , dalam hal :

Tergugat tidak mempunyai tempat tinggal dan tidak diketahui dimana ia berada;

Tergugat tidak dikenal (Dalam gugatan disebutkan dahulu tempat tinggalnya yang
terakhir, baru keterangan bahwa sekarang tidak diketahui lagi tempat tinggalnya di
Indonesia);

Tergugat bertempat tinggal di luar negeri.

4. PERSYARATAN PENGAJUAN PERCERAIAN

a) Diajukan dengan Surat Permohonan/Gugatan Tertulis (melampirkan soft filenya) yang


ditujukan kepada Ketua Pengadilan Agama atau Ketua Pengadilan Negeri. Bagi yang

4
tidak dapat membaca dan menulis dapat mengajukannya secara lisan di hadapan Ketua
Pengadilan Agama atau Ketua Pengadilan Negeri untuk dicatat.
b) Dalam Surat Permohonan/Gugatan Tertulis tersebut menguraikan alasan-alasan
perceraian.

c) Melampirkan Dokumen, seperti misalnya Akta Perkawinan, Kartu Tanda Penduduk,


Paspor (Pernikahan Campuran), Kartu Keluarga, Akta Kelahiran Anak, dan dokumen
lain yang berkaitan seperti misalnya bagi Pegawai Negeri Sipil (PNS) melampirkan
Surat Izin Perceraian dari Atasan.

d) Melampirkan Surat Kuasa Khusus berikut Kartu Tanda Pengenal Advokat dan Berita
Acara Sumpah, apabila diwakili oleh Kuasa.

e) Membayar biaya Panjar Perkara yang jumlahnya ditetapkan oleh Pengadilan.

5. ALASAN-ALASAN PERCERAIAN

a) Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabok, pemadat, penjudi, dan lain
sebagainya yang sukar disembuhkan; 
b) Salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama 2 (dua) tahun berturut-turut tanpa
izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau karena hal lain diluar kemampuannya;

c) Salah satu pihak mendapat hukuman penjara 5 (lima) tahun atau hukuman yang lebih
berat setelah perkawinan berlangsung;

d) Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang membahayakan
pihak yang lain;

e) Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit dengan akibat tidak dapat
menjalankan kewajibannya sebagai suami/isteri;

f) Antara suami dan isteri terus-menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran dan tidak
ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga.

g) Suami melanggar taklik talak (alasan khusus perceraian Islam);

5
h) Peralihan agama atau murtad yang menyebabkan terjadinya ketidakrukunan dalam
rumah tangga (alasan) khusus perceraian Islam)

6. PROSEDUR PEMERIKSAAN PERCERAIAN

a) Pengadilan akan mencatatkan Permohonan/Gugatan dan kemudian diberikan Nomor


Perkara;
b) Pengadilan kemudian akan mengirimkan Surat Panggilan Sidang (Relaas) kepada
masing-masing Suami dan Isteri atau kuasanya;

c) Apabila para pihak hadir, maka pada sidang pertama Para Pihak akan diperintahkan
melaksanakan Mediasi dengan Mediator pada Pengadilan Agama atau Pengadilan
Negeri. Apabila mediasi berhasil maka akan dibuatkan perjanjian perdamaian atau
dapat pula dilakukan dengan pencabutan permohonan/gugatan. Apabila mediasi gagal,
maka pemeriksaan terhadap perkara perceraian dilanjutkan dengan agenda
persidangan berupa :  (a) Pembacaan Permohonan/Gugatan; (b) Jawab menjawab,
dalam bentuk Jawaban atas Permohonan/Gugatan berikut Eksepsi (Bantahan) dan
Gugatan Rekonpensi (Gugatan Balik) apabila ada; (c) Dilanjutkan dengan Replik yaitu
Tanggapan atas Jawaban, dan Duplik yaitu Tanggapan atas Replik; (d) Pemeriksaan
alat bukti surat; (e) Pemeriksaan saksi-saksi dari kedua belah pihak; (f) Penyerahkan
kesimpulan (tidak wajib); (g) Pembacaan putusan; (h) Pengucapan Ikrar Talak, apabila
perceraian diajukan oleh suami.

d) Apabila pihak Termohon/Tergugat tidak hadir dan panggilan telah patut, maka
pemeriksaan perkara dilanjutkan tanpa hadirnya Termohon/Tergugat (Verstek). Pada
proses ini Majelis Hakim menganggap Termohon/Tergugat melepaskan haknya untuk
membela diri dan hak-haknya dalam perkara tersebut;

Anda mungkin juga menyukai